Dialah Gunung Batuku dan Bagianku

Renungan Harian Youth, Selasa 07 Oktober 2025
Mazmur 73:26, “Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya,”
Syalom rekan-rekan Youth yang dikasihi oleh Tuhan Yesus … Kita semua pernah mengalami dukacita, sakit, dan penderitaan dalam hidup kita. Ini adalah bagian dari pengalaman hidup manusia karena dampak dosa. Setiap orang akan mengalami kematian, dukacita, dan sakit. Namun, di tengah semua itu, Tuhan berjanji menyertai kita.
Pergumulan iman adalah sesuatu yang serius. Asaf mengalami masa krisis, bahkan hampir kehilangan jati dirinya. Kesan dan kesimpulan salah tentang fakta hidup orang fasik membuatnya pahit hati (ayat 21). Untunglah ia tidak berlarut-larut dalam kepahitan dan kemunduran iman. Sebaliknya menyadari adanya reaksi yang tidak beres itu membuat ia berpaling. Bukan dari Tuhan, tetapi kepada Tuhan untuk mendapatkan kekuatan baru dari kemuliaan-Nya.
Rekan-rekan youth, Tuhan tahu tujuan hidup kita. Dari semula Dia merancang kita dari debu dan suatu saat kita akan kembali kepada debu.
Kita sudah diberikan identitas baru sebagai anak-anak-Nya dan Dia mau membekali kita dengan kekuatan dan mengajari kita cara menggunakan otoritas yang diberikan Tuhan kepada kita.
Asaf, yang namanya berarti “Yahwe telah mengumpulkan,” adalah penulis dua belas mazmur (Mazmur 50,73-83). Ia berasal dari suku Lewi dan merupakan salah seorang dari tiga pemimpin nyanyian dalam ibadah. Mazmur 73 adalah mazmur hikmat yang mengajarkan pembacanya cara menghadapi berbagai tantangan dan kesengsaraan hidup. Di dalamnya, Asaf mengungkapkan kepahitan mendalam yang dialaminya karena melihat kemakmuran orang fasik yang tidak adil. Namun, ketika ia memahami kehadiran Allah dalam hidupnya, akhir hidupnya yang mulia, dan hukuman yang sudah ditentukan bagi orang fasik, pandangannya mengenai dunia yang ada pun berubah. Karena yakin “tidak ada yang [diingininya] di bumi”, Asaf menerima Allah yang berdaulat sebagai gunung batu kekuatannya, sumber perlindungannya, dan miliknya yang abadi.
Seringkali kita tersandung dengan melihat seakan-akan orang yang banyak berbuat dosa, sombong, jahat di mata Tuhan, dan bahkan jauh dari Tuhan, justru mereka lebih berlimpah secara materi dan kita yang selalu berharap kepada Tuhan justru sebaliknya. kita mungkin bertanya-tanya tentang keadilan dan pembelaan dari Tuhan untuk kita, tapi nyatanya kita masih saja kekurangan. tetapi justru dari situlah kekuatan kita diukur oleh Tuhan dan Dia terbuka dengan segala keluhan kita, dan memberikan segala macam pemahaman akan apa yang harusnya menjadi yang paling berarti dalam hidup kita.
Miliki Iman yang dewasa.
Di dalam Tuhan, Asaf bukan saja beroleh kehangatan pelukan Tuhan, tetapi juga pengenalannya akan Tuhan menjadi makin jelas dan dewasa. “Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya” (ayat 26).
Berikut adalah pemahaman lebih lanjut dari ayat tersebut:
• “Dagingku dan hatiku akan lenyap”: Ini menggambarkan kelemahan tubuh dan perasaan manusia yang fana, yang pada akhirnya akan mati atau menjadi lemah.
• “Gunung batuku”: Ini adalah metafora yang kuat untuk Allah, yang digambarkan sebagai tempat yang kokoh, aman, dan tidak tergoyahkan.
• “Dan bagianku”: Ini menunjukkan bahwa Allah adalah segala sesuatu yang diinginkan pemazmur, baik di surga maupun di bumi.
• “Selama-lamanya”: Penegasan bahwa hubungan dengan Allah, sebagai gunung batu dan bagiannya, bersifat kekal dan tidak akan berakhir.
Rekan-rekan youth, Asaf dipenuhi kasih karunia bersandar kepada Allah sebagai kekuatan rohani dan bagian mereka untuk selama-lamanya. Kini pergumulan hidup dengan segala kesulitannya tidak lagi fokus perhatiannya, tetapi Allah menjadi gunung batu kekuatannya.
Meskipun kekuatan fisik dan emosi manusia mungkin melemah atau lenyap, Allah adalah sumber kekuatan dan bagian yang tidak akan pernah berubah atau hilang, melainkan tetap ada untuk selamanya.
Pertama-tama,“Allah adalah gunung batuku, gunung batu bagi hatiku, dasar yang teguh, yang akan menyokongku sehingga aku tidak akan terbenam. Allah adalah gunung batuku, aku telah mendapati-Nya demikian, dan sampai kini pun masih begitu, dan aku berharap selamanya akan mendapati Dia demikian.” Dalam kesesakan yang ia khawatirkan, dia mengetengahkan kegagalan ganda, yaitu lenyapnya daging dan hati. Akan tetapi, di dalam kelegaannya, ia hanya mengandalkan sokongan tunggal: dia tidak lagi menghiraukan daging dan kekhawatiran yang disebabkannya, sebab cukuplah bahwa Allah merupakan gunung batunya. Dia berkata-kata seperti orang yang tidak lagi memedulikan tubuh (biar saja tubuh menjadi lemah, sebab hal itu tidak dapat dicegah), tetapi sebagai orang yang lebih mengindahkan jiwa, supaya diteguhkan di dalam batinnya.
Kedua,“Bagianku tetaplah Allah selama-lamanya. Dia tidak saja akan meneguhkanku ketika aku berada di sini, tetapi juga akan membahagiakanku nanti bila aku sudah sampai di sana.” Orang-orang kudus memilih Allah sebagai bagian mereka. Mereka memiliki-Nya sebagai bagian mereka, dan kebahagiaan mereka adalah bahwa Ia akan menjadi bagian mereka, bagian yang sekekal kehidupan jiwa-jiwa yang abadi. Iman yang dewasa, iman yang telah dimurnikan, dan iman yang tidak lagi dikaitkan pada kondisi lahiriah dan berkat-berkat material.
Iman itu bersandar penuh pada Allah saja dan menjadikan seluruh hidup baik yang sedang dilalui kini maupun tujuan kekal kelak sepenuhnya dari Tuhan, oleh Tuhan, untuk Tuhan saja.
💡 Hikmat Hari Ini
Iman yang sejati bukanlah percaya ketika segalanya baik, tetapi tetap bersandar pada Tuhan ketika segalanya tampak goyah — sebab hanya Allah yang menjadi Gunung Batu dan bagian kita untuk selama-lamanya.
Amin, Tuhan Yesus Memberkati
RM – DOT
Dapatkan Link renungan Harian dari elohim.id setiap hari dengan bergabung kedalam Grup Renungan Harian kami
Silahkan ketik Nama (spasi) Daerah asal (Spasi) No Hp yang anda daftarkan
Kirim ke 0895-1740-1800
Tuhan Memberkati dan tetap bertumbuh dalam kebenaran Firman Tuhan
selalu diberkati dengan Firman Tuhan yg diperoleh hari ini.