Elohim Ministry umum “TINNITUS – Belajar Mendengar Suara Tuhan”

“TINNITUS – Belajar Mendengar Suara Tuhan”



Renungan Harian Jumat, 07 November 2025

📖 Bacaan: Yohanes 10:27 — “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku.”

Saudara yang dikasihi Tuhan, pernahkah Anda mendengar istilah Tinnitus? Tinnitus adalah kondisi gangguan pendengaran di mana seseorang mendengar suara berdenging, berdengung, atau mendesis tanpa adanya sumber suara eksternal. Kondisi ini bisa bersifat sementara, tetapi juga bisa kronis dan sangat mengganggu. Banyak penderita Tinnitus kesulitan berkonsentrasi karena suara “tidak nyata” itu terus terdengar di telinga mereka.

Pendengaran adalah karunia yang luar biasa penting dalam hidup manusia. Dengan mendengar, kita bisa memahami, berkomunikasi, dan merespons dengan benar. Jika pendengaran jasmani saja begitu berharga, betapa lebih pentingnya pendengaran rohani — kemampuan untuk mendengar suara Tuhan.

Mendengar suara Tuhan adalah salah satu kebutuhan rohani yang paling mendasar bagi setiap orang percaya. Namun sering kali, kita merasa sulit membedakan suara Tuhan dari suara hati, pikiran sendiri, atau bahkan pengaruh dunia di sekitar kita. Tuhan memang berbicara, tetapi tidak selalu dengan suara yang keras atau spektakuler. Ia berbicara dengan cara yang lembut, pribadi, dan sering kali melalui hal-hal sederhana yang terjadi dalam kehidupan kita. Oleh karena itu, kita perlu belajar mengasah kepekaan rohani agar dapat menangkap isi hati Tuhan dengan benar.

Untuk dapat mengenali suara-Nya, ada tiga hal penting yang perlu kita pahami tentang bagaimana Tuhan berbicara kepada umat-Nya.

1. Mendengar Suara Tuhan: Hak Istimewa Setiap Orang Percaya

Dalam Perjanjian Lama, umat Allah membutuhkan perantara — para nabi — untuk mendengar suara Tuhan. Namun, melalui karya keselamatan Kristus, kita kini memiliki akses langsung kepada Allah. Ia berbicara secara pribadi kepada anak-anak-Nya. Artinya, setiap orang percaya bisa dan berhak mendengar suara Tuhan.

Namun, kita perlu berhati-hati. Dalam sejarah gereja, ada banyak penyalahgunaan “karunia mendengar suara Tuhan”. Tidak sedikit yang menggunakan hal itu untuk memanipulasi orang lain, menonjolkan diri, atau bahkan menyesatkan banyak orang. Suara Tuhan tidak pernah bertentangan dengan Firman Tuhan. Allah tidak berbicara untuk memuliakan manusia, melainkan untuk menuntun kita hidup sesuai kehendak-Nya.

2. Allah Berbicara dengan Cara-Nya Sendiri

Kita sering kali ingin mendengar suara Tuhan dengan cara kita — seolah-olah Tuhan harus menjawab sesuai keinginan atau waktu kita. Padahal, Allah memiliki cara-Nya sendiri untuk berbicara. Ia tidak selalu berbicara lewat suara audibel yang terdengar di telinga.

Tuhan bisa berbicara melalui Firman-Nya, peristiwa hidup, teguran orang lain, lagu rohani, bahkan dalam keheningan. Tugas kita bukan memaksa Tuhan untuk berbicara dengan cara tertentu, melainkan melatih kepekaan untuk menangkap pesan-Nya melalui berbagai cara yang Ia pilih.

Ingatlah, cara Tuhan berbicara kepada setiap orang berbeda-beda. Ia mengenal kita secara pribadi dan menyesuaikan cara berbicara-Nya dengan karakter, pengalaman, dan kedewasaan rohani kita. Oleh sebab itu, jangan bandingkan pengalaman rohani kita dengan orang lain. Fokuslah untuk membangun hubungan pribadi dengan Tuhan.

3. Membangun Kepekaan Rohani

Masalah terbesar manusia bukan karena Tuhan tidak berbicara, tetapi karena kita terlalu banyak kebisingan di dalam hati. Suara dunia, keinginan daging, dan kesibukan sering kali membuat telinga rohani kita “tinnitus” — mendengar suara lain yang bukan dari Tuhan.

Kita perlu melatih diri untuk peka terhadap suara Tuhan dengan cara:

  • Menundukkan diri di hadapan-Nya dalam doa.
  • Merenungkan Firman Tuhan setiap hari.
  • Hidup dalam ketaatan, sebab ketidaktaatan membuat hati kita tumpul.
  • Menjauhkan diri dari dosa dan kebiasaan yang menumpulkan kepekaan rohani.

Seperti nabi Elisa yang matanya terbuka untuk melihat bala tentara Tuhan (2 Raja-raja 6:16–17), kita pun perlu berdoa agar Tuhan membuka mata dan telinga rohani kita. Ketika kedagingan kita disalibkan, roh kita menjadi lebih peka untuk menangkap bisikan lembut dari Tuhan.

Mendengar suara Tuhan bukanlah soal metode, melainkan soal keintiman hubungan dengan Tuhan. Semakin dekat kita dengan-Nya, semakin peka kita mendengar-Nya berbicara dalam berbagai cara. Tuhan selalu berbicara — persoalannya, apakah kita masih mau menyediakan waktu untuk diam dan mendengarkan? Jangan biarkan “tinnitus rohani” — kebisingan dunia, emosi, dan keinginan pribadi — menghalangi kita dari mendengar suara Tuhan yang lembut namun penuh kuasa.

SEJATINYA…

Mendengar suara Tuhan bukan soal cara, melainkan tentang apakah kita mampu meng-upgrade frekuensi dan kapasitas rohani kita melalui keintiman hubungan dengan Dia. Hubungan dengan Tuhan dengan sendirinya akan membangun kepekaan di dalam roh manusia. Paling tidak, kita dapat mendengar suara-Nya untuk kepentingan diri kita, sehingga kita tidak tersesat karena salah dalam mendengar arahan.

Hikmat Hari Ini

“Hikmat sejati tidak hanya didengar oleh telinga, tetapi ditangkap oleh hati yang diam di hadapan Tuhan.”

Tuhan Yesus Memberkati

Rangkuman EFF 301025 – Budi Wahono

Dapatkan Link renungan Harian dari elohim.id setiap hari dengan bergabung kedala Grup Renungan Harian kami
Silahkan ketik Nama (spasi) Daerah asal (Spasi) No Hp yang anda daftarkan
Kirim ke 0895-1740-1800

Tuhan Memberkati dan tetap bertumbuh dalam kebenaran Firman Tuhan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *