CERITA BERSAMBUNG
Cerita Bersambung
Renungan Harian Youth, Jumat 14 Januari 2022
Bahan Bacaan : I Samuel 18:6-9
Syalooom… selamat pagi teman- teman remaja pemuda ELOHIM. Apa kabarnya hari ini? Semoga kita semua sehat selalu dan dalam lindungan Tuhan.
Pada masa kanak-kanak, saya berlangganan majalah Bobo, si kelinci. Salah satu komik serial didalamnya berkisah tentang Juwita dan Si Sirik. Juwita adalah gadis jelita yang baik budi. Namun ia selalu diganggu oleh Si Sirik, nenek penyihir yang usil dan ada saja ulah tingkah jahatnya. Saya heran, pengarang komik itu tidak pernah kehabisan cerita. Selalu ada cerita baru. Mengapa? Karena ada karakter Si Sirik. Sirik artinya iri atau dengki.
Iri hati memang selalu punya 1001 alasan untuk memusuhi orang lain. selalu punya cerita untuk menjatuhkan sesama.
Rekan-rekan cerita tentang hubungan antara Saul dan Daud dalam Alkitab sudah bukan rahasia lagi semula berlangsung baik, tetapi sampai di titik tertentu, hubungan itu berubah menjadi buruk. Raja Saul ditelan oleh rasa iri hati ketika pujian yang diterima Daud melebihi pujian yang diterimanya : “Saul membunuh beribu-ribu musuh, tetapi Daud berpuluh-puluh ribu” (I Sam. 18:7 BIS). Saul menjadi sangat marah dan “sejak hari itu ia iri kepada Daud” (ay.9).
Iri hati dan kedengkian induk dari segala kebencian dan kejahatan.iri hati timbul karena tindakan yang suka membanding-bandingkan diri dengan orang lain. padahal setiap kita sudah diberi berkat masing-masing oleh Tuhan. karena iri, makanya Saul mencoba untuk membunuh Daud berkali-kali.Kedengkian kerap kali tanpa sadar membentuk cara kita berpikir dan bertindak. Halus tak kentara, tetapi selalu “bicara”.
Iri hati sering merasuk kedalam dan merusak persaudaraan.
Lihatlah pada kisah Yusuf dan saudara-saudaranya. Juga kain dan Habel. Termasuk juga persaudaraan kristiani jaman sekarang. Pada era digital ini, di sosial media seperti Instagram, facebook, dan lainnya menampilkan ‘trigger’ iri hati yang besar lagi. Orang-orang menampilkan “best moment” mereka disana seperti: perjalanan keluar negeri, wisuda, pernikahan yang wah, menerima beasiswa, mendapat penghargaan, dan sebagainya. Sehingga dapat dipastikan manusia zaman ‘now’ ini akan semakin rentan terhadap iri hati.
Sebuah ilustrasi sederhana tentang seseorang yang tinggal di Australia bercerita bahwa kawannya pernah kemasukan ular dalam rumah. Ular itu diam dan menggulung dipojok bawah Kasur dan hampir tidak kelihatan. Ia segera mengambil penangkap ular untuk mengambil ular itu dan mengembalikan ke habitatnya. Ular yang masuk itu adalah jenis ular berbisa dan dapat menimbulkan konsekwensi serius apabila sempat terkena gigitannya. Tidak ada satupun orang yang mau ular berbisa ada di kamarnya. Tapi bagaimana jika ular itu masuk menyusup secara diam-diam tanpa kelihatan? Itu jelas berbahaya! Nah.., dosa pun seperti itu, dosa iri hati atau dengki sama seperti ular berbisa yang diam-diam menyelinap didalam rumah dan mengancam pemiliknya.
Yakobus memperingatkan kita dalam suratnya,”Sebab dimana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri disitu ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.” (Yakobus 3:16). Seperti Saul yang iri terhadap Daud sehingga menimbulkan kebencian yang mendalam disertai dosa-dosa lainnya. Kebencian menjadi kisah atau cerita bersambung yang tiada henti karena dijalin oleh benang merah iri hati.
Jadi waspadalah! Cerita apa yang ingin kalian buat dalam hidup ini, kisah yang indah atau kisah yang bersambung tiada henti karena iri hati selalu menghasilkan cerita yang menyakitkan.
Komitmenku hari ini:
Aku mau belajar untuk menjaga hatiku dari Iri Hati, sehingga setiap kisah dalam hidupku bersama dengan orang lain adalah kebahagiaan bukanlah cerita yang disambung dengan iri hati
MW – AC