“Menengok ke Masa Lalu sebagai peringatan”
Renungan Harian Jumat 03 Juli 2020
“Karena dahulu kita juga hidup dalam kejahilan: tidak taat, sesat, menjadi hamba berbagai-bagai nafsu dan keinginan, hidup dalam kejahatan dan kedengkian, keji, saling membenci” (Titus 3:3).
Dalam Surat Rasul Paulus kepada Titus 3:1-2, sama seperti renungan yang kita pelajari bersama kemarin berbicara mengenai kewarganegaraan Kristiani. Ayat ini kemudian langsung diikuti dengan pemaparan bagaimana keadaan kita sebelum ditebus. Kondisi yang berlawanan ini mengingatkan bagaimana keadaan kita sebelum diselamatkan dan bagaimana keadaan orang- orang yang belum diselamatkan saat ini.
Paulus ingin mengingatkan siapakah kita diluar kasih Tuhan, supaya kita semakin mengenal betapa besar kasih Allah kepada kita.
I. Paulus berkata, “Karena dahulu kita juga hidup dalam kejahilan.”
Ada dua kata di dalam kalimat ini yang menuntut perhatian. Kata kita di sini meliputi semua orang. Kata dahulu berarti pernah. Di satu masa, semua orang pernah hidup dalam kejahilan. Pelajari kata kejahilan. Ini bermakna tidak memiliki pemahaman akan perkara rohani.
Amsal 17:28 berkata, “Juga orang bodoh akan disangka bijak kalau ia berdiam diri dan disangka berpengertian kalau ia mengatupkan bibirnya.”
Kata ini memberikan gambaran tentang pikiran yang tidak sanggup menerima hukum yang lebih tinggi. Pikiran kita hanya dipenuhi dengan hal-hal yang duniawi
II. Paulus berkata, “Karena dahulu kita juga…tidak taat.”
Kurangnya pengertian membuat kita tidak taat. Ini adalah lawan penundukan, sebagaimana tercantum di dalam Titus 3:1. Sebelum kita mengalami pertobatan, inilah keadaan kita. Ini berlawanan dengan apa yang akan diperintahkan oleh pikiran yang dikendalikan Roh Kudus. Tidak taat berarti tidak memiliki alasan, motif, pengalaman, dan akal budi yang tepat, karena semua dikendalikan kesenangan dan hawa nafsu diri sendiri.
III. Paulus berkata, “Karena dahulu kita juga…sesat”—yaitu, tersasar.
Seseorang yang tidak memedulikan Jalan berarti sedang dituntun oleh panduan yang salah. Sebelum kita dapat menyelesaikan pekerjaan Allah dengan baik, kita harus memiliki pemahaman. Bila kita tidak paham, cepat atau lambat kita akan salah jalan.
Istilah “sesat” menyiratkan bahwa kita terlempar dari jalur yang benar. Ketika Kita tergoda untuk mengambil arah yang salah sesuai dengan keinginan diri sendiri. Apabila kita menuju arah yang salah, tak mungkin kita tiba pada tujuan yang benar. Hanya ada satu jalan keluar—berbalik arah dan Kembali untuk menempuh jalan yang benar.
IV. Paulus berkata, “Karena dahulu kita juga…menjadi hamba berbagai-bagai nafsu dan keinginan.”
Dalam kondisi yang belum bertobat, kita diperbudak oleh berbagai gairah dan keinginan. Bahkan sampai kita tidak berdaya melawannya; kita ditarik ke berbagai arah. Ketika gairah dan hasrat ini mendikte pikiran kita, maka kita tidak bisa melihat apa yang benar, karena semuanya yang ada dipikiran kita adalah bagaimana memenuhi hawa nafsu tersebut
V. Paulus berkata, “Karena dahulu kita juga…hidup dalam kejahatan dan kedengkian.”
Kamus Webster mendefinisikan kejahatan sebagai “perseteruan hati; kehendak buruk.. .keadaan pikiran yang ditunjukkan oleh niat untuk melakukan perbuatan menentang hukum.” Setiap kita menyadari seringkali inilah keadaan yang ada dalam kehidupan kita. Kedengkian adalah ketidakpuasan menyaksikan kelebihan atau keberhasilan orang lain. Ini berarti iri atau bernafsu memiliki hal yang sama atau bahkan lebih. Bahkan cenderung untuk menjatuhkan orang lain demi mengangkat dirinya.
VI. Paulus berkata, “Karena dahulu kita juga…keji, saling membenci.”
Saling membenci adalah karakter yang jauh dari kebenaran kerena Ini bertentangan dengan kasih yang seharusnya dimiliki oleh orang percaya.
Namun … kita melihat Bagaimana Allah mengubah hati seseorang ketika orang tersebut diselamatkan sungguh menakjubkan. Tuhan mau menarik kehidupan setiap anak-anaknya untuk menyadari dan Kembali kepada kebenaran.
Jika hari ini anda sedang bertumbuh dalam KEBENARAN, teruslah bertumbuh untuk dilepaskan dari segala masa lalu kita yang penuh dengan dosa untuk menghidupi kasih karunia Allah.
Menengok masa lalu kita yang kelam dalam dosa, untuk melihat betapa besar kasih Allah yang sungguh ajaib yang sanggup untuk mengubahkan dan memulihkan kehidupan kita.
Pertobatan selalu membawa kepada Pemulihan dan pembaharuan. Inilah kesaksian kehidupan kita ketika Tuhan membawa kita keluar dari kegelapan menuju kepada terang-Nya yang Ajaib.
PA_241