Renungan Harian Youth, Kamis 07 Agustus 2025
1 Korintus 13:1-3
Kasih bukan sekadar salah satu ciri orang Kristen, melainkan inti dari jati diri seorang Kristen dan Kekristenan itu sendiri. Kasih adalah unsur mutlak yang menentukan kualitas hidup di tengah persekutuan Gereja. Rasul Paulus menegaskan bahwa dari semua karunia rohani, yang paling utama dan harus nyata dipraktikkan oleh setiap warga jemaat demi membangun tubuh Kristus adalah kasih.
Sebab sehebat apa pun karunia yang dimiliki—entah kemampuan berbicara, bernubuat, berhikmat, beriman, bahkan berkorban dalam pelayanan—semuanya akan sia-sia jika tidak dijalankan dalam kasih dan digerakkan oleh kasih.
Renungkan betapa radikalnya pengajaran Paulus ini. Bukankah sering kali, seperti jemaat di Korintus, kita lebih mengutamakan karunia-karunia yang tampak menonjol? Padahal semuanya hanya akan bermanfaat jika lahir dari kasih yang sejati. Kasih pun tidak berdiri sendiri, tetapi terwujud dalam berbagai sikap yang mencerminkan sifat Kristus: sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak bertindak semaunya, tidak mencari keuntungan diri sendiri. Orang yang hanya berpusat pada diri sendiri sesungguhnya tidak memiliki kasih. Sebaliknya, kasih nyata dalam diri orang yang hidup di dalam Kristus dan bagi Kristus. Orang seperti inilah yang tidak iri hati melihat keberhasilan orang lain, melainkan memuji Tuhan dan turut mendorong pertumbuhan sesamanya.
We need to demonstrate to our young people by our lives and teach them by our words that if we follow the Lord, we will not become wealthy or famous, but godly. At the same time, we’ll be misunderstood, rejected and persecuted! But we’ll be able to love those who hate us, and bless those who curse us
Yang kekal adalah kasih
Sama seperti jemaat di Korintus, kita pun sering terjebak hanya memedulikan hal-hal yang tampak nyata dan berdampak langsung. Padahal, yang paling utama justru adalah hal yang berdampak panjang, bahkan kekal—itulah kasih. Jauh melampaui nubuat, mukjizat kesembuhan, hikmat, atau bahasa roh, dampak kasih bersifat abadi. Bahkan bila dibandingkan dengan iman dan pengharapan, kasih tetap yang terbesar dan yang akan tetap ada selamanya. Itulah sebabnya kasih harus senantiasa kita kejar dan hidupi, supaya mewarnai setiap sikap dan tindakan kita, baik dalam hidup sehari-hari maupun dalam pelayanan.
Bukan kasih manusiawi yang dangkal, melainkan kasih Kristus yang harus menjadi ciri khas kehidupan orang percaya. Sebab di balik setiap tindakan manusia, pasti ada motivasi. Motivasi itu bisa beragam, tetapi bagi orang Kristen, hanya satu motivasi yang seharusnya menjadi dasar: kasih.
Mengapa demikian? Paulus menegaskan bahwa kasih bukan sekadar identitas atau hiasan luar, melainkan inti dari jati diri Kristen dan kekristenan. Tanpa kasih, kehidupan iman tidak akan memiliki arti apa pun. Semua karunia rohani yang tampaknya hebat pun akan sia-sia bila tidak dijalankan dalam kasih. Pengajaran Paulus ini begitu tegas, karena berkaitan erat dengan siapa kita sebenarnya: milik Kristus yang hidup di dalam Kristus.
To humble ourselves under God’s mighty hand means to accept joyfully all the circumstances that God sends into our lives. We allow those circumstances to humble us, so that we become smaller and God becomes greater. When we become smaller in people’s eyes, then they won’t live in dependence on us, but on the Lord.
Penekanan Paulus mengenai kasih sebagai jiwa dan inti dari jati diri kekristenan kepada jemaat di Korintus muncul sebagai ungkapan keprihatinannya. Pada waktu itu, jemaat Korintus merasa diri mereka istimewa karena memiliki berbagai karunia dari Tuhan, tetapi kesombongan pun tumbuh. Mereka mulai membandingkan diri dan merasa lebih unggul dari jemaat lain yang tidak memiliki karunia serupa. Karena itu, Paulus dengan tegas menekankan bahwa kepandaian berbicara, kemampuan bernubuat, hikmat, dan pengetahuan manusia—tanpa kasih—hanya akan menimbulkan kegaduhan dan pada akhirnya membuat seseorang tidak memiliki nilai di hadapan Allah.
Pesan Paulus ini menjadi pelajaran penting bagi kita, orang-orang percaya di masa kini. Kita diingatkan bahwa hidup kita telah dihidupkan oleh Kristus dan untuk Kristus. Karena itu, kita dipanggil untuk memiliki dan mewujudkan kasih Kristus dalam setiap aspek kehidupan kita. Hendaklah setiap tindakan, perkataan, dan pelayanan kita selalu dilandasi oleh kasih sejati yang bersumber dari Kristus sendiri.
We need to humble ourselves and repent deeply of our failure in this area, in the past. We must long that Christ will increase in us and that we will decrease. God leads us through many circumstances in our life to reduce us, so that Christ might increase in us. If we humble ourselves under those circumstances, then God’s purpose will be fulfilled in us.
Untuk apa sebenarnya kita mengejar karunia rohani? Apa maksud Allah memberikan berbagai karunia rohani kepada umat-Nya? Sekilas pertanyaan ini tampak sederhana, tetapi kenyataannya tidak mudah dijalankan dengan benar. Jemaat di Korintus menjadi contoh nyata bahwa motivasi, semangat, dan praktik mereka tentang karunia sering kali menyimpang dari maksud Allah yang sejati. Karunia rohani seharusnya kita kejar dan gunakan karena kasih. Kasih Allah kepada dunia dan kepada gereja-Nya membuat Dia menganugerahkan berbagai karunia, dengan tujuan menjangkau orang-orang dengan Injil dan membangun gereja agar utuh dan dewasa. Karena itu, alasan kita berdoa, meminta, atau mengejar karunia rohani tidak boleh didasari kepentingan diri sendiri, tetapi lahir dari kasih kepada sesama.
Sayangnya, karunia rohani sering dipraktikkan dalam suasana yang keliru—untuk pamer kerohanian, merendahkan orang lain, bersaing rohani, bahkan memicu konflik dalam jemaat. Sikap seperti ini jelas tidak membangun, tetapi justru merusak kesatuan tubuh Kristus. Jika demikian, tujuan Allah memberikan karunia pun menjadi sia-sia.
Kasih adalah inti dan jiwa dari jati diri orang Kristen serta fondasi utama kekristenan
Rasul Paulus menekankan kepada jemaat Korintus—yang kala itu terjebak dalam kesombongan rohani karena karunia—bahwa tanpa kasih, semua kemampuan rohani, nubuat, hikmat, iman, bahkan pengorbanan sekalipun menjadi sia-sia. Kasih Kristus, bukan kasih manusiawi, harus menjiwai setiap perkataan, tindakan, dan pelayanan kita, karena hanya kasih yang berdampak kekal, melebihi iman dan pengharapan. Karunia rohani diberikan bukan untuk pamer atau meninggikan diri, tetapi untuk menjangkau dunia dengan Injil dan membangun gereja dalam kesatuan.
Karena itu, kita perlu merendahkan diri, bertobat dari motivasi-motivasi yang keliru, dan terus membiarkan Kristus bertambah dalam hidup kita, sehingga di tengah berbagai situasi, kasih Kristus semakin nyata melalui kita bagi sesama.
LW – SCW
Dapatkan Link renungan Harian dari elohim.id setiap hari dengan bergabung kedalam Grup Renungan Harian kami
Silahkan ketik Nama (spasi) Daerah asal (Spasi) No Hp yang anda daftarkan
Kirim ke 0895-1740-1800
Tuhan Memberkati dan tetap bertumbuh dalam kebenaran Firman Tuhan