“Dua Peser”

Renungan Harian Senin, 21 Oktober 2024
Belajar dari Kisah Persembahan Janda dalam Markus 12:41-44)
Dalam kisah persembahan janda miskin, Yesus duduk di seberang peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang-orang memberikan persembahan mereka. Banyak orang kaya datang dan memberikan dalam jumlah besar, tetapi kemudian seorang janda miskin datang dan memberikan dua keping uang—dua peser. Meskipun persembahannya kecil di mata manusia, itu menarik perhatian Yesus. Dia berkata kepada murid-murid-Nya, “Sesungguhnya, janda miskin ini memberi lebih banyak daripada semua orang lain yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan” (Markus 12:43).
Nilai dari dua peser sangat kecil dalam hal jumlah uang—sekitar Rp. 1.560 dalam nilai saat ini, yang merupakan 1/128 dari upah sehari. Itu hampir tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang diberikan orang lain. Namun, Yesus memuji persembahannya karena dia memberi dari kekurangannya, sementara yang lain memberi dari kelimpahannya. Pelajaran utama di sini bukanlah jumlahnya, tetapi hati di balik pemberian itu.
Ini mencerminkan sebuah kebenaran mendalam: Kita bisa memberi tanpa kasih, tetapi kita tidak bisa mengasihi tanpa memberi. Pemberian yang sejati mengalir dari hati yang penuh kasih, iman, dan kepercayaan kepada Allah. Persembahan janda itu menunjukkan bahwa nilai pemberian kita tidak diukur dari jumlahnya, tetapi dari pengorbanan dan pengabdian yang diwakilinya.
Kedua kita akan belajar dari Jemaat Makedonia
Rasul Paulus menyoroti contoh serupa dalam 2 Korintus 8:1-5, di mana jemaat-jemaat Makedonia, meskipun dalam kemiskinan yang parah, memberikan dengan murah hati dan berkorban. Mereka memberi melebihi kemampuan mereka, dengan sukacita dan kasih, karena pertama-tama mereka telah menyerahkan diri mereka kepada Tuhan. Pemberian mereka bukan karena paksaan, tetapi dari limpahan rasa syukur dan kepercayaan kepada pemeliharaan Tuhan.
Mengembangkan Rasa Cukup
Rasa cukup atau contentment adalah suatu kualitas hati yang sangat berharga dalam kehidupan orang percaya. Dalam dunia yang selalu menuntut lebih, kita sering kali tergoda untuk merasa tidak puas dan selalu ingin mengejar lebih banyak—lebih banyak kekayaan, pengakuan, atau prestasi. Namun, Alkitab mengajarkan bahwa rasa cukup adalah sumber berkat yang mendalam, karena dari sanalah kita dapat menemukan sukacita sejati dan damai dalam Tuhan.
Bagaimana mungkin kita bisa memberi ketika kita merasa memiliki begitu sedikit? Rahasianya terletak pada rasa cukup. 1 Timotius 6:6 berkata, “Ibadah yang disertai rasa cukup memberi keuntungan besar.” Ketika kita belajar untuk merasa cukup dengan apa yang Allah berikan, kita menyadari bahwa kita memiliki cukup—bukan hanya untuk kebutuhan kita, tetapi juga untuk berbagi dengan orang lain. Kecukupan membebaskan kita dari ketakutan akan kekurangan dan memungkinkan kita untuk memberi dengan sukacita.
Rasa cukup adalah sikap hati yang menerima apa yang Tuhan berikan, baik itu banyak maupun sedikit, dengan penuh syukur. Orang yang memiliki hati dengan rasa cukup tidak dipenuhi oleh rasa cemas atau iri hati, melainkan hidup dalam damai karena mereka tahu bahwa Tuhan memelihara segala kebutuhan mereka.
Memberi dan melayani tidak membuat kita menjadi rohani. Sebaliknya, hubungan kita dengan Tuhan, kepercayaan kita kepada-Nya, dan rasa cukup dalam Dia adalah yang menghasilkan kerohanian sejati. Buah dari hubungan ini adalah Kebaikan hati dan pelayanan. Ketika kita mengalami kasih Allah, kita tidak bisa tidak memberi—baik itu waktu, sumber daya, atau talenta kita.
Rasa cukup juga berkaitan dengan pemahaman bahwa hidup di dunia ini bersifat sementara. Ketika kita mengejar harta duniawi dengan ambisi yang tidak terkendali, kita lupa bahwa kita adalah warga surgawi dan tujuan akhir kita adalah kekekalan bersama Tuhan. Ibrani 13:5 mengingatkan kita untuk “jangan menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu.” Tuhan memanggil kita untuk menjalani hidup dengan pandangan yang tertuju pada kehidupan kekal, bukan hanya pada kesenangan duniawi.
Kisah dua peser janda miskin mengajarkan kita bahwa pemberian bukanlah tentang jumlahnya, melainkan tentang hati yang memberi. Seperti janda tersebut, kita dipanggil untuk memberi dengan kasih dan iman, mempercayai bahwa Allah akan mencukupi segala kebutuhan kita. Jemaat Makedonia juga mengingatkan kita bahwa sukacita dalam memberi berasal dari hati yang telah menyerahkan diri kepada Tuhan. Kecukupan dalam Tuhan membawa kita pada kemurahan hati, dan kemurahan hati mencerminkan kasih Allah kepada dunia.
Memiliki hati yang merasa cukup bukan berarti kita tidak boleh menginginkan sesuatu yang lebih baik, tetapi itu berarti kita belajar bersyukur atas apa yang kita miliki sekarang dan mempercayakan masa depan kita kepada Tuhan. Rasa cukup adalah sikap hati yang menyadari bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan dan Dia tahu apa yang terbaik untuk kita.
Dengan rasa cukup, kita dapat hidup dalam damai, memberi dengan sukacita, dan terus berjalan bersama Tuhan dalam keyakinan bahwa hidup kita berada di dalam tangan-Nya.
Tuhan Yesus memberkati
Rangkuman Khotbah
Pdt. Ester Budiono