“Belajar dari Anak Kecil”
Renungan Harian Selasa, 02 Maret 2021
Efesus 4:26, “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu.”
Selamat pagi bapak, ibu saudara yang dikasihi Tuhan. Shallom… apa kabar? Semoga kita semua selalu sehat dan penuh semangat menjalani kehidupan ini. Amin.
Saya ingin mengajak bapak,ibu dan saudara sekalian untuk mengingat kembali masa kecil bapak, ibu dan saudara sekalian. Beberapa dari kita, pasti pernah mengalami perselisihan dengan teman bahkan mungkin ada diantara kita yang pernah berkelahi pada waktu kita masih anak-anak dahulu. Pada hal bisa jadi penyebab perselisihan atau perkelahian itu karena sesuatu yang sangat sepele. Tetapi sehebat apapun perselisihan bahkan perkelahian kita, tetapi besok harinya kita sudah bermain bersama lagi.
Cobalah bapak, ibu perhatikan anak-anak kecil yang sedang bermain bersama? Kebahagiaan dan keriangan bahkan keriuhan sering terjadi akibat teriakan dan canda tawa ketika mereka bermain bersama. Namun terkadang ada juga perselisihan yang terjadi di antara mereka ketika sedang bermain bersama, mulai dari perselisihan kecil sampai yang ribut besar karena ada yg merasa diperlakukan tidak adil. Mungkin ada yang bermain curang, atau ada yang bersikap semaunya sendiri, dan ada yang tersinggung dengan perkataan atau tindakan teman mainnya.
Permainan yang awalnya fun (menyenangkan) pun berakhir dengan adanya perselisihan di antara mereka. Bahkan terkadang sampai terdengar ada kata-kata terucap “Aku tidak mau main sama kamu lagi“. Namun kenyataannya, di kesempatan berikutnya ketika mereka bertemu lagi, mereka bisa bermain bersama lagi dan sudah melupakan perselisihannya.
Sebagai orang-orang yang sudah lebih dewasa dibanding anak-anak tadi, kita tentunya sudah lebih memahami etika dalam bergaul dengan orang lain. Namun terkadang kita bisa bersikap lebih kekanak-kanakan dibanding anak-anak kecil tadi. Ketika kita berselisih paham dengan saudara, teman, ataupun orang lain, kadang kala kita jadi lebih sulit untuk melupakan perselisihan itu dan lebih memilih untuk menyimpan amarah dan rasa sakit tersebut seakan-akan kita sedang menghukum orang tersebut, padahal belum tentu orang tersebut tahu dan peduli dengan apa yang kita rasakan.
Dalam kitab Roma 12:18 disana tertulis demikian,; “Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!”
Yakobus 1:20 Firman Tuhan tertulis demikian; “Amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran dihadapan Allah.”
Kemarahan yang disimpan bisa membuat seseorang menjadi pahit kepada orang lain, yang pada akhirnya kepahitan itu akan membawa dampak negatif kepada orang tersebut. Tentang akar pahit, penulis kitab Ibrani memberikan peringatan demikian; “Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang” [Ibrani 12:15]
Oleh sebab itu setiap kemarahan dan permasalahan yang terjadi marilah kita selesaikan. “Janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu” dan sedapat-dapatnya, kalau hal tentang apa permasalahan itu bergantung kepada kita, pilihlah perdamaian. Karena Ibrani 12:14a Firman Tuhan berkata; “berusahalah hidup damai dengan semua orang…” untuk hidup damai dengan orang lain, ada usaha yang harus kita lakukan dan terkadang diperlukan usaha yang ektra dari kita. Akan tetapi kita juga harus ingat bahwa ada dampak yang besar juga ketika kita berusaha untuk hidup damai dengan semua orang, yaitu : Kerukunan.
Mengenai kerukunan itu sendiri, Raja Daud berkata demikian dalam Mazmurnya; “Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Seperti minyak yang baik diatas kepala meleleh le janggut, yang meleleh ke janggut harun dan keleher jubahnya. Seperti embun Gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab kesanalah Tuhan memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.” [Mazmur 133].
Mari kita mengingat bahwa kepada orang yang hidup rukun, cinta satu sama lain, Tuhan memerintahkan berkat-Nya dan kehidupan untuk selamanya. Bukankah berkat dan kehidupan yang berbahagia adalah sesuatu yang diharapkan semua orang??? Jadi bapak, ibu dan saudara yang terkasih, mari kita belajar dari anak-anak kecil untuk lebih mudah melupakan perselisihan yang pernah terjadi dan hidup berdamai dengan semua orang.
Firman Tuhan yang kita baca hari ini jelas mengingatkan kita supaya tidak berlama-lama saat sedang marah. Tidak sampai matahari terbenam. Itu artinya, jangan simpan kejengkelan hati Anda terhadap orang lain. Marah ataupun kecewa dengan sesama kita hal yang lumrah dan wajar sebagai manusia biasa, tetapi yang tidak wajar ketika kita terus menyimpannya sampai berlarut-larut, bahkan sampai mendendam. Sekali lagi, belajarlah dari anak-anak, saat berselisih dengan temannya, cepat dalam penyelesaiannya.
Jangan siksa batin Anda dengan menyimpan kemarahan terhadap seseorang, karena sebenarnya Anda sedang menyakiti diri sendiri. Belajarlah dari “kedewasaan” anak-anak yang cepat melupakan perselisihan dan lebih memilih bersukacita bersama daripada menyimpan kemarahannya berlarut-larut.
Tuhan Yesus memberkati
DS