MENAHAN DENDAM

January 25, 2024 0 Comments

Renungan Harian Youth, Kamis 25 Januari 2024

1 Samuel 11:13

Tetapi kata Saul: “Pada hari ini seorangpun tidak boleh dibunuh, sebab pada hari ini TUHAN telah mewujudkan keselamatan kepada Israel.”

Orang yang tidak takut Allah cenderung menindas yang lebih lemah. Orang-orang Yabesy-Gilead ditekan oleh musuh mereka, orang Amon (ayat 2). Mereka dipaksa membuat perjanjian yang sifatnya sangat kejam. Ketika Saul mendengar berita buruk itu, hatinya tersentuh. Saul tampil bukan dengan motivasi mendapatkan dukungan politik orang-orang Yabesy-Gilead, tetapi semata-mata untuk membela yang lemah dan tertindas. Ketika Saul dinobatkan menjadi raja, ada kelompok yang meragukan bahkan memusuhinya (10:27). Namun, selalu ada kesempatan yang diberikan Allah untuk menunjukkan bukti bahwa tidak ada yang perlu diragukan. Saat itu, daerah Yabesh-Gilead dikepung oleh orang-orang Amon. Orang Amon mengancam penduduk Yabesh-Gilead: mata kanan mereka akan dicungkil. Ancaman ini mendatangkan rasa malu kepada segenap orang Israel.

Rekan-rekan youth, jadi Saul tidak mudah. Sangat sulit. Bagaimana tidak, ia menghadapi musuh dari dalam dan luar. Dari dalam dirinya sendiri, musuhnya adalah keminderan. Dari luar, musuhnya adalah bangsa Filistin, bangsa asing lain, dan bangsanya sendiri. Mereka meragukan kesanggupannya menjadi raja meskipun penampilan fisiknya lebih dari memadai. 

Ujian terhadap kepemimpinan Saul terdapat pada pasal ini.

Adalah orang Amon yang mencari gara-gara. Mereka mengepung dan mengultimatum Yabesh-Gilead agar menyerah. Tadinya penduduk kota itu mau menyerah saja (ay. 1b), tetapi ketika mendengar syarat yang diajukan benar-benar “kelewatan”, yaitu mata kanan mereka harus dicungkil (ay. 2), mereka pun mengadu kepada para tetua Israel (ay. 4). Keluhan itu sampai kepada Saul dan ia pun menyiapkan pasukan melawan Amon. Singkat cerita, Israel menang. Kemenangan tersebut mengukuhkan posisi Saul sebagai raja. 

Kebesaran jiwa pemimpin. Saul mengerahkan semua umat Tuhan untuk membela sesamanya dari penindasan.

Namun ada pihak yang meragukan kepemimpinan Saul. Masakan Saul menjadi raja? (ayat 12). Saul tidak terpengaruh sikap negatif itu. Akhirnya ia dan pasukannya menang atas orang Amon. Kemenangan tidak membuat Saul lupa diri. Anjuran agar musuh-musuhnya dihabisi, ditolak Saul. Raja baru itu mengerti bahwa kekuasaannya harus dijalankan di dalam kehendak dan pimpinan Tuhan sendiri. Dengan berbuat demikian, ia memuliakan Allah, Raja atas segala raja

Tidak ada lagi yang meragukan kredibilitasnya sebagai raja. Namun, kisah tidak selesai di situ.  Ada pihak yang tiba-tiba tampil sebagai pembela Saul, mau cari muka (ay. 12). Dalam suasana sukacita setelah menang perang, mereka justru “mengompori” Saul, ingin membunuh orang-orang yang meremehkan Saul. Respons Saul sangat bijaksana sebagaimana tercantum pada ayat bacaan kita hari ini.

Kemenangan Saul ini adalah suatu kemenangan yang penting, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi seluruh bangsanya. Bagi dirinya sendiri, kemenangan itu membuat Saul belajar mengenal siapa Allah. Bagi bangsa Israel, kemenangan ini membuat mereka memuliakan Tuhan yang telah memilih Saul dan mereka pun percaya bahwa Saul ialah raja pilihan Tuhan. Maka, Saul pun diterima dan diakui oleh seluruh bangsa sebagai raja mereka (14-15).

Apa yang Saul lakukan menjadi tanda bahwa urapan Allah ada pada dirinya. Secara aklamasi pun bangsa Israel melihat dan menerima Saul sebagai raja Israel urapan Allah. Atas dorongan Samuel, akhirnya Saul benar-benar dinobatkan sebagai raja Israel (ayat 15).  Saul mengajari kita untuk tidak membalas yang jahat dengan yang jahat meskipun ada kesempatan. Mungkin Anda pernah direndahkan, diremehkan, dilecehkan. Anda merasa sangat terluka. Akan tetapi, kepahitan masa lalu biarlah berlalu.

Janganlah mencari kesempatan untuk membalas dendam. Jangan berpikir demikian, sekarang saya berhasil, saya menang. Sekarang saatnya saya balas dendam kepada orang-orang yang menghina saya. 

Rekan-rekan youth, fokuslah pada kebaikan Tuhan yang telah dialami sebagaimana dikatakan dan dilakukan Saul, “TUHAN telah mewujudkan keselamatan kepada Israel.” Kalau Tuhan sudah mewujudkan yang baik atas kita, masakan kita ingin mewujudkan kembali kepahitan masa lalu? Sikap Saul sejalan dengan ungkapan Jawa: menang tanpa ngasorake, artinya jika kita sudah mencapai keberhasilan atau kemenangan, janganlah kita merendahkan orang lain yang kalah.

Kita harus menyadari bahwa Allah mengizinkan kesulitan datang menghampiri kita demi untuk membentuk kita menjadi lebih baik. Ingatlah bahwa di dalam setiap kesulitan, Allah menyertai kita sehingga jangan mencoba untuk bertindak sendirian ataupun mengandalkan diri sendiri.

Amin, Tuhan Yesus Memberkati

RM – SCW

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *