BERI BUKTI, BUKAN JANJI

January 22, 2024 0 Comments

Renungan Harian Youth, Senin 22 Januari 2024

Pengkhotbah 5:3c

Jelang pemilu 2024, dimasa-masa kampanye seperti sekarang ini, para paslon memaparkan progam  dan  janji mereka. Ada yang memberikan janji manis bahkan ada yang sampai memberikan janji yang tidak masuk akal. Maksud dan tujuannya adalah mereka agar  mendapatkan suara terbanyak dari masyarakat Indonesia dan memenangkan kontestasi Pemilu tahun ini.  Setiap kita juga pasti pernah mengucapkan janji kepada orang lain. Pertanyaannya adalah; berapakah prosentase kita menepati janji kita tersebut. Ada terlalu banyak orang yang cepat membuat janji tapi tidak menepatinya.

Kata “beri bukti, bukan janji” tidak dimaksudkan untuk membandingkan dan kemudian dipilih diantara kedua kata tersebut, tetapi yang dimaksudkan adalah adanya ikatan antara janji dan bukti. Karena janji hanya akan menjadi omong kosong belaka jika tidak ada bukti yang mengikuti.

Beberapa orang mengatakan bahwa janji adalah sesuatu yang berat karena ada ungkapan bahwa “janji adalah hutang” jadi ketika seseorang mengucapkan janji, harus sudah memikirkan apakah dia mampu menepati janji yang di ucapkannya atau tidak. Janji memiliki sifat mengikat karena menuntut kesediaan seseorang untuk melakukan. Dan janji bisa dijadikan tolok ukur seberapa besar seseorang bisa dipercaya dan diandalkan.

Bicara tentang “janji” – Alkitab dipenuhi dengan janji-janji dari Allah, dan Tuhan setia memenuhi janji-janji-NYA. Ada ribuan janji Allah yang tercatat dalam Alkitab. Ada sumber yang menyatakan jumlah 3573, 5467 bahkan ada yang  mengatakan bahwa lebih dari 7000. Berapapun, angkanya Rasul petrus menyatakan bahwa Tuhan tidak pernah lalai menepati janji-NYA. (2 Petrus 3:9) dan puncak dari penggenapan janji Allah adalah hadirnya Yesus ke dunia.

Pengkhotbah 5:1, “Janganlah terburu-buru dengan mulutmu, dan janganlah hatimu lekas-lekas mengeluarkan perkataan dihadapan Allah, karena Allah ada di Sorga dan engkau ada di bumi; oleh sebab itu biarlah perkataanmu sedikit.”

Penulis kitab pengkhotbah memberikan nasehatnya demikian; “kalau engkau bernazar kepada Allah, janganlah menunda-nunda menepatinya, karena IA tidak senang kepada orang bodoh. Tepatilah Nazarmu.” [Pengkhotbah 5:3]

Kepada siapa seseorang mengucapkan janji?? yaitu Kepada Tuhan; Janji kepada diri sendiri; Janji kepada sesama.

Bisa dikatakan sebenarnya bahwa janji itu bersifat sakral, tanpa memandang status seseorang.  Contohnya, janji kepada Tuhan lebih sakral dibandingkan dengan janji kepada sesama atau bahkan diri sendiri. 

Karena janji menjadi tolok ukur seberapa seseorang dapat dipercaya dan diandalkan, maka makin seseorang menepati, makin dipercaya dan diandalkan, tidak menepati, makin tidak dipercaya dan tidak diandalkan.  

Rekan-rekan youth, bukti adalah wujud nyata (perwujudan) dari janji. Bukti berbicara lebih keras dari dari janji yang diucapkan seseorang. Bukti memperkuat nilai seseorang dihadapan orang lain.  Bukti dan janji memiliki ikatan yang sangat kuat. Janji berlaku sebagai ketetapan dan acuan untuk seseorang melakukan sesuatu. Oleh karenanya janji dapat mengubah perilaku seseorang karena janji menuntut seseorang untuk memenuhi apa yang janjikan tersebut.

Bagaimana mewujudkan bukti dari janji??

  • Dikerjakan dengan Komitmen

Komitmen adalah keterikatan untuk melakukan sesuatu, kontrak. Komitmen juga bicara tentang tanggung jawab.

Steve brunkhorst :”Komitmen mengubah janji menjadi kenyataan, dengan kata-kata yang berbicara dengan tegas tentang niat dan tindakanmu yang berbicara lebih keras dari pada kata-kata tersebut.”

Abraham Lincoln : “komitmen adalah apa yang mengubah sebuah janji menjadi suatu kenyataan.”

Diperlukan komitmen yang kuat untuk mewujudkan janji. Komitmen bicara tentang tanggung jawab dan dalam tanggung jawab ada kepercayaan.  Komitmen merupakan faktor yang mendorong untuk memenuhi sebuah  janji.

  • Dijaga dengan Komunikasi

Terkadang dalam proses pemenuhan janji, kita bertemu dengan beberapa penghalang.  Komunikasi menolong seseorang agar tidak terjadi kesalah pahaman ketika bertemu dengan “halangan” tersebut. Komunikasi menjadi sarana agar janji sampai kepada menjadi sebuah bukti yang nyata. Dalam  hal ini diperlukan pengertian untuk menghindari kesalahpahaman dari kedua belah pihak. Ketika komunikasi disalahgunakan, hal tersebut dengan otomatis membatalkan janji dan kepercayaan dari orang lain.

Jadi teman-teman youth yang terkasih. Yuuk jadi pribadi yang “memberi Bukti, bukan hanya sekedar Janji”. Jika kita mengevaluasi waktu yang telah lalu dibelakang kita, berapa banyak janji yang telah kita ingkari? Entah itu janji kepada diri sendiri, janji kepada orang lain atau janji kepada Tuhan. Sebagaimana Tuhan memberikan teladan kepada kita, sepanjang sejarah kehidupan bahwa DIA adalah pribadi yang selalu menepati janji-NYA. Sebagai orang yang percaya marilah kita menjadi pribadi yang berusaha untuk menepati janji kita.

Sekali lagi bukan pilihan antara bukti dan janji, namun sebuah hubungan yang erat antara janji dan bukti. Karena janji dan bukti menentukan kualitas seseorang.

Tuhan Yesus Memberkati

EYC-20012024

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *