“MEMBANGUN DISIPLIN ROHANI”                                 

September 30, 2022 0 Comments

  Renungan Harian Jumat 30 September 2022

Donal Coggan ( uskup agung dari Canterbuty ) katakan, “Saya menjalani hidup ini sebagai seorang yang mengadakan perjalanan menuju kekekalan, Seorang yang diciptakan menurut gambar Allah, tetapi gambar itu telah kehilangan kemuliaannya hingga saya perlu belajar cara bermeditasi, beribadah dan cara berfikir”

2 Korintus 5:17, Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.

Ketika seseorang menerima Yesus berarti ia harus bertumbuh ke arah Kristus. Perubahan akan benar benar menjadi perubahan ketika kita melewati proses pendisiplinan

R.Kent Hughes, katakanseseorang tidak akan pernah mendapatkan apa-apa tanpa disiplin, khususnya dalam hal disiplin rohani.

Apa yang terlintas dalam benak kita ketika mendengar kata Disiplin? Bagi beberapa orang kata ini cukup asing, bahkan bagi banyak orang disiplin bukanlah kata yang mereka sukai karena diasosiasikan dengan makna: keras, tegas, dan kasar serta memaksa. Bagi mereka makna dari kata ini terkandung cenderung negatif.

Apa itu disiplin?

Apabila kita melihat dengan perspektif yang benar, kita akan menemukan bahwa kata disiplin mempunyai arti yang sangat bagus untuk kehidupan manusia

  • Disiplin berasal dari kata latin yaitu DISCERE yang berarti BELAJAR.
  • Dari kata tersebut berkembang menjadi kata DISCIPLINA yang berarti PENGAJARAN / PELATIHAN.
  • Dalam bahasa inggris kata DISCIPLINE berasal dari kata DISCIPLE yang berarti PENGIKUT / MURID.

“Murid” meliliki arti “seseorang yang berkomitmen” yaitu seseorang dengan “keinginan / willpower yang kuat dari dalam diri”. Sehingga, seorang murid selalu memiliki keinginan kuat dalam dirinya untuk mau belajar.

Dalam Perjanjian Lama kata disiplin mengandung arti mendidik (Amsal 1:8); mengajar (Ulangan 4:36); menghajar/menghukum untuk kebaikan (Amsal 19:18); Dalam Perjanjian Baru kata disiplin  lebih menekankan kepada Didikan / pendidikan dan latihan. Oleh karena disiplin rohani adalah sebuah cara atau sebuah kegiatan untuk mencapai suatu tujuan, maka diperlukan komitmen yang kuat, kemudian dilakukan secara berulang-ulang agar menghasilkan sebuah karakter atau kebiasaan.

Dengan kata lain Disiplin Rohani adalah sarana untuk mengembangkan kerohanian seseorang yang telah diselamatkan agar mengalami perubahan ke arah Kristus.

Bagaimana memulainya?

1. Membangun Komitmen yang Kuat

Yosua 24:15, Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!”

Untuk memulai sebuah gerakan disiplin rohani, diperlukan landasan sikap dan tekad yang kuat, yaitu komitmen untuk melakukan sesuatu. Tanpa adanya komitmen yang kuat, mustahil seseorang dapat mencapai tujuan yang diinginkannya.

Teks di atas menunjukkan kepada kita, bagaimana Yosua menyatakan komitmennya bahwa ia bertekad membawa seluruh anggota keluarganya untuk hidup taat menyembah Allah, walaupun orang-orang di sekelilingnya banyak yang menyembah berhala. Tentu saja Yosua sadar akan tantangan yang dihadapi di balik komitmennya yang tegas itu.

2. Melatih dengan berulang-ulang

(Ulangan 6:7-9) Orang Yahudi kuno punya cara sendiri untuk melatih anak-anak mereka dalam hal pengetahuan dan nilai-nilai moral serta kerohanian, Kewajiban seorang ayah untuk mengajarkan anak-anaknya diatur di dalam paragraph pertama dari Shema Yisrael:

“Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu (Ulangan 6:6-9).

Paulus, dalam surat 1 Korintus 19, menggunakan analogi dunia olahraga untuk menjelaskan tentang latihan rohani yang baik. Di Yunani ada event olahraga besar yang diadakan di kota Korintus yang diadakan setiap 3 tahun sekali. Para olahragawan akan mempersiapkan diri dengan latihan-latihan selama 10 bulan sebelum perlombaan, tujuannya agar memenangkan pertandingan tersebut dan mendapatkan mahkota. (ay 25). Paulus hendak menunjukkan pentingnya berlatih secara berulang-ulang demi hasil yang diharapkan.

Wilma Rudolph - From Polio Contorting her Leg to the first Woman to Win  Three Gold Medals - YouTubeAda sebuah kisah tentang seorang atlet lari wanita pertama yang berhasil meraih tiga medali emas dalam Olimpiade Roma tahun 1960. Ia adalah Wilma Rudolph. Padahal, ketika kecil, ia terserang penyakit polio yang menyebabkannya lumpuh selama bertahun-tahun. Namun, pada usia sekitar 11 tahun, ia mulai bisa berjalan dan bercita-cita menjadi seorang pelari. Awalnya, orang-orang di lingkungannya tidak percaya. Namun, ibunya terus mendukung cita-cita Wilma. Setelah itu, Wilma terus berlatih dan berlatih, selama bertahun-tahun dengan disiplin. Sampai akhirnya, ia berhasil mewujudkan impiannya menjadi wanita pertama yang merebut tiga medali emas di cabang lari tersebut. Wilma Rudolf membutuhkan banyak tantangan, latihan, dan disiplin tinggi untuk menjadi juara, bukan dengan cara yang instan, tetapi dengan disiplin yang tinggi tanpa mengenal lelah.

3. Menjadikan sebuah kebiasaan (Daniel 6:11)

Proses ini tampaknya sederhana, tetapi sesungguhnya tidaklah mudah. Menuntut adanya ketekunan, kesabaran dan tidak jemu-jemu untuk melakukannya. Daniel telah memiliki pola perilaku yang telah menjadi kebiasaan untuk dilakukan setiap hari, yaitu: bertelut, berdoa, serta memuji Allah, tiga kali dalam sehari. Apapun kesibukannya, tidak menghalanginya untuk melakukan kegiatan penyembahan tersebut karena hal tersebut telah melekat menjadi kebiasaan, sebuah karakter yang sukar untuk ditinggalkan.

Rumus sederhana dalam proses disiplin rohani adalah:

membangun komitmen – melakukan secara berulang-ulang dan akhirnya menjadi kebiasaan.

Kiranya Tuhan Yesus menolong kita semuanya untuk dapat terus berkomitmen membangun Disiplin rohani dalam kehidupan kita masing-masing

Tuhan Yesus Memberkati

Elohim Family Fellowship 290922
Pdt. Budi Wahono

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *