“WILLINGNESS”

August 7, 2023 0 Comments

Renungan Harian Youth, Senin 6 Agustus 2023

Ada sebuah pertanyaan yang mungkin jadi pertanyaan bagi setiap kita, Kenapa seseorang rela mengerjakan sesuatu ? Sebelum kita menjawab pertanyaan tersebut , mari kita beda kata rela dalam KBBI. Kata ini diartikan bahwa kita bersedia dengan hati ikhlas dan kata rela ini merupakan bentuk kata kerja

Dalam Efesus 6 : 15 “Kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil”

Kita akan membahas bersama mengenai kelengkapan senjata rohani yang salah satunya adalah mengenakan kasut kerelaan. Kasut atau yang biasa disebut dengan sepatu sandal, fungsi utamanya adalah untuk melindungi kaki. Dan ini adalah salah satu kelengkapan seragam seorang prajurit. Ada sebuah perbedaan dari kasut orang biasa dan kasut prajurit. Dimana kasut orang biasa bahannya adalah tali biasa, sedangkan kasut prajurit  bahannya adalah kulit. Model kasut seorang prajurit ini memiliki model khusus dimana ada beberapa bagian yang harus dikancingkan / diikat. Bahasa Latin dari kasut seorang prajurit adalah Caliga yaitu alas kaki sandal yang digunakan khusus untuk tentara Romawi dan memampukan mereka untuk bisa menghadapi medan peperangan apapun.

Paulus mengajarkan untuk kita memiliki kelengkapan senjata rohani yang salah satunya adalah kasut kerelaan, dimana ada beberapa poin mengenai kasut kerelaan ini

KASUT = Simbol Siap Siaga

Kasut akan dipakai dalam keadaan apapun, entah makan tidur, istirahat. Prajurit harus selalu mengenakannya. Berbeda dengan sandal jepit (yang biasanya kita pakai ke kamar mandi). Kalau prajurit mengenakan sandal jepit, ketika ada panggilan perang tiba – tiba, maka bisa jadi sandalnya putus duluan. Kasut prajurit ini akan digunakan dan terikat sampai betis, hal ini membuat mereka siap siaga ketika sewaktu – waktu ada peperangan

KASUT = Konsekuensi

Jika kasut ini harus dipakai terus, akan muncul yang namanya “KERIBETAN”. Maka apa yang akan kita lakukan ? Ini adalah konsekuensi seorang prajurit. Contohnya adalah seseorang yang akan mendaftar sebagai seorang tentara, maka harus menaati setiap ketentuan yang berlaku. Jika diimplikasikan dalam kehidupan mengenai kasut menjadi sebuah konsekuensi, maka JADI PENGIKUT KRISTUS = RELA RIBET

LEPAS vs TETAP DIPAKAI ?

Dalam ayat 15 disampaikan “kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil” … Maka, kalau sudah tau RIBET, akan muncul pertanyaan : LEPAS vs TETAP DIPAKAI ? Disinilah muncul yang namanya sikap “RELA”. Ingat, di KBBI kata “rela” merupakan kata kerja, dimana kata ini yang menginformasikan sebuah tindakan atau melakukan sesuatu.

HIDUP KITA ADALAH KITAB TERBUKA

Tindakan yang kita lakukan akan dibaca oleh orang di sekitar kita. Maksudnya, bukan berarti setiap kali kita bertemu orang lalu kita membacakan Injil, mendoakan pertobatan. Tapi ketika kita bersinggungan dengan orang lain, terang Injil itu NYATA, terang itu dirasakan oleh orang – orang di sekitar kita

II Korintus 3:2 “Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang”

Sungguh-sungguh ikut yesus = rela mengerjakan apa yang Tuhan mau sekalipun itu sulit, ribet, tapi kita “rela”. Sikap rela ini menunjukkan pandangan kita pada konsekuensi / komitmen kita. Kita akan belajar dari kehidupan Rasul Paulus, yang menulis kitab Efesus. Dalam Roma 1 : 14 – 15 ada sebuah pertanyaan yang muncul yaitu “Apa alasan paulus memberitakan injil pada semua orang (tanpa memandang status orang tersebut) ?” Jawabannya, karena Rasul Paulus mau membalas kebaikan Tuhan dalam kehidupanNya. Selama perjalanan penginjilan yang dikerjakan oleh Rasul Paulus, dia mengalami hal – hal yang SUKAR dan RIBET seperti dikhianati, dirajam, dipenjara. Namun melalui penderitaan yang Paulus alami, dia merasakan kebaikan dan kesetiaan Tuhan. Paulus dihibur dan dikuatkan, dan inilah yang membuatnya

SIAP SEDIA + RELA PERGI MEMBERITAKAN INJIL KEMANAPUN “SANG KOMANDAN” (YESUS KRISTUS) MENGUTUSNYA 

Dalam Matius 5 : 13  16, Versi The Message mengenai Salt and Light

13 “Let me tell you why you are here. You’re here to be salt-seasoning that brings out the God-flavors of this earth. If you lose your saltiness, how will people taste godliness? You’ve lost your usefulness and will end up in the garbage. 14-16 “Here’s another way to put it: You’re here to be light, bringing out the God-colors in the world. God is not a secret to be kept. We’re going public with this, as public as a city on a hill. If I make you light-bearers, you don’t think I’m going to hide you under a bucket, do you? I’m putting you on a light stand. Now that I’ve put you there on a hilltop, on a light stand—shine! Keep open house; be generous with your lives. By opening up to others, you’ll prompt people to open up with God, this generous Father in heaven.

  • Menjadi garam dunia – You’re here to be salt-seasoning that brings out the God-flavors of this earth. kamu menjadi penyedap rasa yang membawa “RASA-NYA TUHAN” kepada dunia ini
  • Menjari terang dunia – You’re here to be light, bringing out the God-colors in the world. Kamu menjadi terang yang membawa “Warna” (keindahan) Tuhan dalam dunia ini

Maka yang menjadi perenungan kita dimanapun kita berada saat ini yaitu Adakah kita mau kehidupan kita menjadi mimbar pelayanan dimanapun kita berada.

Selamat merenungkan Firman Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati

YDK

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *