SUDAH MERDEKA

Renungan Harian Youth, Senin 05 Juni 2023
Sudahkah anda benar-benar merdeka? Barangkali ini adalah pertanyaan yang masih saja muncul dalam diri kita, meskipun kita sebenarnya sudah tinggal di negara yang merdeka. Maknanya bisa menjadi berkembang dan bisa menjadi sempit juga, tergantung bahasan yang berkaitan dengan hal ini. Dari pengertiannya saja, Merdeka diambil dari bahasa Sanskerta maharddhika yang berarti kaya, sejahtera dan kuat, yang adalah bebas dari segala belenggu (kekangan), aturan, dan kekuasaan dari pihak tertentu. Sehingga kita menemukan kata “Dimerdekakan” yang artinya bebas dan dapat berdamai dengan masa lalu.
Kalau kita mau tetap merdeka dan bebas dari bayang-bayang maut, waspada dengan segala tipu muslihat iblis.
Ketika sekeliling kita menawarkan berbagai hal yang nggak sesuai firman Tuhan, kita harus menolak. Begitu pula, hati dan pikiran kita mulai dirasuki oleh keinginan daging, kita harus menaklukkannya. Minta Roh Kudus bekerja dalam diri kita, agar kita tidak terjerumus dalam tipu dayanya dan hidup bersih di hadapan Allah. Selagi kita mudah terpengaruh dengan godaan dan tetap melakukan hal-hal yang nggak seturut firman-Nya, sekecil apa pun itu, hidup bukan milik kita lagi, karena kita tidak merdeka dari dosa.
Galatia 5:13-15, “Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih. Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!” Tetapi jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu saling membinasakan.”
JIKA KITA SUDAH MERDEKA, KITA MERDEKA DARI APA?
“Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.” Galatia 5:1.
Rekan-rekan youth, yang penting untuk kita pahami dari kemerdekaan kita adalah bahwa kita sudah merdeka dari keterikatan masa lalu. Kita tidak lagi diperhamba dengan dosa-dosa kita di masa yang lalu, tetapi kita benar-benar dibawah kepada pengharapan dan jaminan hidup yang kekal yang Tuhan sediakan. Dan apa yang dituliskan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Galatia adalah untuk meghidupi kemerdekaan itu dengan keyakinan yang teguh dan berdiri diatas dasar firman Tuhan yang kokoh.
Tentu sebagai perbandingannya dalah dengan kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh bangs akita Indonesia. Kita tidak akan pernah membiarkan bangsa kita tetap menjadi bangsa yang dijajah, karena bangsa yang merdeka adalah bangsa yang mau berbenah dan menatap masa depan yang cerah sebagai suatu bangsa yang mandiri, Makmur, berwibawa dan disegani oleh bangsa lainnya.
So ingat selalu, untuk tetap merdeka dan memperoleh hidup yang kekal, kita musti berjuang habis habisan menghadapi jajahan iblis. Kalau kita nggak mau berjuang lagi, alamat hidup kiamat. Merdeka atau mati? Ini sebuah pilihan dan tantangan! (Renungan Harian Remaja 1 Korintus 1: 1-3 – Renungan Remaja)
Kemerdekaan tidak akan berarti apa-apa bila kemerdekaan yang telah diraih dengan penuh perjuangan oleh para pahlawan bangsa tersebut tidak diisi dengan hal-hal yang baik dan positif.
Pun demikian dalam kekristenan, karena kita telah dimerdekakan oleh Kristus melalui pengorbanan-Nya di kayu salib, maka kita harus memiliki kesadaran tinggi untuk tidak mau diperbudak lagi oleh dosa. Bayaang-bayang masa lalu sebagi negara terjajah harus dibuang jauh-jauh dari ingatan kita sehingga kita dapat bergerak maju dan memiliki jati diri yang merdeka.
Sama halnya dengan kekristenan kita, Karena itu kita harus mengerjakan keselamatan yang telah dianugerahkan Tuhan dengan hati yang takut dan gentar.
“…marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.” Ibrani 12:1.
Kunci menang terhadap masa lalu adalah mengerahkan pandangan ke depan. “…dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan,” (Ibrani 12:2a). karena Hanya Tuhan yang bisa menyucikan dosa-dosa kita dan takkan pernah mengingat masa lalu kita, sekelam apapun itu.
“Siapakah Allah seperti Engkau yang mengampuni dosa, dan yang memaafkan pelanggaran dari sisa-sisa milik-Nya sendiri; yang tidak bertahan dalam murka-Nya untuk seterusnya, melainkan berkenan kepada kasih setia? Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut.” (Mikha 7:18-19).
Melalui pengorbanan-Nya di kayu salib, Kristus telah mengampuni dosa kita dan menghapuskan semua kesalahan ktia, namun mengapa kita tidak mau lepas dari belenggu masa lalu? Jangan pernah biarkan iblis menyeret kita kembali ke lembah kelam masa lalu.
Saat Sodom dan Gomorah akan dibinasakan Tuhan karena dosa penduduknya memuncak, Tuhan teringat akan Abraham sehingga mengurus dua malaikat-Nya untuk menyelamatkan Lot dan keluarganya. “Larilah, selamatkanlah nyawamu; janganlah menoleh ke belakang, dan janganlah berhenti di manapun juga di Lembah Yordan, larilah ke pegunungan, supaya engkau jangan mati lenyap.” (Kejadian 19:17). Namun apa yang terjadi? Istri Lot dengan ingatan yang jernih aka napa yang dia miliki di rumahnya itu justru “…menoleh ke belakang, lalu menjadi tiang garam.” (Kejadian 19:26), bukti tidak mau taat dan enggan meninggalkan masa lalu; baginya tidak ada pertolongan!
Jangan pernah menengok masa lalu, berlarilah dengan pandangan lurus ke depan dengan mata terarah kepada Tuhan.
“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” (Yeremia 29:11).
Jangan membiarkan diri dibelenggu masa lalu karena itu hanya akan menghalangi kita untuk menikmati berkat yang disediakan oleh Tuhan.
Hidup di alam kemerdekaan sekarang ini memang memberi banyak kenyamanan. Apalagi di dalam dunia globalisasi saat ini. Globalisasi dan teknologi telah memberi manusia modern akses ke suatu produk yang disebut “kebebasan” yang lebih besar untuk memilih. Setiap orang pasti mendambakan kebebasan (dalam batas tertentu secara subjektif).
Kebebasan memberi wadah dan kepuasan bagi manusia untuk menyalurkan daya cipta, rasa dan karsanya.
Tetapi, “kebebasan” dapat berubah menjadi “kebablasan” apabila, dalam hubungan sosial, kebebasan yang ada tidak menghormati kebebasan orang lain. Kebebasan manusia yang merupakan suatu potensi, justru akan menjadi “krisis” apabila tidak dibatasi. Oleh karenanya, kebebasan saya harus dibatasi oleh kebebasan Anda, dan sebaliknya. Apabila tidak, manusia akan menjadi “serigala” bagi manusia lainnya (homo homini lupus).
Kebebasan akan mencapai tahap paling tragis dan ironis apabila kebebasan justru menciptakan “penjara” bagi yang bersangkutan. Tanpa kita sadari, kita pernah atau mungkin kerap terperangkap dan terbelenggu dengan “kebebasan” kita, apabila kita sudah tidak dapat berkata “tidak” untuk suatu pilihan dalam kebebasan dimaksud. Berapa banyak manusia yang sangat menikmati “kebebasan” yang melekat padanya sehingga ia sudah begitu tergantung pada “kebebasan” itu sendiri.
Teruslah berkaca kepada Firman Tuhan, jika kita benar-benar sudah merdeka. Pastikan setiap perkataan Firman Tuhan itu hidup di dalam kita sehingga kita makin lama makin kuat di dalam firman-Nya dan terus memahami kehendak Allah bagi kita sebagai orang-orang yang sudah merdeka.
Amin. Tuhan Yesus Memberkati
EYC 03052023-YDK