“Mengucap Syukurlah dalam segala hal”

October 12, 2022 0 Comments

Renungan Harian Rabu, 12 Oktober 2022

Bacaan: 1 Tesalonika 5:18, “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu”

Ada seekor burung gagak yang merasa sangat tidak puas dengan hidupnya.  Suatu hari dia melihat seekor angsa yang berbulu putih. Dia langsung membandingkan dengan dirinya yang sangat hitam dengan angsa putih itu. Lalu sang gagak menghampiri angsa itu dan berkata, “Kamu pasti burung paling bahagia di dunia. Kamu sangat putih dan cantik. Semua orang pasti menyukaimu.” Si angsa menjawab, “Mulanya saya juga merasa begitu, sampai saya melihat seekor burung kakatua yang memiliki dua warna. Saya pikir burung kakatua adalah burung yang paling bahagia di dunia ini.” 

Lalu si gagak mendekati burung kakatua dan mengatakan hal yang sama. Kakatua menjawab, “Saya hidup bahagia sampai saya melihat seekor merak. Bulunya sangat indah dan berwarna-warni.” Burung gagak itu kemudian menemui burung merak dan berkata, “Merak, kamu sangat cantik. Banyak orang suka melihatmu. Tetapi ketika orang melihatku, mereka hanya ingin aku pergi. Saya pikir kamu adalah burung yang paling bahagia di dunia ini.” Sang merak berkata dengan sedih, “Saya pikir saya memang burung yang paling indah. Tetapi karena keindahan ini, saya terjebak di dalam sangkar dari waktu ke waktu. Saya pikir saya akan senang sekali jika bisa berkelana ke mana-mana dengan bebas. Saya justru iri padamu, gagak. Kamu bisa bebas bepergian ke mana-mana.”

Sebagai manusia, kita sering merasa kurang atau tidak puas dengan keadaan kita. Kita selalu berpikir keadaan orang lain lebih baik daripada kita. Mereka lebih bahagia, lebih cantik, lebih kaya, lebih pengertian, lebih hebat, dan lain sebagainya. Hari ini kita merenungkan bersama apa itu mengucap syukur.

Bersyukur adalah sebuah gaya hidup 

Bersyukur kepada Allah bukanlah sekadar doa sebelum makan; mengucap syukur adalah gaya hidup. Kita bisa mengucap syukur kepada Tuhan atas hal-hal sederhana, seperti: angin sepoi-sepoi, pepohonan, sinar matahari, kaki untuk berjalan, juga mata untuk melihat. Rasa syukur kita atas hal-hal sederhana ini adalah disiplin spiritual. Akan tetapi, sayangnya kita dapat dengan mudah mengabaikan ini. Chuck Swindoll, seorang pendeta yang cukup dikenal di Amerika berkata bahwa mengucap syukur adalah sebuah keputusan yang harus diambil seseorang, dan keputusan ini membutuhkan usaha.

Allah menciptakan kita untuk menghidupi kehidupan yang penuh ucapan syukur. Dalam bacaan kita hari ini, Rasul Paulus memanggil orang-orang percaya untuk mengucap syukur dalam segala keadaan. Panggilan ini bukan sekadar gagasan untuk menolong diri sendiri. Paulus tahu bahwa rasa syukur memiliki dampak yang besar untuk jiwa kita. Secara psikologis maupun spiritual, rasa syukur dapat mengurangi stres, kegelisahan, dan juga kekhawatiran.

  • Bersyukur dapat menghilangkan ketakutan dan kekhawatiran 

Menjalani kehidupan yang penuh rasa syukur adalah salah satu cara terbaik untuk menghilangkan kekhawatiran, ketakutan, dan kegelisahan. Rasa syukur bukanlah sekadar alat psikologis. Akan tetapi, rasa syukur adalah sebuah realitas spiritual yang dibahas oleh Rasul Paulus dalam Filipi 4:6:

“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.”

Ayat tersebut tidak berakhir berakhir begitu saja. Setelah kita menyatakan segala keinginan dan kekhawatiran kita kepada Allah, serta menunjukkan kepercayaan kita akan kedaulatan Allah, maka damai sejahtera yang melampaui segala akal akan diberikan kepada kita! (Filipi 4:7). Ini adalah janji yang indah, janji yang begitu kuat.

  • Bersyukur mengubah cara kita memaknai tantangan hidup

Dietrich Bonhoeffer, seorang pendeta dan teolog Jerman yang dibunuh di kamp konsentrasi Nazi karena melawan Hitler pernah berkata, “Hanya oleh rasa syukur saja kehidupan ini menjadi kaya.” Jika seorang seperti Bonhoeffer yang hidup dan disiksa di kamp penyiksaan bisa berkata-kata demikian, maka terlebih lagi kita semua. Kita diminta untuk mengingat semua hal—baik itu besar ataupun kecil—yang telah Allah berikan kepada kita, dan mengucap syukur kepada Allah atas segala hal tersebut.

John MacArthur, seorang pendeta dan penulis merangkumnya dengan tepat: “Hati yang bersyukur…sangat berbeda dengan kebanggaan, keegoisan, dan kekhawatiran. Hati yang bersyukur itu menolong orang-orang percaya untuk bersandar sepenuhnya pada Tuhan, bahkan dalam masa-masa yang paling berat sekalipun. Tak peduli seberapapun berombaknya lautan, hati orang percaya dapat tetap tenang karena pujian dan rasa syukur yang tulus kepada Tuhan.”

Kita percaya bahwa dengan mengucap syukur kita dapat melihat keindahan di tengah rasa sakit, penderitaan, bahkan dalam hidup sehari-hari yang terasa membosankan.

 Tuhan Yesus Memberkati.

CM

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *