“Dua Permintaan”

August 1, 2025 0 Comments

Renungan Harian Jumat, 01 Agustus 2025

đź“– Ayat Pokok: Amsal 30:8-9 “Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan, jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan; biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: ‘Siapa TUHAN itu?’ atau kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku.”

Syalom bapak ibu yang dikasihi Tuhan, kita bersyukur hari ini kita dapat kembali merenungkan Firman Tuhan

Kisah Sang Gubernur dan Sebuah Peti

Di masa kejayaan Kerajaan Persia, Alkisah hiduplah seorang pria sederhana dari desa kecil yang dikenal oleh rakyat karena hidupnya yang jujur, rendah hati, dan penuh integritas. Di masa kejayaan Kerajaan Persia, diceritakan tentang seorang pria sederhana yang diangkat menjadi kepala desa karena kejujuran dan dedikasinya. Kinerjanya yang gemilang membawanya naik menjadi Bupati, bahkan Gubernur. Namun, ada satu hal yang membuat orang bertanya-tanya: ia selalu membawa sebuah peti ke mana pun ia pergi.

Rumor pun mulai beredar. Banyak yang mencurigai bahwa peti itu berisi emas, perak, atau harta hasil sogokan. Desas-desus itu sampai juga ke telinga Raja. Merasa perlu menyelidiki, Raja melakukan inspeksi mendadak. Di hadapan para pejabat istana, peti itu dibuka. Namun, isi yang ditemukan sangat mengejutkan: bukan harta atau dokumen penting, melainkan hanya sehelai baju usang dan kotor yang telah lama lusuh. Ketika ditanya oleh Raja, sang Gubernur menjawab dengan hormat, “Paduka Raja, ini adalah baju yang saya kenakan ketika saya hanyalah seorang rakyat jelata, seorang penggembala miskin dari desa. Saya membawa baju ini ke mana pun saya pergi, agar saya tidak pernah lupa dari mana saya berasal, dan supaya saya selalu mengingat bahwa semua kehormatan ini hanyalah anugerah dari Tuhan dan kemurahan hati Paduka Raja. Bila suatu saat jabatan ini harus saya lepaskan, saya siap kembali ke desa dengan hati yang tetap bersyukur.” Sang Raja terharu, dan rakyat pun memandang Gubernur itu dengan lebih hormat. Peti tua itu bukan lambang harta, tetapi lambang kerendahan hati dan rasa syukur yang sejati. Sebuah pelajaran penting bahwa orang besar bukan hanya karena jabatan yang ia emban, tapi karena hati yang tetap rendah dan takut akan Tuhan, meskipun berada di puncak keberhasilan. Itulah simbol kerendahan hati dan rasa cukup —

Dua nilai penting yang juga ditegaskan dalam Amsal 30:8-9

Amsal 30 ditulis oleh Agur bin Yake, seorang bijak yang menyampaikan perenungannya tentang kehidupan dan relasinya dengan Tuhan. Dalam ayat 8–9, Agur tidak meminta hal-hal besar atau kekayaan melimpah. Ia justru mengajukan dua permintaan yang sangat sederhana, namun sangat dalam secara rohani:

  1. Dijauhkan dari kecurangan dan kebohongan.
  2. Diberi kecukupan hidup — tidak terlalu miskin dan tidak terlalu kaya.

Permintaan ini memperlihatkan kerinduan akan hidup yang berintegritas dan seimbang, jauh dari jebakan dunia yang bisa membuat seseorang menyimpang dari iman.

1. Permintaan Pertama: Jauh dari Kecurangan dan Kebohongan

Agur tahu bahwa akar dari banyak kejatuhan manusia adalah dosa dalam hati—ketidakjujuran dan tipu daya. Maka yang ia minta pertama bukanlah kekayaan, tetapi karakter yang bersih.

“Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan.”Ini menunjukkan bahwa hati yang bersih dan integritas lebih penting daripada kekayaan atau keberhasilan secara lahiriah. Agur mengerti bahwa karakter lebih berharga daripada pencapaian.

Sebagai orang percaya, kita harus lebih dulu mencari kemurnian hati, bukan keuntungan duniawi. Kita perlu menilai ulang apakah kita berusaha “terlihat benar” atau benar-benar hidup dengan integritas di hadapan Tuhan dan manusia.

2. Permintaan Kedua: Kecukupan yang Menjaga Iman

Agur tahu betul bahayanya kekayaan dan kemiskinan yang ekstrem. Maka ia meminta agar Tuhan menjauhkan dia dari dua sisi ekstrim kehidupan:

“Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan.”
“Kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu?”
“Kalau aku miskin, aku mencuri dan mencemarkan nama Allahku.”

Ini adalah doa keseimbangan hidup—agar diberi cukup: tidak berlebihan sampai melupakan Tuhan, dan tidak kekurangan sampai harus berdosa. Kepuasan hidup tidak datang dari jumlah harta, tetapi dari rasa cukup dalam hati. Kita dipanggil untuk bersyukur atas bagian yang Tuhan berikan. Ketika kita belajar puas, kita bisa hidup dengan damai dan terhindar dari jebakan iri, ambisi buta, atau keluhan terus-menerus.

Kembali pada kisah sang Gubernur Persia — ia memilih mengingat masa lalunya agar tidak menjadi sombong di puncak jabatan. Sama seperti Agur, ia tidak lupa bahwa semua yang dimiliki hanyalah anugerah Tuhan. Ia siap untuk kembali miskin bila Tuhan menghendaki, tanpa kehilangan jati diri dan imannya.

Penutup: Hidup yang Berkenan di Hadapan Allah

Renungan “Dua Permintaan” ini mengajarkan kita untuk:

  • Mengutamakan karakter di atas kekayaan.
  • Bersyukur dan merasa cukup dengan bagian yang Tuhan berikan.
  • Menghindari ekstrem kehidupan yang bisa menyesatkan hati.

👉 Mari kita berdoa seperti Agur:

“Tuhan, cukupkanlah aku dengan bagian yang Kau tetapkan. Bentuklah hatiku agar tetap murni di hadapan-Mu. Jauhkan aku dari segala tipu daya, dan tuntunlah aku agar tidak menyimpang dari jalan-Mu.”

Tuhan Yesus memberkati … Amin. 🙏

YNP

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *