Kehadiran yang Menguatkan

May 17, 2023 0 Comments

Renungan Harian Rabu, 17 Mei 2023

Nats: Amsal 25:20, “Orang yang menyanyikan nyanyian untuk hati yang sedih adalah seperti orang yang menanggalkan baju di musim dingin, dan seperti cuka pada luka.”

Shalom… Selamat pagi bapak,ibu dan saudara terkasih.

                Semua orang pasti pernah mengalami yang namanya menderita. Dan orang yang sedang menderita tentu sangat senang jika ada orang yang datang menghibur dan menguatkan, bahkan memberikan ayat-ayat pendukung dan mendoakan agar tetap bersemangat dan dapat bangkit kembali dari masalahnya. Namun ada kalanya kata-kata semangat itu justru terasa menyakitkan dan perih, bagaikan membuka baju di musim dingin, atau seperti tetesan cuka pada luka. Mungkin kata-katanya seperti memberikan dorongan bagi orang yang sedang menderita, namun dilakukan secara terus menerus tanpa disertai dengan pertimbangan, bahkan tanpa memberikan kesempatan org yang mwnderita itu untuk meluapkan perasaannya.

                Dalam pergaulan orang Kristen kita sering mendapati ada orang-orang yang pada pokoknya menyatakan bahwa kalau kita percaya Tuhan, kalau kita orang Kristen yang sejati, atau kalau kita jemaat yang berbakti, maka kita akan mengatasi segala penderitaan dan kesulitan yang ada. Namun kata-kata semangat itu diberikan oleh sesama kita, bahkan oleh para hamba Tuhan, dengan mengabaikan perasaan sesungguhnya dari kita yang sedang mengalami penderitaan dan kesulitan, sehingga seolah-olah kesedihan dan rasa duka yang kita alami adalah tidak penting bahkan dianggap sebagai suatu dosa oleh orang yang memberi semangat itu. Bukannya menjadi terhibur dan kuat malahan kita jadi terintimidasi karena takut dianggap kurang beriman, kurang percaya janji Tuhan, atau kurang rohani.   

Bapak, ibu dan saudara terkasih, jika kita membaca tulisan-tulisan Daud dalam kitab Mazmur, kita mendapati Daud yang adalah seorang raja dan pahlawan yang gagah perkasa, tidak pernah kalah perang, diurapi Nabi Samuel sejak muda, ditakuti musuh-musunya dan dipuja rakyat Israel, namun dalam Mazmur 22, secara jujur menyatakan kegundahan hatinya.

Kita bisa membayangkan bagaimana seorang jagoan perang yang gagah perkasa berseru kepada Tuhan dalam keputusasaan. Ia merasa bahwa Tuhan telah meninggalkan dan tidak menolong dia (Mazmur 22:1-2). Ini adalah kejujuran pribadi Daud yang membuat hatinya yang hancur diperhitungkan Tuhan sebagai suatu korban yang menyenangkan (Mazmur 51:17).

                Mari, belajarlah dari Raja Daud.  Ketika sedang mengalami penderitaan dan kesulitan, datanglah pada Tuhan dengan hati yang jujur. Ungkapkanlah seluruh kegundahan dan kekuatiran kita kepada-Nya, sebab Ia mengerti bahasa tetesan air mata kita. Sebaliknya, ketika kita melihat orang lain yang sedang kesusahan dan menderita, cobalah untuk terlebih dulu menyelami kegundahan hatinya, dan selalu memberikan kesempatan untuk meluapkan perasaannya.  

                Ketika kita hadir dengan penuh perhatian dan kasih dalam kehidupan orang lain, kita dapat memberikan dampak yang kuat dan positif dalam memperkuat iman dan persekutuan. Kehadiran secara emosional untuk mau dengan hati yang terbuka siap mendengarkan, dan memahami perasaan dan kebutuhan orang lain. Dalam Roma 12:15, Rasul Paulus mengatakan, “Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, tangislah dengan orang yang menangis. Ketika kita hadir secara emosional, kita dapat berempati dan memberikan dukungan yang tulus kepada saudara seiman yang sedang menghadapi kesedihan, kekecewaan, atau cobaan.

                Kehadiran yang menguatkan adalah cara konkret untuk menunjukkan kasih Kristus kepada saudara seiman. Melalui kehadiran yang penuh perhatian, kita dapat memperkuat iman, memperbaharui harapan, dan saling mendoakan satu sama lain. Ketika kita hadir dengan kesediaan untuk mendengarkan, memberikan nasihat yang bijaksana, dan memberikan dukungan praktis, kita dapat membangun hubungan yang kuat dan saling menguatkan dalam iman kita kepada Tuhan.

Filipi 2:3-4  dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.

                Kita harus mengerti bahwa ada saatnya untuk kita duduk bersama dalam diam dan tangisan tanpa kata-kata, sebab itu jauh lebih berarti dari pada ribuan kata-kata nasihat.

Marilah kita berkomitmen untuk hadir dengan penuh kasih dan perhatian, membawa penghiburan, mendoakan, memberikan nasihat yang bijaksana, dan saling membantu dalam perjalanan iman kita menuju Kristus.

Tuhan Yesus memberkati

DS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *