HANDAL DALAM BEKERJA, BUKAN HANYA BERKATA

Renungan Harian Youth, Kamis 18 September 2025
Saat masa kampanye politik, kita sering mendengar begitu banyak janji manis dari para calon pemimpin daerah. Namun, kenyataannya tidak sedikit dari mereka yang gagal memenuhi janjinya ketika terpilih. Hal ini membuat masyarakat kecewa karena apa yang mereka ucapkan tidak sesuai dengan tindakan mereka. Contoh ini sebenarnya sangat dekat dengan kehidupan rohani kita.
Tidak jarang kita juga pandai berkata manis di hadapan Tuhan, tetapi tidak menindaklanjutinya dalam perbuatan nyata.
Lip Service vs. Life Service
Dalam Matius 21:28–32, Yesus bercerita tentang seorang ayah yang meminta kedua anaknya untuk bekerja di kebun anggur.
Seorang ayah yang sudah lelah karena bekerja di kebun anggur memanggil anak sulungnya. Dengan suara penuh harap ia berkata, “Nak, hari ini pergilah bekerja di kebun anggur.” Sang anak sulung, dengan wajah penuh hormat dan suara lembut menjawab, “Baik, Ayah.” Kata-kata itu terdengar meyakinkan, bahkan menenangkan hati sang ayah. Namun, begitu ayahnya pergi, ia tidak pernah melangkahkan kaki ke kebun. Kata-katanya manis, tapi kosong tanpa tindakan.
Kemudian sang ayah berbalik kepada anak bungsu. Dengan nada yang sama ia memintanya bekerja di kebun. Sang adik, dengan wajah kesal menjawab, “Tidak mau!” Sikapnya keras, bahkan menyakitkan hati ayahnya. Namun setelah merenung, ia menyesal. Ia sadar ayahnya membutuhkan bantuan, lalu diam-diam ia pergi ke kebun anggur dan bekerja dengan sungguh-sungguh. Perbuatannya—meski tanpa kata manis—menjadi bukti nyata kasih dan ketaatan kepada sang ayah.

Yesus menegaskan: anak manakah yang sesungguhnya melakukan kehendak ayahnya? Bukan yang pandai berkata-kata, melainkan yang taat dalam tindakan. Anak sulung melambangkan orang yang hanya memberi lip service—pandai berkata-kata tetapi kosong dalam perbuatan. Sedangkan anak bungsu, meski awalnya salah, pada akhirnya ia memberi life service—ketaatan nyata dalam kehidupan.
Yesus menegaskan dalam Yohanes 14:15, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” Dengan kata lain, kasih kepada Tuhan bukan sekadar kata-kata indah dalam doa atau nyanyian, melainkan ketaatan sehari-hari dalam tindakan.
Iman yang Hidup, Bukan Sekadar Kata-kata
Alkitab juga mengingatkan dalam Yakobus 2:17, “Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya mati.” Iman yang sejati tidak berhenti pada ucapan mulut, tetapi diwujudkan dalam tindakan nyata. Anak Tuhan yang handal bukanlah mereka yang hanya bisa berbicara rohani dengan indah, tetapi mereka yang membuktikan kasih dan iman melalui sikap, perilaku, dan kesetiaan di dalam kehidupan sehari-hari.
Menjadi remaja dan pemuda yang handal berarti berani untuk berbeda: bukan sekadar mengikuti tren atau berbicara rohani, melainkan hidup dalam ketaatan yang konsisten. Tuhan mencari pribadi yang bisa dipercaya, yang bisa diberi tanggung jawab, dan yang hidupnya mencerminkan kasih Kristus.
Bagaimana Menjadi Anak Tuhan yang Handal?
- Belajar Taat dalam Hal Kecil – Kehandalan lahir dari kebiasaan. Mulailah dengan hal sederhana: setia berdoa, jujur dalam sekolah/kuliah/pekerjaan, disiplin waktu.
- Konsisten dalam Perbuatan – Jangan hanya bersemangat saat di gereja, tetapi juga tunjukkan kasih dan integritas di rumah, sekolah, dan komunitas.
- Peka terhadap Roh Kudus – Roh Kudus akan menolong kita untuk berkata “ya” pada kehendak Tuhan dan menolak godaan untuk hidup dalam kemunafikan.
- Bekerja untuk Tuhan, Bukan untuk Manusia – Ingatlah bahwa apa pun yang kita kerjakan, kerjakanlah seperti untuk Tuhan (Kolose 3:23).
Perumpamaan ini mengajak kita bercermin. Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita lebih mirip anak sulung: fasih berbicara, rajin bernyanyi, berdoa panjang, bahkan berkata, “Aku mengasihi Tuhan,” tetapi gagal menerapkannya dalam tindakan nyata. Kadang kita hanya memberi janji manis kepada Tuhan, namun berhenti di mulut. Atau mungkin kita pernah seperti anak bungsu: awalnya menolak, keras hati, tapi pada akhirnya kita tersentuh, menyesal, lalu melangkah dalam ketaatan. Pertanyaannya: lebih seringkah kita berada di pihak anak sulung atau anak bungsu?
Tantangan terbesar dalam menjalani “life service” adalah konsistensi. Godaan untuk berkata “ya” tetapi melakukan “tidak” sangat besar. Tekanan lingkungan, rasa malas, kompromi dengan dosa, atau rasa takut berbeda dari teman sebaya seringkali membuat kita sulit taat. Tapi di situlah pergumulan iman kita diuji: apakah kasih kita kepada Tuhan nyata hanya dalam kata, atau terbukti dalam tindakan sehari-hari?
Mengasihi Tuhan harus lebih dari sekadar kata-kata. Kasih sejati teruji dalam tindakan. Karena itu, belajarlah memberi Tuhan “life service”, bukan hanya “lip service”. Mulailah dari hal kecil: taat membaca Firman, jujur di sekolah atau pekerjaan, mengasihi sesama, mengampuni yang menyakiti, dan berani menolak godaan. Kasih kepada Tuhan bukan ditunjukkan dengan janji manis, tetapi dengan langkah nyata yang selaras dengan kehendak-Nya.
Jangan berhenti hanya pada mulut yang fasih berkata rohani, tetapi buktikan dengan hidup yang taat, sehingga Tuhan dipermuliakan melalui setiap aspek kehidupan kita.
Pokok Doa
Bapa, terima kasih untuk pesan-Mu hari ini. Ampuni aku bila terkadang hanya benar di mulut, tapi salah dalam tindakan. Tolong aku ya Roh Kudus, untuk hidup dalam ketaatan, agar imanku nyata dalam perbuatan. Ajarku untuk bekerja dengan setia, bukan hanya berkata, supaya hidupku menyenangkan hati-Mu. Amin.
Hikmat Hari Ini
“Lebih baik tindakan sederhana yang taat, daripada ribuan kata indah tanpa bukti nyata.”
Tuhan Yesus Memberkati
YNP – GA
Dapatkan Link renungan Harian dari elohim.id setiap hari dengan bergabung kedalam Grup Renungan Harian kami
Silahkan ketik Nama (spasi) Daerah asal (Spasi) No Hp yang anda daftarkan
Kirim ke 0895-1740-1800
Tuhan Memberkati dan tetap bertumbuh dalam kebenaran Firman Tuhan