Elohim Ministry youth The Joyful Christmas

The Joyful Christmas



Renungan Harian Youth – Senin, 22 Desember 2025

Jangan Kehilangan Makna Natal yang Sejati
Syalom, rekan-rekan muda yang dikasihi Tuhan!
Ketika mendengar kata “Natal”, apa yang langsung muncul di pikiranmu? Pohon Natal, kado, lagu-lagu indah, atau suasana penuh lampu warna-warni? Semua itu memang menyenangkan, tetapi jangan sampai kita melewatkan makna terdalam dari Natal: Sukacita Besar karena Juruselamat telah lahir!
Malaikat berkata kepada para gembala di padang: “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa. Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.” (Lukas 2:10–11)

🐑 Gembala: Orang Biasa yang Dipilih Allah
Ketika kabar kelahiran Yesus pertama kali disampaikan, Allah tidak memilih raja, imam, atau orang kaya. Ia justru mengutus malaikat untuk menyampaikan berita itu kepada para gembala — orang sederhana, pekerja malam, bahkan dianggap tidak layak masuk Bait Allah karena status mereka yang rendah. Namun, kepada merekalah Allah mempercayakan berita paling mulia dalam sejarah manusia.

Pesan ini jelas: ➡️ Tuhan tidak melihat penampilan atau status, tetapi hati yang siap menerima.
Di mata dunia mereka tidak penting, tapi di mata Allah mereka berharga.

Perjumpaan yang Mengubahkan
Bayangkan malam yang sunyi di padang gurun. Para gembala sedang menjaga ternak, dan tiba-tiba kemuliaan Allah memenuhi langit. Malaikat menampakkan diri dan berkata, “Jangan takut!” Ketakutan mereka berubah menjadi sukacita besar. Mereka tidak hanya mendengar kabar baik, tetapi mengalaminya sendiri. Mereka pergi mencari bayi Yesus, melihat Sang Juruselamat di palungan, dan dengan sukacita mereka menceritakan kepada semua orang tentang apa yang telah mereka lihat. Perjumpaan dengan Kristus selalu mengubah hidup. Dari takut menjadi percaya, dari gelap menjadi terang, dari biasa menjadi berarti.

💖 Makna Sukacita yang Sejati – Sukacita Sejati Bukan dari Dunia
Alkitab menyebut kata sukacita lebih dari 400 kali. Itu menunjukkan bahwa sukacita adalah tanda kehadiran Allah di dalam hati manusia.
Seperti yang dikatakan Pierre Teilhard de Chardin, “Sukacita merupakan tanda paling pasti dari hadirat Allah.”

Dan Walter B. Knight menulis, “Sukacita adalah bendera yang berkibar di atas istana hati kita, menandakan bahwa Sang Raja sedang bersemayam di dalamnya.”
Tiga Tingkatan Perasaan Menurut Derek Prince:

💡 Pleasure hilang saat harta hilang ; 💡 Happiness hilang saat situasi berubah tetapi 💡 Joy tetap ada karena Tuhan tidak pernah berubah.

Paulus dan Sukacita di Tengah Penderitaan
Rasul Paulus menulis: “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” (Filipi 4:4). Yang luar biasa, ayat ini ditulis dari dalam penjara.
Bagaimana mungkin seseorang bisa bersukacita saat menderita? Karena Paulus tahu, sukacita sejati bersumber dari Tuhan, bukan dari keadaan.
Kata bersukacitalah dalam bahasa Yunani adalah χαίρω (chairo) — yang berarti bersukacita karena kasih karunia. Jadi, sukacita sejati adalah respon rohani terhadap kasih karunia Allah, bukan emosi sesaat.

Hidup Dalam Sukacita Sejati
C. S. Lewis pernah berkata, “Sukacita adalah produk sampingan dari kehidupan bersama Kristus — sebuah cicipan dari kehidupan kekal.”
Artinya, sukacita tidak bisa dicari dengan usaha manusia. Itu adalah hadiah dari Allah bagi mereka yang hidup dekat dengan-Nya. Ketika kita terkoneksi dengan Tuhan, sukacita akan mengalir dari dalam hati, bukan dari keadaan sekitar.
🎁 Penutup: Hidup Dalam Sukacita Natal
Natal bukan sekadar perayaan tahunan, tetapi pernyataan kasih Allah yang menghadirkan sukacita sejati bagi dunia.

💡 Hikmat Hari Ini
“Sukacita sejati tidak lahir dari apa yang kamu miliki, tapi dari siapa yang hadir dalam hidupmu — Yesus Kristus, Sang Juruselamat dunia.”

EYC 211225 YNP – YDK

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *