“Mengapa engkau tertekan”

July 8, 2021 0 Comments

Renungan Harian Kamis, 08 Juli 2021

Bacaan: Mazmur 42: 1-6

Di tengah pandemik virus covid-19 jam-jam Ibadah kita sangat dibatasi, kita tidak bisa beribadah seperti dahulu dengan bebas. Tentu hal ini membuat kita bertanya kapankah kita kembali seperti semula beribadah, berkumpul bersama dengan saudara-saudara kita seiman.

Apa yang dialami pemazmur dalam nas ini kurang lebihnya memiliki sedikit kemiripan dengan apa yang sedang kita rasakan saat ini. Karena situasi yang sulit yang membuat pemazmur harus jauh dari Bait Allah sehingga dia harus melewatkan hari raya besar yang seharusnya di rayakan dengan meriah bersama-sama jemaah yang besar di bait Allah. Pemazmur berkata “Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?”

Dalam situasi seperti itu, ejekan dan olok-olokan dari orang-orang kafir pun menerpa mereka “di mana Allahmu?” orang kafir memiliki pandangan bahwa mereka bersama denggan allah mereka sebab mereka tetap berada dekat dengan berhala mereka, namun umat Israel harus jauh tidak bisa tinggal dekat dengan bait Allah sebagai tanda kehadiran Allah, mereka terbuang jauh dari bait Allah.

Walaupun situasi yang sulit itu membuat pemazmur mengalami kesedihan yang mendalam, namun situasi itu telah mengajarnya untuk semakin mengenal Tuhan jauh lebih dalam lagi.  Pengajaran dari pembacaan kita hari ini: 

1.      Kita punya Allah yang hidup (Ay.3)

Kita punya Allah yang hidup, Allah yang tidak bisa dibatasi oleh situasi, tempat, jarak bahkan kematian sekalipun tidak dapat memisahkan kita dari Allah kita yang hidup. Orang kafir bisa kehilangan allahnya ketika berhalanya dihancurkan, atau mungkin menggantikan berhala yang lain menjadi allahnya yang baru.

Persekutuan kita dengan Tuhan tidak bisa dibatasi oleh situasi maupun tempat, dimanapun kita berada tidak akan menjadi penghalang bagi kita untuk berdoa dan memuliakan nama Tuhan, sebab kita memiliki Allah yang hidup. Sekalipun kita berada pada situasi yang sulit, air mata menjadi makanan kita siang dan malam karena pahitnya penderitaan, tetapi lihatlah kita mempunyai Allah yang hidup, Allah yang melihat penderitaan kita, Allah yang mendengar doa kita.

2.      Kerinduan bersekutu dengan Tuhan (Ay.2)

Bagi orang percaya, situasi yang sulit akan selalu mengajarkan betapa berharganya persekutuan dengan Tuhan. Mungkin selama ini, kita datang ke gereja sudah menjadi rutinitas, formalitas, kebiasaan yang tidak memiliki dampak bagi pertumbuhan iman kita. Ketika pemazmur berada pada situasi yang sulit sehingga tidak bisa datang ke rumah Allah, dia disadarkan betapa berharganya persekutuan dengan Tuhan di baitNya yang kudus.

Berhentilah sejenak, jangan paksakan berjalan, lihatlah kemana arah langkahmu? Jika engkau minum dan tetap saja kehausan, lihatlah dulu apa yang engkau minum, apakah yang kita minum itu memang berasal dari sumber air kehidupan?

3.      Bergantung pada pemeliharaan Tuhan (Ay.6)

Pemazmur ditengah kesulitannya yang begitu dalam mulanya begitu tertekan dan gelisah, sebagaimana yang kita rasakan ketika menghadapi persoalan hidup. Bisa muncul ketakutan, kekawatiran, harap-harap cemas, gelisah, cemas. Namun pemazmur dapat mengatasi kegelisahan dalam dirinya ketika pemazmur membuka diri untuk berharap pertolongan Tuhan 

“Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!”

Situasi, keadaan yang sulit yang kita hadapi dalam kehidupan ini tentu bisa membuat kita terpukul, menyakitkan dan memilukan, namun jika kita menerima setiap keadaan dengan iman, maka situasi yang sulit akan mengajar kita untuk semakin mengenal Tuhan jauh lebih baik dan dalam lagi. di situasi yang sulit yang kita hadapi mari kita berkata “mengapa engkau tertekan hai jiwaku, berharaplah kepada Tuhan”

Tuhan Yesus Memberkati.

CM

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *