The CALLING – Menghidupi panggilan Tuhan untuk hidup didalam KASIH

Renungan Harian Jumat, 03 Oktober 2025
📖 Bacaan: Yohanes 13:34–35 “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu, demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”
Panggilan untuk Saling Mengasihi
Perintah Yesus untuk saling mengasihi bukanlah sekadar nasihat moral atau etika sosial, melainkan inti dari identitas seorang murid Kristus. Kasih yang dimaksud bukanlah kasih duniawi yang penuh pamrih, melainkan kasih yang tulus, rela berkorban, tanpa syarat, dan bahkan sanggup mengasihi musuh. Kasih ini bukan sebatas perasaan, tetapi diwujudkan melalui tindakan nyata: pelayanan, belas kasih, pengampunan, dan penghormatan satu sama lain. Inilah perintah baru yang diberikan Yesus, perintah yang menjadi tanda pengenal murid-murid-Nya di dunia.
Yesus menekankan bahwa kasih adalah bukti nyata dari pengikut Kristus. Seperti tertulis dalam Matius 22:39, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri,” maka kasih kepada Tuhan dan sesama adalah dua hukum utama yang tidak dapat dipisahkan. Perintah ini hanya dapat dijalankan jika kita terlebih dahulu mengalami kasih Allah, sebab Allah adalah sumber kasih (1 Yoh. 4:7-19).
Sumber dan Dasar Sifat Kasih
Kasih sejati hanya bisa mengalir dari Allah yang lebih dulu mengasihi kita. Tanpa pengalaman kasih Kristus, kita hanya mampu mengasihi sebatas logika dan perasaan. Namun kasih Allah melampaui itu: kasih yang tulus, rela berkorban, tidak pilih kasih, penuh pengampunan, dan bertahan sampai akhir. Kasih inilah yang Yesus teladankan di kayu salib ketika Ia rela mati untuk menyelamatkan manusia berdosa.
Berbeda dengan kasih duniawi yang seringkali egois, kasih Kristiani mengajak kita untuk keluar dari diri sendiri, memberi tanpa menuntut balasan, dan tetap setia sekalipun tidak dihargai. Inilah kasih yang menjadi ciri khas murid Kristus.
- Perintah Tuhan Yesus: Dalam Matius 22:39, Yesus mengajarkan bahwa kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri, yang disebut sebagai hukum yang kedua, sama pentingnya dengan mengasihi Tuhan.
- Perintah Baru: Yesus juga memberikan perintah baru agar murid-murid-Nya saling mengasihi sebagaimana Ia telah mengasihi mereka, dan tanda kasih inilah yang akan membuat orang lain mengenali mereka sebagai murid-Nya (Yohanes 13:34-35).
Tantangan: Egoisme yang Menguasai Dunia
N.A.M.U.N. Ada Sebuah PERMASALAHAN Yang MUNCUL
Egoisme: “MEMENTINGKAN DIRI SENDIRI”
Saman dahulu, manusia cenderung lebih mementingkan diri sendiri. Prinsip-prinsip dunia—seperti teori Adam Smith tentang kepentingan individual atau gagasan Richard Dawkins dalam The Selfish Gene—mendukung pola hidup yang berfokus pada diri sendiri. Dunia mengajarkan bahwa kebahagiaan datang dari memaksimalkan keuntungan pribadi, sementara orang lain menjadi sekadar “alat” untuk mencapai tujuan tersebut. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dengan roh yang berlawanan dengan arus dunia ini. Lawan dari egoisme adalah altruisme.
Altruisme: Kasih yang Memberi Tanpa Pamrih
Altruisme adalah sikap memperhatikan kesejahteraan orang lain tanpa mengutamakan diri sendiri. Ini bukan sekadar kewajiban, melainkan lahir dari hati yang digerakkan oleh kasih. Altruisme tidak menuntut balasan, tidak menghitung untung rugi, tetapi murni memberi karena ingin melakukan kebaikan. Inilah wujud kasih sejati yang diajarkan Yesus: kasih yang melampaui batas diri.
Kisah pemuda kaya dalam Lukas 18:22 menunjukkan bahwa ketaatan pada hukum saja tidak cukup. Yesus menantangnya untuk menjual segala miliknya dan membagikan kepada orang miskin, sebuah panggilan kepada hidup dalam altruisme. Demikian pula Zakheus (Luk. 19:8), yang setelah berjumpa dengan Yesus, berubah total dari hidup egois menjadi hidup penuh kasih dan pengorbanan bagi sesama.

Yesus sendiri adalah teladan tertinggi altruisme. Ia rela mengosongkan diri-Nya, turun ke dunia, dan mati di kayu salib bagi kita. Kita semua telah menikmati kasih yang tanpa pamrih itu. Maka, panggilan kita jelas: meneruskan kasih yang sama kepada sesama, sebab Tuhan menyukai kasih setia lebih daripada korban sembelihan (Hos. 6:6).
Kasih adalah panggilan tertinggi orang percaya. Dunia boleh mengajarkan egoisme, tetapi Kristus memanggil kita untuk hidup dalam kasih yang tulus, rela berkorban, dan tanpa syarat. Kasih inilah tanda bahwa kita sungguh murid-murid-Nya. Karena kita telah menikmati kasih Kristus yang murni dan penuh altruisme, maka tugas kita adalah meneruskan kasih itu kepada sesama, sehingga dunia dapat melihat terang Kristus melalui hidup kita.
🙏 Doa Penutup
Bapa di surga, terima kasih karena Engkau lebih dulu mengasihi kami. Ajari kami untuk hidup saling mengasihi, bukan dengan kasih duniawi yang egois, tetapi dengan kasih Kristus yang rela berkorban. Tolong kami melawan egoisme dan menumbuhkan hati yang penuh belas kasih. Biarlah hidup kami menjadi saksi nyata kasih-Mu bagi dunia. Dalam nama Yesus Kristus kami berdoa. Amin.
🌟 Hikmat Hari Ini
“Kasih sejati adalah tanda murid Kristus: memberi tanpa pamrih, mengampuni tanpa syarat, dan mengasihi tanpa batas.”
Tuhan Yesus Memberkati
Budi Wahono
Dapatkan Link renungan Harian dari elohim.id setiap hari dengan bergabung kedalam Grup Renungan Harian kami
Silahkan ketik Nama (spasi) Daerah asal (Spasi) No Hp yang anda daftarkan
Kirim ke 0895-1740-1800
Tuhan Memberkati dan tetap bertumbuh dalam kebenaran Firman Tuhan