“Bukan tentang kemuliaan diri kita”

October 25, 2024 0 Comments

Renungan Harian Jumat, 25 Oktober 2024

Setiap orang percaya pada akhirnya akan sampai pada kesadaran bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita hanyalah karena anugerah dan kebaikan Tuhan. Bukan karena kekuatan, kepintaran, atau kehebatan kita, melainkan karena kuasa Tuhan yang bekerja dan menyempurnakan segala hal. Ini adalah sebuah pengakuan yang lahir dari kerendahan hati, di mana kita menyadari bahwa diri kita hanyalah wadah yang dipakai oleh Tuhan.

Rasul Paulus mengungkapkan kebenaran ini dengan sangat kuat dalam 2 Korintus 4:7-10. Dia berkata, “Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.” Dalam surat ini, Paulus mengingatkan bahwa kekuatan sejati berasal dari Allah, sementara kita hanyalah bejana tanah liat—rapuh, biasa, dan tidak berharga. Namun, di dalam bejana yang rapuh itu, Tuhan menyimpan harta rohani yang sangat mulia: anugerah-Nya, pelayanan yang telah dipercayakan kepada kita, dan karya Roh Kudus yang indah.

Latar Belakang Jemaat Korintus: Konteks yang Kontras

Surat ini ditulis Paulus kepada jemaat Korintus, yang pada waktu itu adalah sebuah kota perdagangan besar dan salah satu pusat metropolitan di dunia Perjanjian Baru. Jemaat Korintus mengalami pertumbuhan pesat, baik dalam jumlah maupun dalam pelayanan. Mereka diberkati dengan berbagai karunia Roh Kudus, namun di tengah pertumbuhan ini, muncul masalah besar berupa perpecahan dan kesombongan. Jemaat terbagi dalam kelompok-kelompok yang mengidentifikasi diri sebagai pengikut Paulus, Apolos, atau Kefas, dan bahkan memisahkan diri berdasarkan status sosial, ekonomi, serta ras. Mereka yang memiliki karunia merasa lebih tinggi dari yang lain, mengunggulkan diri dalam pelayanan.

Di tengah situasi ini, Paulus menulis dengan pendekatan yang sangat berbeda. Sebagai rasul yang mendirikan jemaat ini, ia bisa saja mengandalkan prestasi dan otoritasnya, tetapi justru sebaliknya, ia memilih untuk menekankan penderitaan dan kelemahan dirinya sebagai manusia. Dengan rendah hati, ia menyatakan bahwa dirinya, seperti orang lain, hanyalah bejana tanah liat.

Harta di dalam Bejana Tanah Liat

Paulus menggunakan metafora bejana tanah liat untuk menggambarkan siapa kita di hadapan Tuhan. Tanah liat adalah simbol dari sesuatu yang rapuh, tidak tahan lama, dan tidak berharga secara fisik. Namun, Tuhan memilih untuk menaruh harta rohani yang mulia di dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini. Harta yang Paulus maksud adalah karunia pelayanan, kasih karunia Tuhan, dan segala berkat rohani yang kita terima. Semua itu bukan untuk kita banggakan, tetapi untuk menyadari bahwa segala yang kita miliki berasal dari Tuhan dan untuk kemuliaan-Nya.

Paulus mengingatkan jemaat Korintus (dan kita) bahwa semua anugerah yang mulia ini tidak ada artinya tanpa mengingat bahwa kita hanyalah bejana tanah liat. Jangan sampai kita menjadi sombong atau merasa lebih hebat dari yang lain karena karunia yang kita miliki. Semua itu hanyalah titipan, dan kekuatan yang ada di dalamnya berasal dari Allah, bukan dari diri kita.

Penderitaan dan Anugerah yang Melampaui

Paulus kemudian melanjutkan dengan menggambarkan penderitaan yang ia alami sebagai rasul. Ia ditindas, habis akal, dianiaya, dan dihempaskan, tetapi dalam semua itu, anugerah Allah selalu hadir untuk menopang. Ia mengalami tekanan, tetapi tidak pernah terjepit; kebingungan, tetapi tidak putus asa; penganiayaan, tetapi tidak pernah ditinggalkan; dan bahkan ketika jatuh, ia tidak binasa. Inilah daftar anugerah Allah yang melampaui setiap penderitaan.

Daftar ini menunjukkan bahwa kemenangan kita bukanlah tentang terhindar dari penderitaan, melainkan tentang bagaimana Tuhan menopang kita di tengah segala kesulitan. Seperti bejana tanah liat, kita bisa saja retak dan lemah, tetapi anugerah Tuhan akan selalu memelihara kita, memberikan kekuatan yang melampaui keterbatasan kita.

Hidup untuk Memuliakan Tuhan

Pada akhirnya, hidup kita bukanlah tentang kemuliaan diri kita sendiri. Kita hanyalah bejana tanah liat yang dipakai Tuhan untuk menyatakan kemuliaan-Nya. Semua pencapaian, karunia, dan pelayanan yang ada dalam hidup kita adalah untuk satu tujuan: memuliakan Allah. Apa yang kita terima dari Tuhan harus dipergunakan untuk mengarahkan orang lain kepada Dia, bukan untuk mengangkat diri kita sendiri.

Dalam kehidupan ini, kita mungkin menghadapi berbagai beban dan penderitaan, tetapi semuanya itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan upah dalam kekekalan yang Tuhan janjikan. Oleh karena itu, mari kita arahkan pandangan kita pada apa yang kekal dan tidak terlihat, karena kemenangan sejati adalah hidup untuk memuliakan Tuhan, bukan memuliakan diri kita sendiri.

Ingatlah bahwa bukan tentang kemuliaan diri kita, melainkan tentang bagaimana Tuhan dimuliakan melalui hidup kita. Kita hanyalah bejana tanah liat yang rapuh, namun Tuhan menaruh harta yang mulia di dalamnya. Setiap kemenangan, karunia, dan berkat adalah anugerah dari-Nya, dan kita dipanggil untuk menggunakan semuanya itu untuk kemuliaan-Nya. Muliakanlah Tuhan melalui hidup Anda, dan serahkanlah segala kemuliaan kepada-Nya.

Amin … Tuhan Yesus memberkati

YNP

Bacaan Alkitab hari ini : Kitab Mazmur pasal 40-41

https://elohim.id/bacaan-alkitab-jumat-25-oktober-2024/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *