Perisai Iman dalam Segala Keadaan

Renungan harian Rabu, 28 Juni 2023
Bacaan: Efesus 6:16, “Dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat”
Dalam perlengkapan senjata Allah, senjata keempat yang harus dimiliki oleh orang percaya untuk melawan Iblis adalah Perisai, yang secara rohani Rasul Paulus artikan sebagai “Perisai Iman”. Dengan perisai ini kita dapat mematahkan serangan api dari si jahat. Efesus 6:16 menerangkan bahwa perisai dapat menjadi pelindung dari serangan si jahat..
Kata perisai berasal dari bahasa Yunani yaitu, thureos (Thoo-rehos). Kata ini mempunyai dua pengertian, yaitu :
1). Perisai yang terbuat dari baja kuat yang berbentuk bundar, dengan diameter 50-60 cm.
2). Perisai yang berbentuk persegi Panjang, seperti daun pintu setinggi tubuh orang.
Makna dari PERISAI IMAN bagi kehidupan Orang Percaya
Sebagai Pintu
Tetapi jika diperhatikan dalam Efesus 6:16, kata perisai yang digunakan oleh Rasul Paulus bentuknya persegi empat bukannya bundar. Sebab akar kata Thureos, adalah thura, artinya “pintu”. Dengan lain kata, kehidupan orang percaya seperti sebuah rumah yang harus dijaga. Pintu adalah akses yang sangat penting untuk keluar masuk. Pintu juga sebagai perlindungan terhadap serangan dari luar. Jika pintu tidak kuat maka akan mudah diserang. Jadi jagalah pintu kehidupan kita. Mengapa? Karena Yohanes 10:10 menjelaskan bahwa ada Iblis yang datang untuk mencuri, membunuh dan membinasakan serta mengambil harta kekayaan ilahi yang Allah berikan kepada setiap kita. Sebab itu gunakan senjata Allah sehingga Iblis tidak dapat menyerang.
Perisai tentara Romawi (seperti yang diketahui Paulus, penulis dari Efesus) adalah perisai dengan ukuran yang luar biasa. Tingginya bisa mencapai 1,3 meter dan lebarnya 1 meter. Perisai ini (yang dinamakan scutum) terbuat dari kayu yang dikelilingi lapisan baja dengan logam di tengahnya. Logam di tengah ini selain berfungsi untuk melindungi tangan di bagian dalam juga berfungsi untuk menyerang lawan.
Dengan kata lain perisai ini benar-benar melindungi si prajuritnya, sepanjang prajurit mengenakannya. Perisai merupakan perlengkapan pertama yang tidak terpasang dalam tubuh tentara. Perisai harus dipegang dan diangkat menutupi badan untuk bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Jika tiga senjata sebelumnya hanya berfungsi proteksi tubuh, perisai merupakan senjata pertama yang harus kita miliki untuk pertahanan diri. Perisai harus diangkat untuk melindungi bagian tubuh kita (khususnya wajah), dan perisai dapat dihantamkan kepada lawan yang mulai mendekat sebagai mekanisme pertahanan diri.
Dalam Segala Keadaan
Perisai iman berfungsi melindungi kita dan membantu kita memberikan perlawanan pada si Iblis. Lalu, kapan kita menggunakannya? Efesus 6:16 menyebutkan “Dalam segala keadaan…pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat”. Ya, dalam segala keadaan! Fungsinya? Memadamkan panah api dari si jahat! “Api” biasanya bicara mengenai hal-hal yang bersifat spiritual. Jika Baju Zirah melindungi hati kita, perisai melindungi spiritual kita dari serangan spiritual si jahat.
Bacaan hari ini mengandung pesan bahwa dalam situasi apapun yang dihadapi, seseorang haruslah mengandalkan iman sebagai perisai untuk melindungi diri dari pengaruh negatif atau kejahatan. Perisai iman dapat membantu seseorang untuk tetap berpegang pada nilai-nilai kebenaran, moralitas, dan kebaikan, serta menghindari terjerumus ke dalam tindakan yang tidak patut dilakukan. Dengan mempergunakan perisai iman, seseorang dapat memperkuat kepercayaan dan keyakinannya, serta menjaga diri dari godaan dan tipu daya yang dapat mengganggu kehidupan spiritual dan moralnya.
Memegang perisai sebesar itu memang berat bagi prajurit Romawi, namun jika mereka tidak memegangnya, mereka terancam bahaya dari lawan mereka. Panah bisa saja mengenai tangan, bahkan wajah mereka. Memelihara iman bisa jadi sangat berat bagi kita, namun iman satu-satunya yang dapat melindungi kita dari serangan spritual yang dilakukan si Iblis. Hanya keyakinan kita pada Tuhan dan kuasa -Nya yang dapat melawan si jahat. Hanya keyakinan kita akan kehidupan setelah kematian dan bahwa suatu saat kita akan hidup bersama Tuhan yang dapat membuat kita terus berlari hingga garis akhir. Karena itu, pergunakanlah perisai iman hingga akhir hidup kita.
Mari kita menyadari betapa pentingnya mempertahankan iman dalam setiap situasi. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak tantangan yang bisa menguji iman seseorang, dan dengan mempergunakan perisai iman, seseorang dapat melindungi diri dari pengaruh negatif yang dapat mengganggu kepercayaan kepada Tuhan.
Selain itu, bacaan kita ini juga mengajarkan bahwa perisai iman bukan hanya berguna dalam situasi-situasi sulit atau cobaan, namun juga seharusnya selalu menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Artinya, setiap tindakan dan perbuatan yang dilakukan haruslah didasarkan pada iman dan keyakinan yang kuat kepada Tuhan.
Oleh karena itu, selalu penting bagi kita untuk mempertahankan iman dan menggunakannya sebagai perisai bagi diri kita dalam menghadapi kehidupan.
Tuhan Yesus memberkati
CM