Elohim Ministry umum 🎄KISAH TENTANG POHON NATAL

🎄KISAH TENTANG POHON NATAL



Renungan Harian Jumat, 26 Desember 2025

📖 Mazmur 1:4–6 “Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin. Sebab itu orang fasik tidak akan tahan dalam penghakiman, demikian pula orang berdosa dalam perkumpulan orang benar; sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.”

Dalam perayaan Natal, kita sering melihat rumah, sekolah, dan gereja dihiasi dengan gemerlap lampu, ornamen berwarna-warni, dan tentu saja — pohon Natal. Pohon hijau yang berdiri tegak dengan bintang di puncaknya ini sudah menjadi simbol khas dalam perayaan Natal di seluruh dunia. Tapi pernahkah kita bertanya, dari mana asalnya tradisi ini? Mengapa pohon menjadi bagian penting dari perayaan kelahiran Kristus?

Untuk menjawabnya, kita perlu menelusuri kembali sebuah kisah bersejarah yang terjadi di Eropa, berabad-abad lalu — sebuah kisah tentang iman, keberanian, dan kasih Kristus yang menginspirasi lahirnya tradisi pohon Natal seperti yang kita kenal hari ini.

🌲Kisah Santo Bonifasius dan Pohon Natal

Asal mula pohon Natal tidak terlepas dari sosok Santo Bonifasius, seorang misionaris besar dari Inggris yang hidup sekitar tahun 680 Masehi. Nama aslinya adalah Winfrid, namun kelak ia dikenal sebagai Bonifasius — sang “pembawa kabar baik”. Sejak kecil, ia sudah rindu melayani Tuhan. Di usia 14 tahun, ia belajar di biara Nursling dan dikenal rajin, cerdas, serta memiliki hati yang tekun untuk mengenal Firman Tuhan.

Pada masa itu, sebagian besar masyarakat Eropa Utara masih hidup dalam kegelapan rohani. Mereka belum mengenal Injil dan menyembah berhala, termasuk dewa petir bernama Thor. Masyarakat percaya bahwa pohon oak besar di Geismar, yang disebut “Pohon Kilat,” adalah tempat kediaman Thor. Siapa pun yang berani menebangnya akan terkena kutuk dan murka dewa.

Namun Bonifasius yang dipenuhi kasih Kristus tidak takut. Ia merasa terpanggil untuk memperkenalkan Tuhan yang sejati. Pada malam Natal, di tengah salju yang turun lebat, ia bersama para pengikutnya melintasi hutan dan tiba di tempat pohon keramat itu. Mereka mendapati sekelompok penduduk yang sedang bersiap mempersembahkan korban manusia — seorang anak kecil — kepada dewa mereka. Dengan keberanian iman, Santo Bonifasius maju ke depan, mengangkat salibnya tinggi dan berkata lantang,

“Di sinilah salib Kristus akan mematahkan palu dewa Thor!”

Ia menghentikan tangan pendeta pagan yang hendak mengorbankan anak itu. Mujizat pun terjadi — palu yang hendak digunakan untuk membunuh terlepas dan tangan sang pendeta patah. Orang-orang tercengang melihat kuasa Allah bekerja. Anak itu diselamatkan, dan ketakutan mereka terhadap Thor pun sirna.

Bonifasius kemudian berkata, “Pohon ini tidak lagi akan menakut-nakuti kalian. Lihatlah, Kristus datang membawa kehidupan!” Ia menebang pohon oak besar itu, dan ketika pohon itu tumbang, terlihat di baliknya sebuah pohon cemara kecil — tegak, hijau, dan segar, bahkan di tengah musim dingin. Bonifasius menunjuk ke pohon itu dan berkata,

“Inilah pohon kehidupan yang sejati! Daunnya yang hijau melambangkan kehidupan kekal, dan ujungnya yang runcing menunjuk ke surga — tempat di mana Kristus bertahta. Pohon ini akan menjadi simbol kasih Allah dan kehidupan yang abadi.”

Penduduk pun membawa pohon itu ke desa, menempatkannya di rumah, dan menghiasinya dengan lilin-lilin kecil yang bersinar seperti bintang. Sejak saat itu, pohon cemara menjadi lambang Natal — bukan sekadar hiasan, melainkan pengingat akan terang Kristus yang mengalahkan kegelapan.

Meskipun kisah ini berkembang dengan banyak mitos namun menurut catatan Vita Bonifatii (ditulis sekitar tahun 760 M): Bonifasius benar-benar menebang pohon ek besar yang disebut Donar Oak (atau Jupiter’s Oak), yang dianggap suci bagi dewa Thor (Donar dalam bahasa Jerman kuno). Kemunculan pohon cemara setelah pohon ek tumbang dan penggunaannya sebagai pohon Natal — itu bukan catatan sejarah kontemporer, tetapi legenda religius yang kemudian menginspirasi tradisi pohon Natal di Jerman. Ia adalah kisah historis yang diwarnai unsur simbolis teologis — semacam “perpaduan antara sejarah dan makna rohani”.

🌠 Pelajaran dari Kisah Pohon Natal

Kisah Santo Bonifasius mengajarkan kita bahwa Natal bukan hanya tentang keindahan perayaan, tetapi tentang kuasa kasih Kristus yang mengalahkan kegelapan dan membawa kehidupan baru.

1. Pohon Natal melambangkan kehidupan kekal di dalam Kristus.
Daun cemara yang tetap hijau sepanjang tahun menjadi simbol bahwa kasih Tuhan tidak pernah layu. Dalam Yesus, kita menerima kehidupan yang tidak berkesudahan — seperti pohon yang tak pernah kehilangan kehijauannya, kasih Tuhan tetap hidup di setiap musim hidup kita.

2. Terang lilin di pohon Natal melambangkan terang Kristus.
Lilin-lilin kecil yang bersinar di antara ranting melambangkan kehadiran Yesus sebagai Terang Dunia (Yohanes 8:12). Seperti lilin yang menerangi kegelapan malam, demikianlah Kristus hadir untuk menyingkirkan dosa dan membawa harapan bagi setiap orang yang percaya.

3. Keberanian Bonifasius mengingatkan kita untuk menjadi saksi Kristus.
Di tengah dunia yang sering menolak kebenaran, kita dipanggil untuk berani seperti Bonifasius — berdiri teguh di bawah salib dan membawa terang Kristus ke tempat-tempat yang masih gelap.

Bapak ibu yang dikasihi Tuhan Yesus, setiap kali kita melihat pohon Natal yang berdiri indah di ruang tamu, biarlah hati kita diingatkan bahwa di balik setiap hiasan dan cahaya, ada kisah tentang kasih Allah yang besar. Pohon Natal bukan sekadar dekorasi — tetapi simbol kasih, kehidupan, dan harapan yang Yesus bawa bagi dunia.

Mari rayakan Natal bukan hanya dengan lampu dan kado, tetapi dengan hati yang penuh ucapan syukur. Biarlah hidup kita menjadi seperti pohon Natal yang memancarkan terang kasih Kristus kepada semua orang di sekitar kita.

Kita diajak untuk merenungkan: apakah selama ini kita memandang Natal hanya sebagai perayaan, atau kita sungguh menyadari maknanya yang rohani? Pohon Natal mengingatkan kita bahwa kasih Allah selalu hidup dan bertumbuh dalam diri setiap orang yang percaya. Seperti daun cemara yang tidak layu, kita pun dipanggil untuk hidup dalam iman yang teguh dan menjadi saksi kasih Kristus di dunia. Marilah kita mempersembahkan hidup kita sebagai persembahan yang berkenan di hadapan Tuhan — menjadi pembawa terang, harapan, dan kasih bagi sesama.

Hikmat Hari Ini

YNP

Dapatkan Link renungan Harian dari elohim.id setiap hari dengan bergabung kedalam Grup Renungan Harian kami
Silahkan ketik Nama (spasi) Daerah asal (Spasi) No Hp yang anda daftarkan
Kirim ke 0895-1740-1800
Tuhan Memberkati dan tetap bertumbuh dalam kebenaran Firman Tuhan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *