Allah yang MENCUKUPKAN

September 9, 2022 0 Comments

 Renungan harian Jumat, 09 September 2022

Beberapa hari yang lalu, pemerintah harus menaikkan harga BBM, untuk mengurangi beban subsidi pemerintah. Keputusan tersebut pasti memiliki dampak yang luas, dan akan berpengaruh kepada sendi sendi perekonomian masyarakat, harga kebutuhan pokok pasti akan melambung naik, trending topik yang bakal muncul adalah harga semua barang mahal…  bakal cukup gak yaa …Sebuah pertanyaan BESAR

Mari kita belajar dari Kebenaran Firman Tuhan

Musa dan bangsa Israel sering berjumpa dengan situasi seperti ini, ketika dalam perjalanan mereka melewati padang pasir, dari sana mereka ke Beer. Inilah sumur di mana TUHAN berfirman kepada Musa: “Kumpulkanlah bangsa itu, maka Aku akan memberikan air kepada mereka.” (Bilangan 21:16) Atas penentuan Tuhan, bangsa Israel pun harus menempuh perjalanan yang begitu panjang dan melelahkan di bawah kepemimpinan Musa. Tuhan tahu persis tentang apa yang dibutuhkan bangsa pilihan-Nya itu. Mereka membutuhkan Allah yang mencukupkan kebutuhan mereka. Karena itulah Tuhan menjamin ketersediaan kebutuhan bangsa itu dengan berkata, ”Kumpulkanlah bangsa itu, maka Aku akan memberikan air kepada mereka” (ay. 16). Tercukupinya kebutuhan itu oleh Tuhan membuat bangsa itu bersukacita selama perjalanan, Ungkapan sukacita itu terlukis dalam pujian mereka, “Berbual-buallah hai sumur! Mari kita bernyanyi-nyanyi berbalas-balasan karena sumur yang digali oleh raja-raja” (ay. 17).

Jaminan kecukupan ini membuat bangsa Israel merasakan aman dalam pimpinan Tuhan. Tuhan Allah kita adalah Tuhan yang tidak pernah berubah setia untuk MENCUKUPI kebutuhan umat-Nya. Tuhan menjamin bahwa setiap orang yang mencari-Nya, tidak akan kekurangan sesuatu pun yang baik (Mazmur 34:11 )

TUHAN ADALAH GEMBALAKU, TAKKAN KEKURANGAN AKU, Mazmur 23:1

Bahkan di tengah perjalanan hidup yang berat sekalipun, Tuhan berjanji Allahku akan memenuhi segala keperluanmumenurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus. Dimuliakanlah Allah dan Bapa kita selama-lamanya! Amin. (Filipi 4:19)

Ada hal yang jauh lebih berharga, pengajaran yang kita dapat dari sini:

  1. Mencukupkan diri

Paulus ingin memberikan pemahaman tentang pemeliharaan Tuhan atas hambaNya dan juga kepada kehidupan umatNya. Bahwa orang yang hidup di dalam Tuhan sesungguhnya akan selalu dicukupkan oleh Tuhan. Dengan iman kepada Tuhan kita dimampukan untuk dapat mencukupkan diri dalam segala keadaan. Sebagaimana Paulus mengungkapkan pengalaman hidupnya, dia telah merasakan bagaimana hidup yang berkelimpahan dan bagaimana hidup dalam kekurangan. Namun, semuanya itu dapat dilaluinya sebab ada Tuhan yang selalu memampukannya menjalani semuanya itu.

Mencukupkan diri dalam segala keadaan adalah kebalikan dari sikap yang tidak pernah merasa cukup. Karena sikap yang tidak pernah merasa cukup ini lahirlah kekikiran dan keserakahan.

Nafsu duniawi akan mendorong kita untuk terus mengumpulkan dan menyimpan sebanyak-banyaknya, “kantong, dompet kita tidak akan pernah berkata cukup. Maka akibat selanjutnya karena tidak ada kata cukup ini, kita akan berfikir 2x atau 3x untuk mengeluarkan simpanan untuk suatu pemberian kepada orang lain. Karena berapun yang kita miliki selalu kurang.

Sikap yang selalu merasa kurang ini akan menjadi racun yang menyengsarakan kehidupan kita. Walaupun kita sudah memiliki sesuatu untuk kita nikmati, namun kita justru selalu menyusahkan diri untuk terus mencari dan mengumpulkan yang padahal sebenarnya sampai kapanpun sikap yang selalu kurang dan belum cukup itu tidak pernah dipuaskan.

Mencukupkan diri dalam segala keadaan adalah bentuk syukur dan iman kita kepada Tuhan yang selalu memelihara hidup kita. Kita diajak oleh firman Tuhan untuk mencukupkan diri, supaya kita tidak disusahkan oleh nafsu dunia ini. Kita percaya dengan iman kita kepada Tuhan, bahwa Tuhan akan mencukupkan hidup kita dengan penuh sukacita dalam situasi apapun itu. Inilah yang sikap yang dimiliki oleh Paulus, Tuhan yang mencukupkan kehidupannya sehingga dia menjalani hidup tetap dengan penuh rasa syukur.

2.      Mengambil bahagian dari kesusahan orang lain

Sukacita Paulus atas bantuan yang diterimanya dari jemaat Filipi justru adalah keterbukaan jemaat untuk ambil bagian dalam kesusahannya. Paulus mengucap syukur kepada Tuhan atas keterbukaan pikiran dan perasaan jemaat untuk memberi.

Paulus menguatkan sikap jemaat yang terbuka untuk memberi itu, bahwa sesungguhnya pemberian mereka itu tidak seberapa jika dibandingkan dengan buah yang akan mereka terima dari ketulusan mereka memberi (ayat 17). Ketulusan umat untuk memberi kepada orang yang berkekurangan bukanlah hanya sekedar pemberian kepada sesama, namun itu juga adalah persembahan yang harum yang berkenan kepada Tuhan (ayat 18). Sebagaimana Tuhan Yesus berfirman “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Matius 25: 40).

Pikiran dan hati yang terbuka untuk ambil bagian dari kesusahan orang lain adalah yang diharapkan Tuhan kepada kita, sebagaimana Tuhan kita Yesus Kristus yang turut merasakan dan mengorbankan DiriNya untuk menyelamatkan kita. “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.” (Lukas 6: 36).

3. Bersukacitalah, karena Tuhan tidak pernah melupakan janjiNya.

Filipi 4:19-20, Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus. Dimuliakanlah Allah dan Bapa kita selama-lamanya! Amin.

Ini adalah pengharapan kita yang kokoh, situasi bisa berubah, masa kesulitan bisa seketika hadir dalam kehidupan kita namun ada kepastian yang melegakan adalah JANJI TUHAN TETAP TEGUH.

DIA adalah Allah yang SETIA Akan JANJINYA untuk selalu MENCUKUPI umatNya
Ketika umatNya mencukupkan dirinya, mengambil bagian kesesakan orang lain,
MAKA pengalaman SORAK-SORAI SUKACITA akan menjadi milik umatNya.

Rangukam Materi EFF, 8/9/22
Pdt. Budi Wahono

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *