“Bakul dan Bekal”

November 8, 2024 0 Comments

Renungan harian Jumat, 08 November 2024

Nats: Filipi 3:7-8; 2 Korintus 5:1

Kita semua mungkin sudah sangat akrab dengan kata bekal dan bakul. Sejak kecil, kita sering menerima bekal dari orang tua ketika pergi ke sekolah, dan kita melihat bakul yang digunakan sebagai tempat nasi saat makan. Bekal adalah sesuatu yang disiapkan agar bisa kita gunakan nanti saat diperlukan, sedangkan bakul adalah wadah yang kita gunakan sekarang untuk menyimpan berbagai hal.

Dalam hidup, dua hal ini bisa menjadi pengingat kita akan waktu yang kita jalani saat ini dan waktu yang kita akan jalani nanti, yaitu di kekekalan. Bakul mengingatkan kita pada waktu yang kita jalani sekarang, sedangkan bekal adalah persiapan kita untuk waktu yang akan datang. Bekal bukan hanya makanan atau uang yang kita bawa untuk sementara, tetapi juga hal-hal yang akan kita simpan untuk kekekalan, karena hidup kita tidak berakhir di dunia ini.

Kita Diciptakan untuk Kekekalan

Alkitab dalam Pengkhotbah 3:11 menyatakan bahwa Tuhan telah memberikan kekekalan dalam hati kita. Tuhan menciptakan kita bukan hanya untuk hidup di bumi beberapa puluh tahun saja. Dia merancang kita untuk hidup selamanya bersama-Nya. Bahkan, rasa tidak nyaman kita terhadap kematian mengingatkan kita bahwa kita memang diciptakan untuk hidup kekal. Kehidupan di dunia ini hanyalah tahap persiapan. Seperti gladi resik sebelum acara besar, hidup kita di dunia adalah waktu untuk mempersiapkan diri bagi kekekalan. Meskipun di sini kita mungkin hidup selama 80 hingga 100 tahun, itu hanyalah “sepotong kecil” dibandingkan dengan kekekalan yang akan kita jalani. Jika kita memahami hal ini, maka kita akan hidup dengan cara yang berbeda, tidak hanya fokus pada hal-hal sementara tetapi mulai mengumpulkan “bekal” untuk kekekalan.

Pilihan untuk Kekekalan

Setelah kehidupan di dunia, hanya ada dua pilihan kekekalan yang tersedia: surga atau neraka. Hubungan kita dengan Tuhan saat ini akan menentukan hubungan kita dengan Dia di kekekalan. Jika kita menerima Tuhan Yesus dan mengikuti-Nya, kita akan bersama dengan-Nya dalam kekekalan di surga. Namun, jika kita menolak kasih-Nya dan tidak mengikuti jalan-Nya, kita akan terpisah dari Allah di neraka.

C.S. Lewis berkata, “Ada dua macam orang: orang yang berkata kepada Allah, ‘Jadilah kehendak-Mu’, dan orang yang kepada mereka Allah berkata, ‘Baiklah, lakukanlah kehendakmu.’” Pilihan kita menentukan masa depan kita, dan itulah mengapa hidup ini penting untuk mempersiapkan bekal yang tepat.

Hidup untuk Kekekalan Mengubah Nilai-Nilai Kita

Jika kita tahu bahwa hidup ini hanyalah sementara dan ada kehidupan kekal menanti, kita akan mulai menata ulang nilai-nilai dan prioritas kita. Paulus dalam Filipi 3:7-8 berkata, “Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.” Ini menunjukkan bahwa hal-hal yang dahulu tampak penting bagi Paulus, sekarang tidak lagi berharga dibandingkan dengan mengenal Kristus. Semakin kita mengenal Tuhan, kita akan menyadari bahwa mengejar kekayaan, status, atau kepuasan duniawi hanyalah sementara.

KETIKA memahami bahwa kehidupan ini bukan hanya untuk sekarang saja, NAMUN sebagai sebuah persiapan untuk kekekalan.

  • MAKA, nilai-nilai hidup kita akan berubah, Prioritas-prioritas kita akan tertata ulang.
  • MAKA, Kita akan memandang hidup kita dengan cara yang berbeda.
  • MAKA, Kita akan mulai hidup dalam terang kekekalan, dan itu akan mewarnai cara kita merespon semua hubungan, dan keadaan disekitar kita
  • MAKA, Kita akan merasakan banyak kegiatan, sasaran bahkan masalah yang DAHULU tampak begitu penting akan menjadi tidak penting, kecil, dan tidak layak untuk kita perjuangkan.

Pertanyaan untuk DIRENUNGKAN (menjadi BEKAL kekekalan)

“Karena aku diciptakan untuk hidup kekal, hal-hal apakah yang seharusnya tidak aku lakukan lagi dan hal-hal apakah yang seharusnya mulai aku perjuangkan hari ini.” ?

Filipi 3:10-11, Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.

MEMPEROLEH KRISTUS, Ayat-ayat ini memperlihatkan hati rasul Paulus dan hakikat kekristenan. Kerinduan terbesar Paulus ialah mengenal Kristus dan mengalami persekutuan pribadi dan keakraban dengan Dia secara lebih erat. Usahanya untuk mencapai hal-hal ini menyangkut yang berikut:

1) Mengenal Kristus secara pribadi dan juga mengetahui cara-cara, sifat, dan tabiat-Nya seperti yang dinyatakan dalam Firman Allah. Pengenalan yang sebenarnya akan Kristus melalui mendengarkan dan menerima Firman-Nya, mengikuti Roh-Nya, menanggapi semua tindakan-Nya dengan iman, kebenaran dan ketaatan, serta menyatu dengan segala urusan dan maksud-Nya.

2) Berada di dalam Dia, yaitu mempunyai persatuan dan persekutuan dengan Kristus yang menghasilkan suatu kebenaran yang dialami sebagai karunia dari Allah saja

“Kehidupan di bumi hanyalah tanda kurung kecil di dalam kekekalan.” – Sir Thomas Browne

Tuhan Yesus memberkati

Pdt Budi Wahono

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *