Renungan Harian Senin, 10 November 2025
📖 1 Korintus 13:13 “Demikianlah tinggal ketiga hal ini: iman, pengharapan, dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.”
Kasih Sebagai Dasar Segala Sesuatu
Kasih adalah inti dari kehidupan orang percaya. Rasul Paulus menegaskan bahwa di antara iman, pengharapan, dan kasih — kasih adalah yang terbesar. Kasih bukan sekadar perasaan, melainkan sikap dan tindakan yang berakar pada relasi kita dengan Tuhan. Tanpa kasih, iman kehilangan makna dan pengharapan kehilangan arah. Kasih adalah nafas kehidupan rohani yang menghidupkan setiap hubungan kita — dengan Allah, dengan diri sendiri, dan dengan keluarga.
Kasih di Awal Penciptaan
Pada awal penciptaan, kasih Tuhan memenuhi seluruh ciptaan. Di taman Eden, sebelum manusia jatuh ke dalam dosa, relasi antara suami, istri, dan anak hidup dalam keharmonisan yang sempurna. Adam dan Hawa hidup saling melengkapi, saling menolong, dan hidup dalam kasih yang murni di hadapan Allah. Kasih menjadi bahasa kehidupan yang mengikat seluruh ciptaan dalam kesatuan yang kudus.
Namun, ketika dosa masuk, segala harmoni itu hancur. Kasih yang sejati tergantikan oleh ego, keinginan untuk menguasai, dan penderitaan. Adam harus bersusah payah bekerja, Hawa mengalami kesakitan dan pergumulan dalam relasi, dan anak-anak kehilangan teladan kasih yang benar. Dosa bukan hanya memisahkan manusia dari Allah, tetapi juga merusak hubungan antar manusia, terutama dalam keluarga.
Kasih yang Dipulihkan Melalui Kristus
Syukur kepada Allah, karena melalui penebusan Kristus, kasih dipulihkan. Salib menjadi bukti nyata bahwa kasih Allah lebih kuat daripada dosa. Melalui karya Kristus, setiap peran dalam keluarga dipulihkan kembali kepada rancangan semula.
- Suami dipanggil untuk mengasihi istrinya seperti Kristus mengasihi jemaat (Efesus 5:25).
- Istri diajar untuk menghormati dan tunduk dalam kasih kepada suaminya (Efesus 5:23).
- Anak-anak diajar untuk taat kepada orang tua dalam Tuhan (Efesus 6:1).
- Orang tua dipanggil untuk mendidik dengan kasih, bukan memancing amarah anak-anaknya (Kolose 3:21).
Kasih Kristus memulihkan relasi yang rusak, menenangkan hati yang hancur, dan mengikat keluarga dalam kasih karunia-Nya. Namun, agar kasih itu nyata dalam kehidupan sehari-hari, kita harus belajar mengasihi dengan benar — dimulai dari hubungan kita dengan Tuhan sendiri.
1. Loving God – Mengasihi Tuhan
Segala kasih sejati bersumber dari Allah. Tanpa hubungan yang erat dengan Tuhan, kasih kita akan mudah berubah menjadi ego atau kepentingan diri. Mengasihi Tuhan berarti menempatkan Dia sebagai pusat kehidupan, menaati firman-Nya, dan menjadikan kasih-Nya sebagai dasar setiap keputusan.
Yesus berkata, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap akal budimu.” (Matius 22:37).
Ketika kita mengasihi Tuhan, kita belajar memahami kasih yang murni — kasih yang memberi, bukan menuntut.
2. Loving Myself – Mengasihi Diri Sendiri
Banyak orang gagal mengasihi orang lain karena mereka belum berdamai dengan dirinya sendiri. Mengasihi diri sendiri bukan berarti menjadi egois, tetapi menghargai diri sebagai ciptaan Allah yang berharga. Mengasihi diri berarti menerima kasih Tuhan yang memulihkan luka batin, membebaskan dari rasa bersalah, dan mengembalikan identitas kita sebagai anak Allah. Ketika kita menyadari bahwa kita dikasihi tanpa syarat, kita pun mampu mengasihi diri sendiri dengan cara yang sehat — menjaga tubuh, pikiran, dan hati sesuai kehendak-Nya.
3. Loving My Family – Mengasihi Keluarga
Kasih yang sejati selalu mengalir keluar. Setelah kita mengalami kasih Tuhan dan berdamai dengan diri sendiri, kasih itu harus dinyatakan dalam keluarga.
Mengasihi keluarga berarti hadir dengan tulus, mendengar dengan empati, dan melayani tanpa pamrih. Dalam keluarga, kita belajar praktik kasih yang sejati — kasih yang sabar, murah hati, dan tidak mencari keuntungan diri. (1 Korintus 13:4–7).
Keluarga yang hidup dalam kasih Kristus akan menjadi saksi nyata bagi dunia tentang kasih Allah yang memulihkan.
Natur dosa sering membuat kita gagal mengasihi dengan benar — baik kepada Tuhan, diri sendiri, maupun keluarga. Namun, kasih Kristus memberi kita kesempatan untuk dipulihkan setiap hari. Ketika kita belajar mengasihi Tuhan sepenuh hati, menerima kasih itu dalam diri kita, dan membagikannya kepada keluarga, maka hidup kita akan mencerminkan kasih Allah yang sejati. Kasih adalah bukti bahwa kita hidup di dalam Tuhan, dan Tuhan hidup di dalam kita.
Hikmat Hari Ini:
Kasih sejati dimulai dari Allah, dipelajari dalam diri sendiri, dan diwujudkan dalam keluarga.
Rangkuman Khotbah
Pdt Cresensius Hanny Kurniawan
Dapatkan Link renungan Harian dari elohim.id setiap hari dengan bergabung kedala Grup Renungan Harian kami
Silahkan ketik Nama (spasi) Daerah asal (Spasi) No Hp yang anda daftarkan
Kirim ke 0895-1740-1800
Tuhan Memberkati dan tetap bertumbuh dalam kebenaran Firman Tuhan