BUDAK DENDAM

Renungan harian Youth, Senin 13 Maret 2023
Rasa dendam merupakan suatu kondisi dimana kita menginginkan orang lain yang melakukan kesalahan terhadap diri kita menerima balasan atau konsekuensi dari kesalahannya. Dibandingkan berusaha untuk mengelola emosi lebih baik dengan cara mengungkapkan kemarahan sewajarnya dan kemudian memaafkan, menyimpan dendam membuat kita menganggap orang tersebut sebagai suatu ancaman yang menimbulkan perasaan stress atau trauma berulang meskipun kejadian yang sesungguhnya sudah lama berlalu.
Alkitab menawarkan konsep yang berlawanan dengan konsep Balas Dendam.
Roma 12:19-21, Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan. Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya. Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!
Dengan memperhatikan kehendak Allah sebagaimana yang ditulis oleh Rasul Paulus, maka dapat memahami bagaimana Allah sebenarnya tidak mau setiap umat-Nya hidup di dalam kebencian, sehingga arahan firman Tuhan bagi kita adalah:
Jangan sampai kita terjebak dalam rasa dendam yang berlebihan sehingga kita menjadi budak kebencian
Alkitab banyak membahas balas dendam. Baik istilah Ibrani dan Yunani yang diterjemahkan sebagai “pembalasan” atau “balas dendam” berakar dari istilah yang mengandung makna hukuman. Ini penting untuk diingat karena akan membentuk pengertian kita mengapa hanya Allah yang berhak membalas. Ayat kunci kebenaran ini ditemukan dalam Perjanjian Lama dan dikutip dua kali dalam Perjanjian Baru. Allah berfirman, “Hak-Kulah dendam dan pembalasan, pada waktu kaki mereka goyang, sebab hari bencana bagi mereka telah dekat, akan segera datang apa yang telah disediakan bagi mereka” (Ulangan 32:35; Roma 12:19; Ibrani 10:30).
Balas kejahatan dengan Kebaikan
Setelah mendorong kita menyerahkan pembalasan kepada Allah, Rasul Paulus menulis, “Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum!” (ay. 20). Alih-alih membalas kejahatan dengan kejahatan, kita diundang untuk membalas kejahatan dengan kebaikan—itulah metode pembalasan dendam menurut standar Tuhan, Bapa Surgawi yang sempurna (bandingkan Matius 5:38-48).
Mengapa hal itu digambarkan seperti “menumpukkan bara api di atas kepala”?
Ketika seseorang membalas keegoisan kita dengan kebaikan, kita akan mengalami siksaan batin yang menyakitkan. Namun, tujuannya bukanlah membinasakan, melainkan memulihkan, menggugah pertobatan. Begitulah cara “mengalahkan kejahatan dengan kebaikan” (ay. 21). Kebaikan lebih kuat daripada kejahatan!
Rekan-rekan youth, budak adalah manusia yang tidak mendapatkan hak-hak hidupnya karena diperdaya atau diperalat oleh manusia yang lainnya. Jika kita mengaitkan dengan kata dendam, budak dendam bisa saja berarti seorang yang terus diperalat dengan rasa dendam dan orang itu tidak bias lepas dengan perasaan negative yang sudah tertancap kuat di dalam hati dan pikirannya. Oleh sebab itu, kita perlu menemukan cara yang benar supaya kita tidak menjadi budak dendam. Dan jawaban yang paling tepat untuk mengalahkan rasa dendam adalah Kasih Allah.
Kasih adalah inisiatif kebaikan
Rasul Paulus juga mengajarkan bahwa kasih yang harus dimiliki oleh orang-orang percaya juga harus dibangun dari setiap pribadi orang-orang percaya itu sendiri, kasih juga ditandai oleh sikap yang tidak pernah lelah dan lesu dalam melayani Tuhan, mempunyai kerajinan yang tidak kendor, rohmu menyala-nyala dan terus setia dalam pelayanan Tuhan.
Roma 12:10, Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat.
Bernard Meltzer – Ketika Anda memaafkan, memang Anda tidak bisa mengubah masa lalu, tetapi Anda yakin bisa mengubah masa depan.
Memang tidaklah mudah memaafkan orangg yang menyakiti kita. Bahkan boleh dikatakan mustahil untuk mengampuni orang yang sangat jahat kepada kita. Tetapi kita bisa bukan karena kita bisa. Kita bisa mengampuni karena Kristus sudah menang. Kemenangan Kristus adalah kemenangan kita.
Untuk lebih maksimal hidup dalam kasih, mari kita selalu dekatkan diri pada Tuhan serta pahami apa yang menjadi kehendak maupun keinginan Allah di dalam hidup kita. Termasuk apabila dalam Alkitab Tuhan memerintahkan kita menghindari sifat dosa menurut Alkitab berupa dendam dalam hati dan berbuat baik kepada musuh kita. Dengan memiliki pemikiran serta pemahaman Allah dalam hidup kita, tentunya hal ini dapat dihindari dengan mudah. Hidup akan penuh dengan damai sejahtera serta ucapan syukur yang berkepanjangan.
Jangan sampai kita menjadi kebencian, amarah, dan dendam, sehingga yang tampak dalam diri kita adalah Kasih Sejati yang berasal dari Allah.
Semangat. Tuhan Yesus Memberkati
EYC 11032023 – LP