“JANGAN HANYA SAMPAI DI MULUT”
Renungan Harian Anak, Selasa 15 Juni 2021
Bacaan renungan: Bilangan 23:4-30
Syalom adik-adik semuanya … sudah siap mendengarkan renungan hari ini
Suatu hari, Sera, Diva, Joey dan Tori sedang berencana untuk makan bersama di sebuah restoran dan masing-masing sudah berjanji untuk membawa uang untuk bayar makanannya bersama-sama. Joey dengan semangat mengatakan bahwa teman-temannya tidak perlu membawa uang karena dia akan membayar semuanya nanti. Teman-temannya pun sangat senang mendengar hal itu. Pemesanan tempat dan menu untuk makan bersama. Tapi ketika hari makan bareng sudah tiba dan mereka semua sudah tiba, Joey mendadak tidak ada kabarnya. Teman-temannya pun panik karena satupun dari mereka yang membawa uang yang cukup untuk membayar pesanan mereka. Untungnya,. Diva membawa kartu kredit sehingga masalah mereka bisa teratasi. Mereka pun akhirnya makan bersama tanpa kehadiran Joey yang hanya bisa berjanji “Sampai di mulut saja”.
Dari kisah diatas, bagaimana kalau misal adik-adik di posisi seperti temannya Joey? Pasti campur aduk seperti marah, kesal, kebingungan dan bisa-bisa tidak selera untuk makan lagi karena takut tidak bisa membayar. Maka dari itu, jangan sampai janji kita itu “ sampai di mulut saja”. Maksudnya perkataan kita tidak sampai melakukan apa yang kita katakan sebelumnya. Tepati lah apa yang telah kita katakan agar orang lain bisa mempercayai kita baik perkataan maupun perbuatan.
Mari kita mempelajari hal serupa dengan kisah Joey dkk yang terdapat dalam pembacaan kita hari ini di dalam BIL 23:4-30
Ketika Balak, raja Moab mengupah Bileam untuk mengutuki bangsa Israel, hal sebaliknya justru terjadi. Tuhan menaruh firman-Nya di mulut Bileam, sehingga alih-alih mengutukiIsrael, ia malah memberkatinya. Bahkan Bileam berharap kematiannya kelak serupa dengan kematian orang-orang Israel yang jujur. Namun ternyata semua itu hanya di mulut saja. Hatinya tetap penuh kejahatan.
Balak dan Bileam saling memperalat. Dengan uangnya, Balak akhirnya berhasil mendesak Bileam untuk menjadi alatnya mengutuki Israel. Dengan kemampuan tenung yang dia miliki, Bileam memerintah Balak untuk menyiapkan berbagai persyaratan agar tenungnya berhasil. Begitulah realitas orang-orang yang mempraktikkan kejahatan dan ibadah sesat. Mereka saling menyesatkan dan disesatkan.
Tujuh mezbah, tujuh lembu, dan tujuh domba dalam kepercayaan kafir dipercaya Bileam menjadi pembujuk sempurna bagi “Yang kuasa” agar mengikuti keinginan mereka. Mereka tidak sadar bahwa Allah berdaulat mengubah niat jahat menjadi wadah pengungkapan berkat-Nya atas Israel. Maka bukan kata kutuk melainkan tujuh rangkaian berkat-pengakuan-nubuat dari Allah, yang diucapkan oleh Bileam
Dalam tujuh ujaran Bileam, maksud Ilahi yang dahsyat itu dinyatakan meningkat secara bertahap. Pertama, memaparkan bahwa ia disuruh oleh Balak, raja Moab, untuk mengutuk Israel (7). Kedua, ia mengakui tidak mungkin mengutuk yang tidak dikutuk Tuhan (5). Ketiga, ia tidak dapat mengutuk Israel karena Israel diberkati oleh Tuhan (9). Keempat, Bileam menyatakan keinginan supaya diakhir hidupnya, ia diberkati seperti Israel diberkati (10). Tentu saja Balak menjadi murka. Tetapi Bileam mengingatkan bahwa ia hanya bisa mengatakan apa yang ditaruh Tuhan ke dalam mulutnya (11-12).
Tetapi adik-adik Ketika Tuhan tidak mengizinkannya mengutuki mereka, Bileam menasihatkan agar para perempuan Moab merayu orang-orang Israel dan mengajak mereka dalam dosa perzinahan dan penyembahan berhala (Bil 31:16). Ia melakukan itu demi mendapat upah yang besar dari Balak. Namun ia tak lama menikmati upah itu, sebab ia terbunuh dalam peperangan (Bil 31:8). Ia tidak mati sebagai orang jujur, melainkan sebagai orang serakah, musuh umat Allah, dan penentang Tuhan.
Tepatlah seperti pernyataan Tuhan Yesus, “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?” (Mat 16:26).
Adika-adik Banyak orang bermimpi mencapai suatu kualitas karakter tertentu: menjadi penyabar, pemurah, penuh integritas, orang yang terpercaya, hamba Tuhan yang setia, dan lain-lain. Itu adalah hal yang baik. Namun, apa yang kita lakukan untuk meraihnya? Itu bukan hanya ucapan dibibir saja tetapi harus dilakukan. Apakah adik-adik tetap memelihara hidup yang benar dan menaati Tuhan? Atau seperti Bileam, yang dengan perkataannya menginginkan sesuatu yang baik, namun di saat yang sama, hati dan tindakannya bergelimang dosa? Kiranya buah iman kita tidak hanya manis di mulut.
BUAH PENGENALAN DAN KETAATAN KITA KEPADA ALLAH HENDAKNYA TIDAK HANYA MANIS DI MULUT, NAMUN JUGA TERLIHAT DI DALAM TINDAKAN NYATA.
Ayat hafalan
Yakobus 1:22 Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.
Komitmenku hari ini
Aku mau menjadi pelaku Firman Tuhan, bukan hanya mendengar saja namun dengan pertolongan Roh Kudus aku akan dimampukan untuk melakukan Firman setiap waktu dalam hidupku
MEK – KCP