📖 Wahyu 9 – Sangkakala Kelima dan Keenam
Pada sangkakala kelima, Yohanes melihat bintang jatuh yang diberi kunci jurang maut. Dari jurang keluar asap dan belalang menyerupai kuda perang dengan wajah manusia, gigi singa, dan ekor seperti kalajengking. Mereka diberi kuasa untuk menyiksa manusia yang tidak dimeteraikan Allah selama lima bulan. Pada sangkakala keenam, Yohanes melihat empat malaikat yang dilepaskan di sungai Efrat, yang memimpin pasukan berkuda berjumlah dua ratus juta. Mereka membunuh sepertiga umat manusia dengan api, asap, dan belerang dari mulut kuda-kuda itu. Namun, manusia yang tersisa tetap tidak bertobat dari penyembahan berhala dan perbuatan jahat mereka.
Kesimpulan:
Penghakiman Allah makin nyata melalui sangkakala, namun hati manusia tetap keras dan enggan bertobat.
📖 Wahyu 10 – Malaikat dan Kitab Kecil
Yohanes melihat seorang malaikat perkasa turun dari surga, berselubung awan dengan pelangi di atas kepalanya, wajah seperti matahari, dan kaki seperti tiang api. Ia memegang sebuah kitab kecil yang terbuka. Malaikat itu bersumpah demi Allah yang hidup selama-lamanya bahwa tidak akan ada penundaan lagi, sebab rahasia Allah akan segera digenapi. Yohanes diperintahkan untuk memakan kitab kecil itu: rasanya manis di mulut tetapi pahit di perut. Hal ini melambangkan bahwa firman Allah membawa sukacita tetapi juga penderitaan, dan Yohanes masih harus bernubuat kepada banyak bangsa, kaum, bahasa, dan raja.
Kesimpulan:
Penyataan firman Allah membawa penghiburan sekaligus penderitaan, dan umat Tuhan dipanggil untuk terus menyampaikan nubuat-Nya kepada dunia.
Wahyu 9–10: Penghakiman Allah melalui sangkakala semakin keras, tetapi manusia tetap menolak bertobat. Dalam penglihatan berikutnya, Yohanes ditegaskan kembali panggilannya untuk memberitakan firman Allah, meski firman itu membawa sukacita sekaligus penderitaan.
“Tetapi manusia lain, yang tidak mati oleh malapetaka itu, tidak juga bertobat dari perbuatan tangan mereka…”(Wahyu 9:20)
