“Dikuduskanlah Nama-Mu”

July 28, 2025 0 Comments

Renungan Harian Senin, 28 Juli 2025

Banyak orang dapat dengan bangga menyebut dirinya ahli dalam berbagai bidang, entah itu misi, penginjilan, teologi, atau bahkan bahasa asli Alkitab. Namun, sangat jarang kita temui seseorang yang berani berkata bahwa dirinya ahli dalam doa. Itulah sebabnya, suatu ketika seorang murid Yesus datang dan memohon dengan rendah hati, “Tuhan, ajarkanlah kami berdoa.” Dari permintaan sederhana inilah Yesus mengajarkan Doa Bapa Kami, sebuah doa yang sarat makna dan penuh prinsip kehidupan rohani, bukan sekadar rangkaian kata yang dihafalkan.

Martin Luther pernah berkata: “Sampai hari ini, aku masih menyusu dari Doa Bapa Kami seperti seorang bayi, dan sebagai seorang yang telah menjadi tua, yang tidak pernah puas, aku masih makan dan minum daripadanya.” (A Simple Way to Pray)

Luther mengakui bahwa sepanjang hidupnya, ia tidak pernah selesai menggali kedalaman doa yang diajarkan Tuhan Yesus ini. Sama seperti bayi yang terus bergantung pada air susu ibunya untuk hidup, demikian pula kita terus bergantung pada doa Bapa Kami untuk kehidupan rohani kita setiap hari.

Doa Bapa Kami bukan sekadar rangkaian kata hafalan, melainkan sebuah pola hidup dan relasi yang mendalam dengan Allah. Hari ini kita merenungkan permohonan pertama dalam doa tersebut: “Dikuduskanlah nama-Mu.”

“Bapa kami yang di sorga, dikuduskanlah nama-Mu.”(Matius 6:9)

1. Bapa Kami – Relasional, Bukan Formal

“Bapa kami…”

Yesus mengajar kita menyapa Allah sebagai Bapa. Ini bukan panggilan formal, tetapi sapaan yang intim. Secara alamiah manusia berdosa tidak memenuhi syarat untuk memanggil Allah sebagai Bapa. Ada jurang yang memisahkan antara Allah yang kudus dengan kita yang cemar. Tetapi melalui karya Kristus di salib, kita diadopsi menjadi anak-anak Allah. Kita kini punya akses langsung kepada-Nya.

Dalam doa, kita tidak datang sebagai orang asing, tetapi sebagai anak yang dikasihi.

Inilah yang disebut accessibilityjalan masuk langsung kepada Allah. Bayangkan seorang anak datang kepada papanya dengan penuh percaya: “Papa, aku butuh Engkau.” Demikianlah kita datang kepada Allah: tanpa jarak, tanpa formalitas kaku, melainkan dengan hati yang terbuka.

2. Dikuduskanlah Nama-Mu – Dikhususkan untuk Dihormati

“Dikuduskanlah nama-Mu.”

Nama dalam Alkitab mewakili pribadi yang menyandangnya. Nama Allah adalah diri-Nya sendiri. Ketika kita berkata “Dikuduskanlah nama-Mu,” kita mengakui:

  • ✅ Hanya Allah satu-satunya yang layak dihormati.
  • ✅ Kita memisahkan nama Allah dari segala yang biasa dan duniawi.
  • ✅ Kita menempatkan Allah sebagai pusat kehidupan kita.

Keluaran 3:14 mencatat bagaimana Allah memperkenalkan diri-Nya kepada Musa: “I AM THAT I AM.” – Aku adalah Aku.

Artinya: Allah adalah satu-satunya yang benar. Segala berhala hanyalah “I am not.”

DI SURGA NAMA ALLAH SELALU DIKUDUSKAN

“Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang.” (Wahyu 4:8)

Di surga, nama Allah tidak pernah berhenti dipuji. Para makhluk surgawi siang dan malam menyatakan kekudusan-Nya. Inilah teladan bagi kita di bumi. Dalam doa kita berkata: “Dikuduskanlah nama-Mu” artinya kita rindu kehidupan kita di bumi mencerminkan penyembahan yang terjadi di surga.

 DI BUMI? NAMA ALLAH SERING DIHUJAT

Sayangnya, kondisi di bumi berbeda. “Dan nama-Ku terus dihujat sepanjang hari.” (Yesaya 52:5)

Mengapa? Karena umat Allah sendiri sering hidup tidak taat. Israel jatuh dalam penyembahan berhala, akhirnya ditindas bangsa lain, dan nama Allah dihina karena umat-Nya sendiri tidak setia.

Hal yang sama ditegaskan Paulus: “Sebab oleh karena kamulah nama Allah dihujat di antara bangsa-bangsa lain.” (Roma 2:24)

Paulus menegur keras orang yang bermegah atas Taurat tetapi melanggarnya (Roma 2:21-22)

  • Mengajar orang lain jangan mencuri, tetapi dirinya mencuri.
  • Mengajar jangan berzina, tetapi dirinya berzina.
  • Membenci berhala, tetapi dirinya merampok rumah berhala.

Intinya: Ketika umat Allah tidak hidup sesuai firman, nama Allah jadi bahan hujatan.

Renungan ini mengajak kita bertanya: Apakah hidupku selama ini memuliakan nama Allah, atau justru membuat orang lain menghujat nama-Nya?. Setiap perkataan, setiap keputusan, setiap tindakan kita membawa nama Allah. Kita bukan hanya membawa nama pribadi atau keluarga kita, tetapi kita membawa nama Allah ke mana pun kita pergi

  • Saat orang lain melihat kita sabar dalam penderitaan, nama Allah dipermuliakan.
  • Saat orang lain melihat kita jujur dalam pekerjaan, nama Allah ditinggikan.
  • Saat orang lain melihat kita mengasihi orang yang menyakiti kita, nama Allah disegani.

Martin Luther berkata ia terus menyusu dari Doa Bapa Kami sepanjang hidupnya. Demikian juga kita: doa ini bukan sekadar hafalan, tetapi sumber hidup.

Mari kita terus berdoa, terus belajar, terus hidup dengan kesadaran:

  • 🌟 “Bapa kami yang di sorga, dikuduskanlah nama-Mu.”
  • 🌟 Biarlah hidupku memuliakan Engkau.
  • 🌟 Biarlah nama-Mu ditinggikan di bumi seperti di surga.

Amin. Tuhan Yesus memberkati ✝️

Rangkuman Khotbah
Pdt. Soerono Tan

Link Youtube :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *