RAUT WAJAH
Renungan Harian Youth, Kamis 07 Desember 2023
Kejadian 4:5, tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram.
Kain dan Habel, cerita dua orang kakak beradik yang memberikan persembahan kepada Tuhan. Yang satu persembahannya diterima (Habel) yang lain ditolak (Kain) oleh Tuhan. Perbuatan kedua kakak beradik ini sebenarnya adalah baik yaitu sama-sama memberikan persembahan bagi Tuhan namun akhir dari kisah ini begitu tragis sehingga berujung pada pembunuhan pertama, karena korban persembahan Habel diindahkan Tuhan sedangkan Kain tidak.
Raut wajah seseorang dalam sebuah situasi bisa menggambarkan suasana hati yang dialaminya saat itu.
Rekan-rekan youth, ayat di atas memberi pengertian sederhana mengenai iri hati. Orang yang iri hati biasanya hatinya memanas dan raut mukanya muram ketika melihat orang lain lebih baik, lebih sukses/kaya, lebih tampan/cantik, dan lebih lebih lainnya dibandingkan dirinya. Kondisi orang lain yang lebih ini membuat kita mengingini yang dimilikinya sehingga timbullah iri hati yang bisa membawa kita pada tindakan jahat, seperti mencuri, memfitnah, berbohong, bahkan sampai membunuh seperti yang dilakukan oleh Kain.
Seperti yang kita tahu, Kain dan Habel adalah kakak beradik anak-anak pertama dari Adam dan Hawa. Kisah Kain dan Habel termasuk cerita ironis karena seorang kakak yang seharusnya mengayomi dan mengasihi adiknya, justru akhirnya membunuhnya secara keji dan tidak manusiawi. Kain tidak berdaya mengontrol hatinya yang memanas sebab Ia membanding-bandingkan dirinya dengan sang adik. Kain tidak terima jika adiknya lebih daripada dirinya dan juga mendapatkan penghargaan yang lebih dari Allah.
Pusat perhatian Kain hanyalah pada pemenuhan keinginan pribadi. Ia egois, hanya memikirkan kepentingannya sendiri.
Yang menarik adalah ketika Kain hatinya memanas dan mukanya muram maka Tuhan bertanya kenapa ia marah dan mukanya muram, sekaligus memberikan peringatan bahwa dosa sedang mengintip jika Kain tidak mengontrol emosinya. (ay. 6-7). Namun, Kain tidak memedulikan suara Tuhan. Ia lebih memilih mengikuti suara hatinya, lalu membiarkan perasaan iri menguasai dirinya, dan akhirnya menghabisi nyawa adiknya sendiri.
Kain mengalami panas hati setelah gagal menerima kenyataan soal persembahan yang ditolak Allah. Meski Allah lantas memperingatkan agar Kain tidak berbuat dosa, tetapi Kain lebih menuruti panas hatinya daripada mencoba mengatasinya. Pilihan yang membuat Kain menjadi pelaku kejahatan pertama, yang dilakukannya terhadap Habel, adiknya sendiri. Alhasil, hukuman dari Allah pun harus dijalani oleh Kain (ay. 10-12). Seandainya Kain menuruti nasihat dari Allah, niscaya kisah yang tercatat di Alkitab akan berbeda.
Ketika Allah berkata kepada Kain, “Engkau harus berkuasa atasnya (dosa yang menggoda), ” sesungguhnya dalam peringatan itu ada kebenaran yang tersembunyi karena Allah menghendaki umat-Nya dapat menguasai diri, manakala panas hati melanda, juga menang atas godaan dosa, dengan kasih karunia-Nya.
Mengabaikan kebenaran ini dapat menempatkan orang percaya dalam bahaya, karena kegagalan mengalahkan godaan dosa ketika panas hati melanda.
Di sini, kita menyaksikan kesabaran dan kemurahan Tuhan, bahkan di hadapan ketidaktaatan manusia. Alih-alih langsung menghukum Kain, Tuhan menawarkan dia kesempatan untuk memperbaiki perilakunya. Dialog ini mengajarkan kepada kita pentingnya menguasai emosi dan tanggapan negatif kita, memperkuat bahwa kita dapat dan harus memilih ketaatan daripada dosa.
Tindakan Kain menandai titik balik yang tragis dalam sejarah manusia, sebagai manifestasi pertama dari kekerasan yang mematikan di antara manusia. Ini adalah ilustrasi gamblang tentang potensi destruktif dari kemarahan dan kecemburuan yang tidak terkendali, yang menunjukkan bagaimana emosi ini dapat menyebabkan konsekuensi yang menghancurkan jika tidak terkendali.
Iri hati terjadi ketika kita membandingkan diri kita dengan orang lain. Jangan membandingkan diri dengan orang lain, tetapi sadarilah apa yang Anda sudah miliki, yang Tuhan anugerahkan. Mengucap syukurlah atas pemberian tersebut. Setiap orang diberikan kemampuan dan berkat yang berbeda dengan ukuran yang sesuai di mata Tuhan. Karena itu, sebelum hati memanas dan muka muram akibat perasaan iri, mari sejenak mendengar suara Tuhan Yesus dan melihat hal-hal yang telah Dia anugerahkan kepada kita selama ini. Niscaya iri hati akan sirna, hati tetap tenang dan kepala dingin, dan kita dimampukan oleh-Nya untuk mengendalikan ego dan emosi kita.
“Kualitas Hati Menentukan Seberapa Baiknya Persembahan Yang Diberikan; Karena Materi Tidak Dapat Disandingkan Dengan Hati”
Tuhan selalu mencari yang terbaik dari hidup kita, apa yang bisa kita berikan dari hidup kita untuk kemuliaan-Nya itu selalu berkaitan dengan hati kita. Jika selama ini kita hanya memberi kepada Tuhan hanya supaya kita mendapatkan pujian atau sanjungan atau pun bahkan hal-hal lainnya, maka itu tentu menjadi sàlah satu indikator bahwa sebetulnya kita sedang tidak mengasihi Tuhan, dan malah mengasihi diri kita sendiri.
Jika panas hati melanda dan raut wajah menjadi muram, jangan sampai kita dikendalikan dengan kemarahan dan iri hati. Allah tetap memperhatikan kita dan mau untuk kita dapat menguasai diri kita dan menang terhadap ego kita.
Amin, Tuhan Yesus Memberkati
RM – SCW