Elohim Ministry youth TETAP BIJAKSANA DI TENGAH KRISIS KEHIDUPAN

TETAP BIJAKSANA DI TENGAH KRISIS KEHIDUPAN



Renungan Harian Youth, Jumat 14 November 2025

Shalom, Rekan-rekan Youth yang dikasihi Tuhan! Kehidupan kita sering kali tidak berjalan sesuai rencana. Kadang segalanya terasa baik, tapi dalam sekejap badai bisa datang dan mengguncang semuanya. Di saat-saat seperti itu, reaksi alami kita adalah panik, bingung, bahkan ingin menyerah.

Namun, firman Tuhan hari ini mengingatkan bahwa di tengah krisis, yang paling kita butuhkan bukan sekadar jalan keluar cepat, tetapi hikmat dari Tuhan—hikmat yang memampukan kita melihat dari sudut pandang-Nya, berpikir jernih, dan tetap berjalan sesuai kehendak-Nya.

“Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, – yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit –, maka hal itu akan diberikan kepadanya.” (Yakobus 1:5)

Yakobus menulis bahwa bila seseorang kekurangan hikmat, ia harus memintanya kepada Allah, karena Allah memberikan dengan murah hati tanpa menyalahkan. Hikmat bukan hanya soal kecerdasan atau strategi hidup, melainkan kemampuan rohani untuk memahami cara Tuhan bekerja dalam setiap keadaan. Di tengah tekanan, hikmat membantu kita tetap tenang.

Masalahnya, banyak dari kita lebih sering mencari solusi cepat daripada mencari hikmat Tuhan. Kita berlari ke manusia, internet, atau bahkan mencoba menyelesaikan semuanya sendiri, padahal sumber hikmat sejati ada pada Allah. Maka, renungan hari ini mengajak kita belajar dari seorang tokoh Alkitab yang menunjukkan ketenangan luar biasa di tengah krisis besar—Daniel, seorang pemuda yang tetap bijaksana di bawah tekanan yang mengancam nyawanya.

Kisah Daniel: Bijaksana dalam Tekanan

Bayangkan kamu hidup di negeri asing, tidak punya kuasa, dan tiba-tiba raja mengeluarkan perintah untuk membunuh semua orang bijaksana—termasuk dirimu. Itulah situasi Daniel dalam Daniel 2. Raja Nebukadnezar bermimpi aneh dan menuntut agar para orang bijak bukan hanya menafsirkan, tapi juga menebak isi mimpinya. Ketika tak seorang pun bisa melakukannya, sang raja murka dan memerintahkan pembunuhan massal.

Dalam situasi ini, Daniel tidak panik. Alkitab mencatat, “Maka berbicaralah Daniel dengan bijaksana dan penuh hikmat kepada Ariokh, kepala pengawal raja…” (Daniel 2:14). Ia tidak membalas dengan emosi atau ketakutan, tetapi dengan sikap tenang dan penuh hikmat. Ia bertanya dengan sopan, mencari penjelasan, lalu memohon waktu untuk berdoa dan meminta petunjuk Tuhan.

Daniel kemudian pulang dan mengajak teman-temannya berdoa memohon rahmat Tuhan. Ia tahu bahwa jalan keluar tidak datang dari kecerdasan manusia, tapi dari Tuhan yang memberi hikmat dan wahyu. Dan benar saja—Tuhan menyingkapkan rahasia mimpi raja kepadanya. Daniel pun memuji Tuhan, berkata: “Dari pada Dialah hikmat dan kekuatan… Dialah yang menyingkapkan hal-hal yang tidak terduga dan yang tersembunyi.” (Daniel 2:20–22).

Kisah ini menunjukkan bahwa hikmat dari Tuhan selalu membawa ketenangan di tengah kekacauan. Di saat semua orang takut, Daniel tetap bijaksana karena ia tahu kepada siapa ia harus bersandar.

Ketika krisis datang, yang paling cepat hilang adalah ketenangan. Namun, hikmat membuat kita bisa berhenti sejenak dan melihat situasi bukan dari rasa takut, melainkan dari iman. Daniel tidak langsung bertindak gegabah. Ia tahu bahwa setiap keputusan tanpa doa bisa membawa kehancuran.
Hikmat dari Tuhan memberi kita pandangan yang lebih tinggi—melihat bahwa di balik situasi sulit, Tuhan sedang bekerja mendatangkan kebaikan. Jadi, alih-alih panik, berhentilah sejenak dan mintalah hikmat kepada Tuhan. Ia tahu langkah apa yang harus kita ambil.

Daniel menghadapi krisis dengan tact and wisdom—sikap bijak dan tutur kata yang penuh hormat. Ia tidak marah, tidak menyalahkan, tidak terburu-buru. Dalam tekanan besar pun, ia menjaga sikapnya dengan damai. Hikmat bukan hanya soal tahu apa yang benar, tetapi juga bagaimana, kapan, dan dengan sikap seperti apa kita melakukannya.

Sebagai anak muda, sering kali kita tergesa-gesa: cepat bertindak, cepat bicara, cepat bereaksi. Tapi hikmat menuntun kita untuk pause—menenangkan hati, berdoa, dan membiarkan Tuhan memberi arah. Saat kita tenang, barulah kita bisa mendengar suara Tuhan dengan jelas.

Daniel tidak hanya mencari jalan keluar, tapi mencari cara agar Tuhan dipermuliakan melalui hidupnya. Setelah rahasia mimpi disingkapkan, ia tidak mengklaim bahwa itu karena kepintarannya, melainkan karena anugerah Tuhan. Hikmat sejati akan selalu mengarahkan kita untuk memuliakan Tuhan, bukan diri sendiri.

Dalam krisis kehidupan, hikmat Tuhanlah yang memampukan kita bertahan dan melangkah dengan benar. Saat masalah datang, apakah kita langsung bertindak berdasarkan emosi, ataukah kita berhenti dan berdoa meminta hikmat dari Tuhan?
Hikmat dibutuhkan bukan hanya ketika kita menghadapi pilihan besar, tetapi juga dalam keputusan sehari-hari: bagaimana bersikap di tengah tekanan, bagaimana berbicara kepada orang lain, atau bagaimana tetap menjaga iman di tengah badai hidup.
Mari belajar seperti Daniel—tenang, berdoa, dan percaya bahwa Tuhan selalu memberi hikmat kepada mereka yang dengan rendah hati memintanya.

Kesimpulan

Krisis adalah bagian dari perjalanan hidup, tetapi di dalam setiap krisis, Tuhan menyediakan hikmat bagi mereka yang mau mencari-Nya. Hikmat bukanlah sekadar kemampuan berpikir logis, tetapi anugerah ilahi yang menuntun kita berjalan sesuai kehendak Tuhan.

💡 Hikmat Hari Ini

“Tekanan hidup sering kali menjadi panggung bagi hikmat Allah menyatakan diri-Nya, ketika kita memilih berdoa daripada panik.”

Tuhan Yesus Memberkati

YNP – TVP

Dapatkan Link renungan Harian dari elohim.id setiap hari dengan bergabung kedala Grup Renungan Harian kami
Silahkan ketik Nama (spasi) Daerah asal (Spasi) No Hp yang anda daftarkan
Kirim ke 0895-1740-1800

Tuhan Memberkati dan tetap bertumbuh dalam kebenaran Firman Tuhan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *