CAVOD vs COVID

April 23, 2021 0 Comments

Renungan Harian Jumat, 23 April 2021

 Samuel 4:21-22, “Ia menamai anak itu Ikabod, katanya: “Telah lenyap kemuliaan dari Israel” karena tabut Allah sudah dirampas dan karena mertuanya dan suaminya. Katanya: “Telah lenyap kemuliaan dari Israel, sebab tabut Allah telah dirampas.“

Shalom… selamat pagi bapak, ibu dan saudara yang terkasih. 

Pada beberapa hari yang lalu dunia maya di hebohkan dengan berita viral mengenai pasangan suami istri yang memberikan nama kepada anak mereka “Dinas Komunikasi Informatika Statistik“.  Menurut penuturan beberapa sumber informasi alasan pemberian nama tersebut karena bapak dari sang anak, yaitu Wahyudi ketika istrinya hamil bernazar, jika nanti istrinya melahirkan anak laki-laki, dia akan memberi nama sesuai tempat dirinya bekerja ketika dia menyampaikan niatannya seluruh keluarga tidak keberatan.  Indonesia memiliki banyak tradisi unik dalam kaitan memberikan nama kepada anak yang baru lahir.  Contohnya seperti orang batak karo yang memberikan nama anaknya sesuai dengan nama benda yang pertama kali dilihat saat anak tersebut lahir. 

Apabila membandingkan dengan kisah dalam 1 Samuel 4:19-22, ketika istri Pinehas mendengar kabar kematian suaminya kemudian diikuti dengan kematian imam Eli, mertuanya serta dirampasnya tabut perjanjian oleh orang Filistin dari tangan orang Israel, alkitab menulis dia kedatangan sakit beranak dan melahirkan seorang anak laki-laki dan menamainya “Ikabod”  yang artinya telah lenyap kemuliaan dari Israel.

Bapak, ibu dan saudara yang terkasih, tanpa disadari atau disengaja ternyata  kata COVID memiliki konsonan yang sama dengan Cavod atau Kavod, כבוד, kata Ibrani kuno untuk kemuliaan, kehormatan, atau hadirat ilahi.

Kita tahu pandemi Covid yang awalnya dianggap tidak nyata dan hanya hoax ternyata sungguh nyata berdampak negatif di bidang ekonomi dan juga menyebabkan penderitaan fisik yang luar biasa. Disisi lain, manusia juga telah kehilangan kepekaan akan kehadiran Allah.

Hadirat Allah di dalam bahasa Ibrani adalah Cavod atau “kabod” artinya sesuatu yang memiliki bobot. Sedang arti Ikabod seperti ayat bacaan kita artinya kemuliaan Allah telah lenyap atau hadirat Allah telah lenyap.  Tentu yang diartikan kemuliaan yang berkenaan  dengan Allah berbeda dengan kemuliaan dunia. Hanya orang yang mengenal kebenaran atau diberi anugerah yang memahami nilai-nilai Ilahi dari perspektif Allah. Orang yang tidak mengenal kebenaran hanya dapat mengenal kemuliaan duniawi.

Mengapa Israel mengalami “Ikabod”??? Apabila kita bersama memperhatikan kisah Imam Eli dan anak-anaknya yaitu Hofni dan Pinehas, paling tidak kita akan menemukan 2 hal yang membuat Israel mengalami “Ikabod”;

1. Hofni dan Pinehas tidak menghormati Tuhan.

Dalam 1 Samuel 2:12-17, tertulis bagaimana anak-anak dari imam Eli memandang rendah korban bagi Tuhan dengan mengabaikan ketetapan tentang korban bakaran yang di persembahkan bagi Tuhan.  Peraturan dan ketetapan yang sudah diberikan oleh Tuhan kepada Musa [Imamat 1-7]  dilanggar oleh mereka. 

Alkitab terjemahan bahasa Indonesia memakai kata “tidak mengindahkan” yang memiliki arti; tidak memedulikan, tidak memerhatikan, tidak meresapkan ke dalam hati. 

Amsal 13:13 “Siapa meremahkan Firman, ia akan menanggung akibatnya, tetapi siapa taat kepada perintah, akan menerima balasan.” 
Siapa yang meremehkan Firman Allah akan binasa, tetapi orang yang menaatinya akan mendapat pahala.” (FAYH)
Orang yang meremehkan ajaran Tuhan, mencelakakan dirinya; orang yang taat kepada Hukum Allah akan mendapat upahnya.” (BIMK)

Tidak taat kepada Firman Allah sama dengan mencelakai diri sendiri dan akan binasa, tetapi orang yang taat kepada Firman Allah akan mendapat balasan, pahala atau upah dari Tuhan.

2. Hofni dan Pinehas tidak menghormati orang tua.

Mereka berdua mengabaikan nasehat dan teguran dari imam Eli yang adalah orang tuanya.  Dalam 2 Samuel 2: 22-25, dituliskan bahwa mereka mengabaikan teguran dan nasehat imam Eli walaupun imam Eli memberikan peringatan keras bahwa jika seseorang berdosa kepada Tuhan, siapakah yang akan jadi pengantaranya? 

Dua kesalahan besar dari anak-anak imam Eli telah membuat Israel mengalami kekalahan besar, bahkan kekalahan terbesar karena Tabut Perjanjian yang adalah lambang kehadiran Allah telah dirampas dari tengah-tengah mereka.  Ketika mereka mengalami kekalahan pertama mereka tidak menyadari bahwa sebenarnya Tuhan sudah tidak ada ditengah-tengah mereka, mereka tidak bertobat dan mencari Tuhan.  Ketidaksadaran mereka yang membuat mereka mengalami kekalahan yang lebih besar, mereka binasa.

Marilah kita menjadikan kisah tentang kejahatan anak-anak imam Eli sebagai pelajaran yang sangat berharga.  Marilah kita selalu menghormati Tuhan dengan melakukan hukum dan ketetapan-Nya yang tertulis dalam Alkitab dalam hidup kita, dan selalu hormati orang tua kita.  Ingatlah kalau tidak ada mereka kita tidak ada, selagi orang tua kita masih sehat, yuk kita hormati mereka. 

Bangunlah hubungan yang melekat dengan Tuhan, miliki kepekaan akan kehadiran-NYA. 

Jangan sampai kita merasa bahwa Tuhan ada di tengah kita, tetapi ternyata Tuhan sudah tidak ada ditengah kita, jangan sampai kita mengalami “Ikabod”.  Dan juga selalu hormati orang tua kita.  Kiranya kemulian Tuhan (kabod) senantiasa melingkupi kita bahkan bukan hanya itu, kiranya Tuhan selalu ada ditengah-tengah kita. 

Amin. Tuhan Yesus Memberkati.

DS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *