Just Do It (Ketaatan yang Utuh )

October 2, 2025 0 Comments

Renungan Harian Kamis, 02 Oktober 2025

📖 Bacaan: Yohanes 2:1–11

Kisah mujizat di Kana bukan hanya sekadar cerita indah dalam Alkitab, melainkan pelajaran hidup yang sangat penting bagi setiap orang percaya. Yohanes mencatat bahwa mujizat pertama yang Yesus lakukan terjadi dalam sebuah pesta pernikahan di Kana. Acara yang seharusnya penuh sukacita hampir saja berubah menjadi bencana karena anggur habis di tengah pesta. Dalam budaya Yahudi, pernikahan adalah momen yang sangat sakral dan penting. Pernikahan tidak hanya melibatkan kedua mempelai, tetapi juga keluarga besar dan seluruh komunitas. Kekurangan anggur bukanlah hal sepele—itu bisa mendatangkan malu besar dan dianggap sebagai aib sosial.

Namun, kehadiran Yesus mengubah segalanya. Di tengah situasi yang terancam gagal, Yesus menunjukkan kuasa-Nya. Air yang semula hanya dipakai untuk tradisi penyucian tangan dan kaki, Ia ubahkan menjadi anggur terbaik. Bukan hanya sekadar cukup, tetapi berlimpah dengan kualitas terbaik. Peristiwa ini bukan sekadar penyelamatan sebuah pesta, melainkan tanda awal yang menyatakan siapa Yesus sebenarnya: Mesias yang berkuasa, Allah yang hadir di tengah umat-Nya.

Namun ada hal penting yang sering kali luput dari perhatian: ketaatan para pelayan. Maria, ibu Yesus, hanya berkata, “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu” (Yoh. 2:5). Tanpa banyak bertanya, para pelayan melakukan persis seperti yang Yesus perintahkan. Ketaatan sederhana itu membuka jalan bagi mujizat besar.

Dalam budaya Yahudi, pernikahan adalah momen sakral yang terbagi dalam dua tahap: kiddushin (pertunangan) dan nissu’in (pernikahan). Kegagalan dalam pesta bukan hanya persoalan teknis, melainkan aib sosial. Justru dalam konteks inilah Yesus menunjukkan kuasa-Nya. Mujizat pertama di Kana menandai awal pelayanan Yesus, sekaligus menegaskan bahwa ketaatan membuka ruang bagi karya Allah.

Maria memakai kata “whatsoever” (KJV) – yang berarti tanpa batasan atau pengecualian. Pesannya jelas: ketaatan kepada Yesus haruslah total, bukan sebagian. Sama seperti yang ditegaskan firman Tuhan dalam Ulangan 11:26–28, ketaatan mendatangkan berkat, tetapi ketidaktaatan mendatangkan kutuk. Pertanyaannya, apa yang menggerakkan ketaatan kita? Apakah karena takut dihukum, ingin diberkati, atau karena kasih kita kepada Tuhan?

Di sinilah kita perlu merenung: pada tingkat mana ketaatan kita? Apakah kita taat karena takut dihukum? Apakah kita taat karena ingin diberkati? Ataukah kita taat karena kasih kita kepada Tuhan? Ketaatan yang didasari rasa takut hanya akan bertahan sebentar. Tetapi ketaatan yang lahir dari kasih akan bertahan selamanya. Yesus berkata, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku” (Yoh. 14:15). Inilah standar ketaatan sejati—ketaatan yang mengalir dari kasih, bukan keterpaksaan. Ketaatan sejati lahir dari kasih, bukan keterpaksaan.

D.L. Moody pernah berkata, “Ketaatan berarti berbaris tepat apakah kita menyukainya atau tidak.”

Henry Blackaby mengingatkan bahwa kita tidak bisa taat jika kita tidak percaya, dan kita tidak bisa percaya jika kita tidak mengasihi-Nya. Itulah sebabnya ketaatan harus 100% – penuh penundukan, konsistensi, dan ketahanan.

John Stott menegaskan, “Ketaatan kepada Tuhan adalah bukti dari kasih dan iman yang sejati.”

Inilah rantai rohani yang sangat penting: mengenal Tuhan melahirkan kasih, kasih menumbuhkan iman, iman mendorong kita untuk percaya, dan kepercayaan menghasilkan ketaatan.

Sayangnya, banyak orang berhenti hanya pada “mengagumi Yesus” atau “menghormati Yesus” tetapi tetap hidup dalam dosa. John M. Sheehan mengingatkan, penghormatan tanpa ketaatan bukanlah kasih yang sejati. Kasih sejati kepada Kristus menuntut ketaatan penuh. Inilah yang ditunjukkan para pelayan di Kana: tanpa debat, tanpa ragu, mereka melakukan persis seperti yang Yesus perintahkan. Hasilnya? Anggur terbaik keluar dari tempayan yang hanya berisi air. Mujizat lahir dari ketaatan.  Sama seperti para pelayan di Kana, kita dipanggil untuk berkata: “Apapun yang Tuhan perintahkan, saya akan lakukan.”

Pertanyaannya sekarang: sudahkah kita taat sepenuhnya kepada Tuhan? Apapun keadaan kita—sulit, tidak masuk akal, atau menantang—marilah kita belajar untuk melakukan apa yang Tuhan perintahkan. Sama seperti Maria berkata, “Just do it.” Karena selalu ada pembelaan Tuhan bagi orang yang hidup taat kepada firman-Nya.

Ketaatan adalah kunci untuk mengalami karya Tuhan dalam hidup kita. Saat kita memilih untuk tunduk penuh kepada firman-Nya, kita sedang membuka jalan bagi mujizat dan pembelaan-Nya. Ketaatan yang lahir dari kasih akan menuntun kita hidup dalam berkat, sukacita, dan kemenangan.

🙏 Doa Penutup

Bapa yang penuh kasih, terima kasih karena Engkau mengajarkan kami arti ketaatan melalui firman-Mu. Tolong kami untuk tidak hanya menjadi pendengar, tetapi pelaku firman. Bentuk hati kami supaya taat sepenuhnya bukan karena terpaksa, melainkan karena kasih kepada-Mu. Dalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa. Amin.

🌟 Hikmat Hari Ini

“Ketaatan membuka jalan bagi mujizat Tuhan. Apa pun yang diperintahkan-Nya, lakukanlah dengan kasih dan iman.”

Tuhan Yesus memberkati

DS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *