TAK ADA KOMPROMI

Renungan Harian Youth, Rabu 27 September 2023
Daniel 1:8, Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya.
Seorang musafir pergi ke luar kota menunggangi seekor unta. Ketika malam tiba, ia membangun kemahnya untuk beristirahat. Di tengah malam, untanya kedinginan dan memasukkan kepalanya ke dalam kemah seolah-olah meminta belas kasihan. Kemudian tuannya membiarkan unta itu memasukkan sebagian tubuhnya dalam kemah. Karena kompromi dari tuannya, perlahan unta itu berani memasukkan seluruh tubuhnya. Namun, akibat tubuh besarnya, unta itu justru mengobrak-abrik kemah. Hal ini merupakan sebuah kejadian yang tidak perlu terjadi, namun karena ada kompromi, maka justru mengakibatkan sesuatu yang merusak dan bahkan kerugian.
Kompromi, menurut kamus artinya persetujuan dengan jalan damai atau mengurangi tuntutan. Apakah kita boleh berkompromi dengan dosa atau mengurangi tuntutan untuk hidup benar sesuai standar Tuhan (Alkitab)?
Rekan-rekan youth, Membaca kisah tentang Daniel di dalam Alkitab sungguh menjadi sumber inspirasi bagi kehidupan orang percaya. Meski masih muda Daniel memiliki spirit of excellence (semangat untuk mencapai yang terbaik). Alkitab mencatat bahwa Daniel “…sepuluh kali lebih cerdas dari pada semua orang berilmu dan semua ahli jampi di seluruh kerajaannya.” (ayat 20).
Pada awalnya Daniel hanyalah seorang tawanan yang dibawa oleh Nebukadnezar ke Babel. Namun ia bersama tiga orang rekannya (Sadrakh, Mesakh dan Abednego) tetap mempertahankan jati dirinya sebagai umat Tuhan, hidup benar di mataNya sehingga mereka mengalami promosi dariNya. Dan seorang tawanan menjadi pembantu-pembantu raja di negeri asing: dari raja Nebukadnezar, Belsyazar sampai Darius, Daniel diangkat menjadi orang ke-2 setelah raja membawahi 120 pejabat setingkat Gubernur.
Meski berada di tengah lingkungan masyarakat yang menyembah berhala Daniel berani melawan arus, tetap hidup kudus.
Daniel dan teman-temannya memberi kita contoh mengenai gaya hidup tanpa kompromi. Mereka adalah orang Yahudi yang dipilih untuk bekerja bagi Raja Nebukadnezar, ketika suku Yehuda diasingkan ke Babilonia. Di satu sisi, pekerjaan mereka adalah jabatan yang terhormat. Namun di sisi lain, pekerjaan ini justru akan menguji iman dan ketaatan mereka. Mereka diperhadapkan dengan pilihan antara lebih menghormati Tuhan atau raja Babel.
Daniel dan teman-temannya menyetujui pemberian nama baru mereka dan pendidikan yang diterima. Namun, ketika harus mengubah gaya hidup dengan menyantap makanan raja, mereka menolaknya! Mereka tahu santapan tersebut telah dipersembahkan kepada ilah-ilah Babel. Ini bertentangan dengan perintah Tuhan (Im. 11; Ul. 14). Mereka tidak mau berkompromi sedikit pun dengan dosa, walaupun jika menolak raja maka konsenkuensinya adalah hukuman mati. Mereka lalu meminta dengan berani untuk diuji selama sepuluh hari hanya makan sayur dan diberi minum air putih. Tuhan memelihara mereka. Mereka akhirnya didapati jauh lebih sehat, kuat, dan sepuluh kali lebih cerdas daripada orang lain yang menyantap makanan raja (ay. 19-20).
Daniel tahu prinsip ini sehingga ia tidak mau memegang makanan itu karena ia mau menyerahkan seluruh hidupnya bagi Allah. Ia tahu Allah sanggup menjaganya, ia tahu bahwa dengan memegang prinsip ini, hidupnya akan sulit, namun ia akan melihat bahwa Allah beserta dengannya. Dengan memegang prinsip ini, Daniel mengesampingkan hidup duniawinya dan ia mendedikasikan hidupnya bagi Allah saja.
Ketika kita berani mengambil risiko untuk hidup di dalam iman dan ketaatan, serta tidak kompromi dengan dosa maka Tuhan Yesus menunjukkan kuasa-Nya untuk memelihara dan memberkati kita.
Mari terus belajar dan berjuang untuk mempertahankan integritas iman kita sebagai anak-anak Tuhan di tengah dunia. Hiduplah memuliakan Tuhan kapan pun dan di mana pun. Berani menolak dosa, tidak mau menyembah kepada raja meski nyawa yang menjadi taruhannya. Bahkan dari hal yang terkecil sekalipun (soal makanan), ia tidak mau memberi celah bagi tipu muslihat Iblis. Ada prioritas yang lebih besar yang harus kita kedepankan dibandingkan dengan sebuah kepuasan seketika dari makanan yang yang lezat.
Rekan-rekan youth, Setiap keputusan-keputusan yang kita buat akan membentuk kehidupan kita. Kehidupan kita saat ini dibentuk oleh keputusan-keputusan kita di masa lalu, demikian juga masa depan kita ditentukan oleh keputusan-keputusan yang kita buat saat ini. Untuk itu, pastikan bahwa keputusan yang kita buat baik dan benar, dan yang terpenting sejalan dengan kebenaran Firman Tuhan. Seperti Daniel, karena keputusannya mungkin saja ia akan kehilangan nyawanya, namun ia tidak mau kompromi. Ia teguh hidup dalam kebenaran, dan Tuhan melihat ketetapan hatinya itu.
Komitmen hidup benar yang kita pegan memang akan selalu bertentangan dengan ajakan untuk kompromi dengan dosa
Di akhir zaman ini jarang ditemukan orang yang demikian; kebanyakan orang ikut-ikutan dan terbawa arus dunia ini: tidak berani menolak dosa, malah tenggelam di dalamnya. Seandainya hari ini kita berhadapan dengan situasi yang dihadapan Daniel, bagaimanakah sikap kita. Masih kah kita sanggup MENGAKUI, PERCAYA DAN MENGANDALKAN TUHAN? Daniel dipakai Tuhan bukan karena ia orang Ibrani, tetapi karena keputusan dan komitmen pribadinya kepada Tuhan.
Hidup kudus adalah panggilan Tuhan bagi kehidupan orang percaya dan Daniel telah memberi teladan bagi kita.
Amin, Tuhan Yesus Memberkati
RM – NDK