PENIRU YANG BERKUALITAS

September 5, 2023 0 Comments

Renungan Harian Youth, September 2023

Efesus 5:1, Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih

Kita mungkin sering terkaget-kaget dengan barang-barang mewah yang mempunyai harga fantastis. Hanya segelintir orang yang mampu memiliki ataupun mengoleksi barang mewah tersebut. Eksklusifitas dalam bentuk, bahan, jumlah, ataupun kualitas dari barang yang dijual, membuat banyak orang mengingininya. Namun, tidak semua orang sanggup membeli barang mewah. Tak heran di beberapa pusat perbelanjaan, kita dapat menemukan berbagai barang tiruan dari barang mewah. Barang tiruan dibuat semirip mungkin dengan wujud barang aslinya karena banyak orang yang mencari barang tiruan dengan kualitas yang bagus. Ini dilakukan agar orang-orang dapat membeli model tiruan barang mewah dengan harga yang murah.

Kalau barang mewah saja ditiru karena keindahan yang dimilikinya, bagaimana dengan hidup kita sebagai anak-anak Allah?

Apakah kita meniru hidup Allah yang begitu indah dan sempurna? Efesus 5 berisikan nasihat Paulus kepada jemaat Efesus untuk hidup sebagai anak-anak terang. Ia menekankan bukan hanya hidup menjadi anak terang, tetapi terlebih lagi Paulus meminta jemaat Efesus untuk hidup sebagai peniru Allah.

Rekan-rekan youth, Kata “penurut” yang dimaksud Paulus berkata seharusnya kita yang sudah menjadi anak-anak Tuhan adalah peniru Allah. Peniru berarti segala sesuatu dilakukan semirip mungkin dengan apa yang Allah lakukan. Begitu juga di dalam hal karakter, sebagai peniru Allah kita harus mengikuti karakter Allah dalam karakter hidup kita.

Clement dari Alexandria dengan tegas mengemukakan: Orang-orang Kristen sejati yang pandai dan bijak pasti akan bertingkahlaku seperti gambar Allah.

Untuk menjelaskan tentang menjadi gambar atau penurut teladan Allah, maka Paulus memakai ungkapan mimhtai – mimetai atau mimesis (menurut teladan), yang merupakan latihan dasar bagi seorang calon ahli pidato, atau calon orator Yunani. Para pelatih orator itu berpendapat bahwa belajar berpidato dengan baik tergantung pada tiga hal, yakni: Teori; Meniru atau meneladani; dan Praktek.

Bagian utama dalam latihan mereka itu ialah mempelajari dan meniru sikap para orator terdahulu. Dalam hubungan ini maka dalam perikop ini Paulus seakan-akan berkata: Kalau engkau berlatih untuk menjadi orator, maka engkau akan diberitahu supaya meniru atau menurut teladan para orator. Tetapi karena  engkau berlatih untuk hidup dengan baik, maka engkau haruslah menurut teladan Allah, yang di dalam diri Anak-Nya telah memberikan teladan hidup yang benar-benar baik itu.

Abineno, seorang ahli Alkitab mengatakan bahwa Rasul Paulus memberikan nasihat yang bukan saja berupa suatu permintaan, tetapi lebih dari itu adalah suatu perintah untuk menjadi penurut-penurut Allah. Abineno menjelaskan bahwa hal ini sama halnya dengan yang dituliskan Rasul Paulus dalam I Korintus 4:14 dan 16 di mana Rasul Paulus menggambarkan hubungan antara “anak” dan menjadi “penurut-penurut Allah.”

Lebih jelas lagi Rasul Paulus memberikan gambaran pernyataan kasih yang luar biasa, yaitu Kristus Yesus yang telah lebih dahulu mengasihi bahkan menyerahkan diri-Nya sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah. Kasih dari Allah menjadi dasar bagi kita untuk hidup seturut dan sesuai dengan apa yang Allah inginkan. Kasih yang Paulus katakan di sini tidak bergantung pada perasaan atau emosi, dan juga tidak bergantung pada tindakan orang yang dicintai. Ini adalah cinta yang teguh yang mencerminkan sifat Tuhan. Ini juga adalah cinta yang memerlukan kita menepikan keinginan dan keutamaan mementingkan diri sendiri, sebaliknya memilih untuk mengutamakan kesejahteraan orang lain.

Efesus 5:2 dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah

Di atas segalanya, yang harus ditiru dan diteladani oleh setiap orang Kristen ialah kasih dan pengampunan Allah. Di sini Paulus menulis sebuah ungkapan kuno dari Perjanjian Lama, yaitu bau harum. Ungkapan ini sangat erat berhubungan dengan pemikiran tentang korban. Pada zaman kuno, bila ada korban yang dipersembahkan, maka bau harum yang keluar dari daging binatang yang dibakar itu naik ke surga untuk dinikmati oleh para dewa, kepada siapa korban itu dipersembahkan. Dan korban yang dapat mengeluarkan bau harum itu menjadi korban yang khusus, yang akan diterima dan sangat menyenangkan dewa yang bersangkutan.

Yesus sudah memberikan teladan bagaimana Dia mengasihi kita bahkan menyerahkan diri-Nya sebagai persembahan yang harum bagi Allah.

Inilah gambaran yang dipakai Rasul Paulus untuk menekankan bahwa hidup dalam kasih harus sungguh-sungguh terus-menerus berjalan agar pada akhirnya berkenan kepada Allah di dalam Yesus Kristus.  Tuhan ingin kita menjadi imitator Allah yaitu peniru-peniru Allah. Dalam bahasa Indonesia, imitasi berarti tiruan, bukan asli. Jelas, kita bukan yang asli tetapi imitasi dari Yesus. Kita hanya mengikut Dia, meneladani dan meniru sampai mirip benar menyerupai Allah tetapi kita tetap bukan Allah. Yang asli hanya satu itulah Allah dan kita hanya tiruan-Nya

Rekan-rekan youth, kita bukan peniru sembarangan, melainkan peniru yang berkualitas sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Barang tiruan saja dicari yang berkualitas bagus maka hidup sebagai anak Tuhan harus meniru Allah secara berkualitas. Mari kita belajar menjadi peniru Allah dengan kualitas terbaik yang kita mampu dengan sungguh-sungguh melakukan firman dan mengikuti kehendak Allah.

Stop jadi tiruan sembarangan, tapi jadilah tiruan berkualitas sehingga semakin hari kita dapat semakin serupa dengan Yesus Kristus.

Amin, Tuhan Yesus Memberkati

RM-DOT

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *