Renungan Harian Jumat, 24 Oktober 2025
📖 “TUHAN akan memerintahkan berkat ke atasmu di dalam lumbungmu dan di dalam segala usahamu; Ia akan memberkati engkau di negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu.” — Ulangan 28:8
Ada pepatah bijak yang mengatakan, “Visi tanpa aksi adalah mimpi di siang hari, sedangkan aksi tanpa visi adalah mimpi buruk.” Kalimat ini menegaskan bahwa hidup tanpa arah akan menjadi sia-sia, dan usaha tanpa tujuan akan berakhir dalam kelelahan tanpa makna. Hidup yang jauh dari tujuan Allah pada akhirnya adalah hidup yang kosong — hidup yang belum tersentuh oleh berkat Tuhan.
Menurut W.J.S. Poerwadarminta, berkat berarti “karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia” dan “restu atau pengaruh baik yang membawa keselamatan.” Artinya, berkat sejati selalu bersumber dari Allah, bukan dari usaha manusia semata. Dalam Perjanjian Lama, berkat digambarkan sebagai kemurahan Allah yang diwujudkan dalam pemeliharaan, sukacita, dan damai sejahtera bagi umat-Nya. Allah adalah inisiator berkat, dan kasih-Nya menjadi dasar dari setiap kebaikan yang kita terima.
Hidup yang dilimpahi berkat Tuhan bukan hanya tentang materi atau keberhasilan, tetapi tentang perjalanan iman yang membawa dampak bagi orang lain. Hidup yang diberkati adalah hidup yang:
- Membuat orang lain bersyukur karena pernah disentuh oleh kehadiran kita,
- Menyadari bahwa Tuhan mempercayakan rencana besar atas hidup kita,
- Mengarahkan langkah kita menuju penggenapan kehendak-Nya.
Abraham menjadi teladan utama tentang hidup yang diberkati Tuhan. Dalam Kejadian 24:1 dikatakan, “Abraham telah tua dan lanjut umurnya, serta diberkati TUHAN dalam segala hal.” Mengapa Abraham hidup dalam kelimpahan berkat? Karena ia memiliki tiga karakter utama yang patut kita teladani:
1️. Taat pada Perintah Tuhan
Ketika Tuhan memanggil Abram untuk meninggalkan negerinya (Kejadian 12:1–3), ia tidak menunda. Meskipun tidak tahu ke mana ia akan pergi, Abraham melangkah dengan iman, percaya bahwa rencana Tuhan pasti baik. Ketaatannya adalah bukti imannya.
📖 “Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu, jika engkau mendengarkan suara TUHAN, Allahmu.” — Ulangan 28:2
Ketaatan adalah refleksi iman kita kepada Tuhan. Ketaatan dan iman merupakan dua kata yang tidak dapat dipisahkan. Jika seseorang mengaku beriman pada Tuhan, maka ketaatan adalah buktinya. Seberapa besar ketaatan seseorang pada kehendak Tuhan, sebesar itu pulalah cerminan iman seseorang kepada Tuhan.
2️. Hidup Dekat dengan Mezbah
Abraham dikenal sebagai pembangun mezbah di setiap tempat yang ia datangi (Kejadian 12:7–8). Mezbah adalah simbol keintiman dan penyembahan kepada Tuhan. Di situlah Abraham mengungkapkan syukur dan ketergantungan total kepada Allah.
Mezbah pertama ia bangun dekat Sikhem — yang berarti bahu, melambangkan sikap bersandar penuh kepada Tuhan (Amsal 3:5). Lalu ia mendirikan mezbah di dekat Betel — yang berarti rumah Allah, Betel berbicara tentang kediaman Tuhan, tempat Ia bertahta. Abraham sangat menghormati Tuhan. Berkat senantiasa tersedia bagi seseorang yang menghormati dan menempatkan Tuhan di tempat yang utama dalam hidupnya.
Hidup yang diberkati adalah hidup yang senantiasa menempatkan Tuhan di pusat kehidupan. Saat kita membangun “mezbah” dalam hati kita—melalui doa, penyembahan, dan ketaatan—hadirat Tuhan akan berdiam di dalam kita (Keluaran 29:45–46).
3️. Hidup yang Dipersembahkan kepada Tuhan
Ujian terbesar Abraham terjadi ketika Tuhan memintanya mempersembahkan Ishak, anak yang ia kasihi (Kejadian 22:2). Namun Abraham tidak menolak. Ia mempercayai bahwa Tuhan yang memberi pasti sanggup menyediakan yang terbaik. Abraham tidak membantah atau bahkan tidak mengeluarkan satu pertanyaan pun kepada Tuhan mengapa Tuhan memerintahkan hal itu.
Di puncak gunung Moria, Tuhan menunjukkan diri-Nya sebagai Yehovah Jireh, Tuhan yang menyediakan (Kejadian 22:14). Dari ketaatan dan penyerahan total itu, Abraham menerima berkat berlipat ganda—bukan hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi seluruh keturunannya.
Proses ujian hidup sering kali Tuhan izinkan untuk membentuk karakter dan iman kita, agar kita belajar bahwa sumber berkat sejati bukan dari apa yang kita miliki, tetapi dari siapa yang kita sembah.
🌿 Kesimpulan
Hidup yang diberkati bukan sekadar hidup yang berkelimpahan, melainkan hidup yang taat, intim, dan rela dipersembahkan kepada Tuhan. Seperti Abraham, ketika kita memilih untuk berjalan dalam iman, membangun mezbah di hati kita, dan mempersembahkan hidup kepada Tuhan, maka berkat-Nya akan mengalir tanpa henti. Hidup kita akan menjadi saluran kasih dan kebaikan bagi banyak orang — karena di dalam Tuhan, kita bukan hanya menerima berkat, tetapi menjadi berkat.
💡 Hikmat Hari Ini:
“Berkat sejati tidak diukur dari apa yang kita miliki, tetapi dari seberapa dalam kita hidup taat, dekat, dan berserah kepada Tuhan.”
Tuhan Yesus Memberkati
Budi Wahono
📌 Judul:
✨ Be Blessed – Diberkatilah: Rahasia Hidup yang Diberkati Tuhan Seperti Abraham
🔑 Focus Keyphrase:
hidup diberkati seperti Abraham
📝 Meta Description:
Temukan rahasia hidup yang diberkati seperti Abraham. Renungan ini mengajarkan bahwa berkat sejati datang melalui ketaatan, keintiman dengan Tuhan, dan penyerahan total kepada-Nya. Belajarlah hidup dalam berkat Tuhan dan jadilah saluran berkat bagi sesama.