TELADAN UNTUK BERIMAN

Renungan Harian Youth, Rabu 07 Juni 2023
Matius 15:28, Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.” Dan seketika itu juga anaknya sembuh.
Pernahkah Anda meminta pertolongan kepada seseorang dan orang tersebut mendiamkan Anda? Ketika seseorang memperlakukan Anda seperti itu, bagaimana tindakan Anda selanjutnya?
Di dalam bagian Alkitab yang kita baca, kita melihat bagaimana seorang perempuan Kanaan, seorang Yunani bangsa Siro Fenisia (lih. Mrk. 7:25), dan non-Yahudi, memohon kepada Yesus untuk menyembuhkan anak perempuannya yang kerasukan setan (ay. 22). Awalnya, Yesus sama sekali tidak menjawabnya (ay. 23). Namun, setelah didesak oleh murid-murid-Nya, Yesus menjawab, “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” (ay. 24).
Maksud perkataan Yesus adalah bahwa keselamatan diberitakan kepada bangsa Israel terlebih dahulu sebelum diberitakan kepada seluruh dunia dan memang pada saat itu, pemberitaan tentang keselamatan masih difokuskan kepada orang Yahudi.
Perempuan Kanaan dalam firman Tuhan hari ini memberi kita teladan. Bagaimana tidak, ketika ia datang memohon kesembuhan bagi anak perempuannya yang kerasukan setan, Yesus malah menjawab, “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel” (ay. 24). Seolah-olah dirinya tidak termasuk hitungan! Menariknya, perempuan itu tidak tersinggung tetapi terus mendekat, menyembah, dan memohon pertolongan. Tetapi siapa sangka, Yesus malah sekali lagi menguji dengan seolah merendahkan harga dirinya dengan menyamakannya seperti anjing. Tetapi lagi-lagi, bukannya pergi dengan amarah atau kekesalan hati, perempuan itu justru seolah membenarkan perkataan Yesus (ay. 26-27). Tidak heran apabila pada akhirnya, Yesus pun memuji imannya sekaligus menyembuhkan anaknya.
Mendengar jawaban Yesus, perempuan tersebut malah mendekat, menyembah Yesus, dan kembali meminta tolong (ay. 25). Menariknya, Yesus menimpali, “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” (ay. 26). Kata “anjing” adalah istilah yang biasa dipakai orang Yahudi untuk menghina mereka yang non-Yahudi. Kata “anak-anak” merujuk kepada bangsa Yahudi dan “roti” merujuk kepada pesan Yesus. kata “anjing” yang dipakai oleh Yesus bukanlah mengacu kepada anjing jalanan yang suka mengais-ngais melainkan lebih merujuk kepada anjing peliharaan di rumah.
Yang menjadi inspirasi bagi kita adalah, Sekalipun Yesus tidak menjawab seruannya, perempuan ini tetap teguh. Dia tidak pergi. Luar biasa! Namun setelah tidak menjawab seruan perempuan itu, seolah-olah ingin menambah kepedihan perempuan ini, “Tidak adil. Tidaklah patut mengambil roti dari anak-anak dan memberikannya kepada anjing. Kamu adalah orang asing, dan di mata orang Yahudi, kamu seperti anjing.”
Jadi, perkataan Yesus bukanlah untuk menghina, melainkan untuk menguji iman perempuan ini. Lalu perempuan Kanaan ini berkata, “Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.” (ay.27). Perempuan ini tidak menyerah dan terus memohon, sampai akhirnya Yesus mengabulkan permintaannya. Perempuan Kanaan tersebut memberikan teladan iman yang tahan uji dan pantang menyerah.
KERENDAHAN HATI MERUPAKAN KUNCI UNTUK MENERIMA KEHENDAK TUHAN
Saat Anda sedang bergumul dengan suatu permasalahan hidup yang berat dan telah berulang kali memohon jawaban Tuhan, apakah Anda tetap bertahan dan percaya bahwa Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik pada waktunya? Tetap teguh percaya kepada Kristus Yesus, mungkin Tuhan sedang menguji iman Anda.
Hal apakah yang membuat iman perempuan ini besar?
Seperti yang saya tekankan sebelumnya, bahwa dia bukan siapa-siapa. Dia mungkin sama dengan perempuan Samaria (di dalam Injil Yohanes). Kaum perempuan di dalam masyarakat zaman itu, menurut hukum orang Yahudi, kedudukan resmi perempuan pada zaman itu sama dengan anak-anak dan budak. Di dalam masyarakat Yahudi, perempuan pada zaman itu nyaris tidak punya kedudukan apa-apa dan tidak punya status hukum. Dan yang ada di sini bukan sekadar perempuan, tapi seorang perempuan Sirofenisia. Dia bahkan bukan perempuan Yahudi yang mungkin masih bisa mendapatkan penghormatan dari masyarakat, dia adalah perempuan Kanaan.
Hal yang perlu kita perhatikan adalah dia memanggil Yesus sebagai “Anak Daud” di ayat 22. “Ya Tuan, Anak Daud.” Orang yang mengerti isi Alkitab akan tahu bahwa sebutan “Anak Daud” adalah penghormatan pada orang yang berkedudukan sebagai raja. Daud adalah raja Israel. “Anak Daud” adalah raja. Dan sebutan “Anak Daud” juga merupakan gelar bagi Mesias, yaitu Raja Mesias. Dia yang tinggal berdekatan dengan orang Israel tahu sedikit tentang hal Mesias dari Israel. Dan dia mengenal bahwa Raja Mesias, Anak Daud, adalah Yesus.
Dengan yakin perempuan ini memanggil Yesus memakai sebutan gelar Yahudi seperti, “Mesias, Anak Daud,” Raja, Mesias. Perempuan ini sudah merenungkan sebelumnya. Apa yang dia ucapkan itu bukan sekadar omongan asal bunyi, tetapi dia sudah mendengar dan merenungkan tentang kabar-kabar yang beredar dan menarik kesimpulan dari semua itu. Dia sudah sampai pada kesimpulan bahwa Yesus ini, yang kelihatannya berkeliling seperti rabi biasa, tidak lain adalah Anak Daud, Mesias yang dijanjikan, Mesias Raja yang dinanti-nantikan umat Yahudi itu.
HANYA ORANG YANG BERPAUT KEPADA TUHAN YANG MENJADI SATU DENGAN TUHAN
Apakah rahasia iman yang besar? Bukan sekadar percaya bahwa Allah bisa membuat mukjizat, bahwa Allah bisa menyembuhkan, bahwa Allah sanggup memenuhi kebutuhan. Kita semua bisa saja percaya akan hal itu, tetapi rahasianya adalah berpaut dan percaya sepenuhnya kepada Tuhan Yesus Kristus.
Amin. Tuhan Yesus Memberkati
RM – NDK