MENGALAMI TUHAN SECARA PRIBADI

Renungan Harian Youth, Jumat 19 September 2025
Shalom, rekan-rekan Youth yang dikasihi Tuhan!
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar cerita orang lain tentang pengalaman mereka bersama Tuhan. Mungkin dari orang tua, pendeta, atau sahabat rohani. Cerita-cerita itu memang menginspirasi, tetapi pengalaman pribadi tidak bisa digantikan hanya dengan kata orang lain. Kekristenan bukan sekadar agama dengan aturan-aturan, tetapi sebuah relasi yang nyata dengan Tuhan. Relasi itu menuntut pengalaman pribadi—saat kita sendiri yang merasakan kuasa, kasih, dan penyertaan-Nya.
Dalam Ulangan 11:1–7, Musa mengingatkan bangsa Israel agar mereka mengingat pengalaman nyata bersama Tuhan: bagaimana mereka melihat kuasa-Nya, tangan-Nya yang kuat, dan mujizat yang membawa mereka keluar dari Mesir serta menyertai mereka di padang gurun.
Kata “mengetahui” dalam Alkitab memiliki makna yang sangat kaya. Dalam bahasa Ibrani dipakai kata “yada”, sedangkan dalam bahasa Yunani digunakan kata “ginosko”. Keduanya tidak hanya berbicara tentang pengetahuan intelektual, tetapi pengetahuan yang lahir dari pengalaman langsung. Artinya, seseorang baru benar-benar mengetahui ketika ia telah mengalami sendiri, bukan sekadar mendengar dari cerita orang lain. Seperti ketika seseorang bercerita tentang rasa manis madu, kita hanya bisa membayangkan sampai akhirnya kita sendiri mencicipinya—barulah kita sungguh tahu. Demikian pula,
Alkitab mengajarkan bahwa mengenal Allah bukan sekadar lewat informasi atau teori, melainkan melalui pengalaman nyata bersama-Nya.
Inilah sebabnya Allah berulang kali mengingatkan umat-Nya untuk mengingat pengalaman pribadi yang mereka alami bersama Dia. Dalam Ulangan 11, Musa menegaskan bahwa panggilan untuk mengasihi dan menaati Allah tidak didasarkan pada kata orang, melainkan pada pengalaman nyata yang sudah mereka lihat dan rasakan sendiri. Mereka menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana tangan Tuhan yang perkasa membebaskan mereka dari Mesir, membelah Laut Teberau, menyertai selama 40 tahun di padang gurun, dan memelihara mereka dengan ajaib. Semua itu adalah pengalaman langsung yang membentuk iman, sehingga mereka tidak hanya mengenal Allah dari cerita leluhur, tetapi dari pengalaman hidup yang mereka alami sendiri bersama-Nya.
Hal ini juga dialami Ayub. Setelah melewati penderitaan panjang, Ayub akhirnya berkata dalam Ayub 42:5: “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.” Awalnya, Ayub hanya mengenal Tuhan lewat tradisi dan cerita. Tetapi melalui perjalanan sulitnya, ia benar-benar mengalami Tuhan secara pribadi, hingga akhirnya imannya bertumbuh lebih kokoh.
Demikian juga kita. Setiap orang percaya pasti pernah mengalami pekerjaan Tuhan yang besar dalam hidupnya—entah lewat doa yang dijawab, penghiburan saat menghadapi masalah, mujizat kecil dalam keseharian, bahkan teguran saat kita salah jalan. Semua pengalaman itu adalah cara Tuhan membentuk iman kita. Kadang pengalaman itu manis, kadang pahit, tetapi semuanya mendekatkan kita pada pengenalan pribadi akan Tuhan yang hidup.
Lebih dari itu, pengalaman pribadi dengan Tuhan juga menjadikan kita saksi-Nya. Dunia tidak butuh sekadar teori, tetapi ingin melihat bukti nyata dari hidup kita. Ketika kita menceritakan pengalaman pribadi dengan Tuhan—bagaimana Dia menolong, menyertai, atau memulihkan—itu menjadi kesaksian yang hidup dan berdampak bagi orang lain.
Refleksi Diri
Mari kita renungkan bersama: pengalaman apa saja yang sudah kita alami bersama Tuhan? Pernahkah kita melihat doa yang kita panjatkan dijawab dengan cara yang tidak kita duga? Atau mungkin kita pernah ditegur Tuhan ketika berjalan di jalan yang salah? Semua pengalaman itu bukanlah kebetulan, melainkan cara Tuhan mendidik dan membentuk kita. Itulah sebabnya pengalaman pribadi dengan Tuhan sangat penting untuk kita ingat, sebab melalui pengalaman itulah iman kita dikuatkan.
Ketika kita belajar mengingat karya Tuhan dalam perjalanan hidup kita, maka kita akan memiliki dasar yang kuat untuk tetap setia menghadapi kesulitan di masa depan. Saat badai datang, kita bisa berkata: “Tuhan yang sama yang menolongku dulu, akan menolongku lagi.” Karena itu, mari kita melatih diri untuk tidak melupakan pengalaman-pengalaman bersama Tuhan, tetapi menjadikannya sebagai pengingat setia bahwa Allah yang hidup selalu menyertai kita.
Rindukanlah selalu pengalaman pribadi dengan Tuhan. Jangan puas hanya dengan mendengar kesaksian orang lain. Carilah Dia lewat doa, firman, ibadah, dan ketaatan sehari-hari. Setiap langkah kecil ketaatan adalah pintu menuju pengalaman baru bersama-Nya. Ingatlah pengalaman itu, catat bila perlu, dan bagikan kepada orang lain sebagai kesaksian hidup. Dengan begitu, iman kita semakin kokoh, dan hidup kita dapat menjadi saluran berkat bagi dunia.
Pokok Doa
Tuhan, terima kasih karena Engkau selalu melakukan pekerjaan-pekerjaan yang besar dalam hidupku. Tolong aku agar tidak hanya mendengar cerita orang lain, tetapi juga merasakan penyertaan dan kasih-Mu secara pribadi. Aku percaya Engkau tidak pernah berhenti bekerja, dan Engkau selalu mempersiapkanku untuk hal-hal yang lebih baik. Amin.
Hikmat Hari Ini
“Kekristenan adalah sebuah relasi dengan Tuhan yang menekankan pengenalan melalui pengalaman, bukan hanya lewat kata orang lain.”
Tuhan Yesus memberkati
YNP – TVP
Dapatkan Link renungan Harian dari elohim.id setiap hari dengan bergabung kedalam Grup Renungan Harian kami
Silahkan ketik Nama (spasi) Daerah asal (Spasi) No Hp yang anda daftarkan
Kirim ke 0895-1740-1800
Tuhan Memberkati dan tetap bertumbuh dalam kebenaran Firman Tuhan