Berubah untuk Berbuah

June 16, 2023 0 Comments

Renungan Harian Jumat, 16 Juni 2023

Kehidupan orang percaya adalah hidup yang harus BERBEDA dari orang­orang dunia yang tidak mengenal Tuhan. Dengan tujuan, supaya kehidupan kita BERDAMPAK dan menjadi kesaksian bagi kemuliaan nama Tuhan

‘BERBEDA’ apabila ada perubahan hidup yang benar-benar terjadi dan dapat dilihat oleh orang lain. “Jadi hasiikaniah buah yang sesuai dengan pertobatan.” (Matius 3:8).

Berubah untuk berbuah merupakan kehendak Tuhan bagi setiap orang percaya. Inilah kehendak Tuhan itu: “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Roma 12:2),

BERUBAH oleh PEMBAHARUAN BUDI

Pembaharuan berasal dari kata Pem-baru-an, dasar katanya adalah “baru”. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pembaruan adalah

  1. 1)   proses atau cara membarui dari perbuatan yang berawal dari perubahan cara berpikir;
  2. 2)   proses mengembangkan kebudayaan menuju budaya yang lebih baik dalam fungsi sosial

Arti Kata “budi” adalah alat batin yang merupakan paduan akal dan perasaan untuk menimbang baik dan buruk, berkaitan dengan akhlak, watak dan tabiat. Kata “Budi” bersal dari kata Nous = The Mind = Pikiran (kekuatan untuk mempertimbangkan dan menilai dengan sadar, dan dengan seimbang).

Dalam teks ini, pembaruan menggunakan istilah metamorphouse = transformed = transformasi (perubahan rupa – bentuk, sifat, fungsi, struktur-menata kembali unsur-unsur). Seperti Ulat menjadi Kupu Kupu

Pembaruan budi adalah kekuatan yang terjadi dalam jiwa seseorang yang dimulai dari menerima kebenaran, menyetujuinya dan melakukan kebenaran tersebut secara sadar dan seimbang ke arah yang menakjubkan.

Bagaimanakah seseorang bisa mengalami pembaruan budi? Melepaskan keduniawian

Melepaskan keduniawian yang dimaksudkan disini bukan berarti kita harus beraskese, atau menyendiri di hutan, digunung, atau di gua-gua, menjauhi diri dari keramaian manusia. Orang yang beraskese atau menyiksa diri dengan berpuasa tujuanya adalah mencari nilai diri yang berbeda dan menjadi lebih baik diantara manusia lain dan dengan demikian merasa menjadi lebih kudus dan lebih suci.

Maksud rasul Paulus mengemukakah ini adalah janganlah orang percaya menjadi seperti sistim dunia ini yang telah terbentuk dalam waktu yang sangat lama, yang digerakkan oleh filosofi dunia yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan sementara di dunia. Paulus berbicara tentang Sistim dunia yang telah tercemar oleh dosa dan kecenderungannya adalah melawan kehendak Allah dan kedaulatan-Nya. Sehingga pemikiran kebanyakan jemaat Roma adalah bagaimana mereka harus mendapat keamanan dan kenyamanan di dunia ini. Menjadi seperti dunia ini adalah merasa aman dengan dunia ini, fasilitasnya, kemegahannya, dan merasa bahwa dunia inilah tempat terbaik bagi kita menikmati hidup

Untuk mewujudkan hal tersebut perlunya kita :

Melakukan apa yang baik.

Melakukan apa yang baik adalah menunjukkan kualitas kehidupan seorang manusia Allah. Tuhan Yesus berkata: “kasihilah musuhmu, dan berdolah bagi mereka yang membenci dan menganiaya kamu” (Lukas 6:27;Lukas 6:35; Matius 5:44; ).

Inilah perbuatan baik yang dikehendaki Allah. Ini Hidup berkualitas versi orang percaya, versi Tuhan Yesus. Kalau orang dunia mengasihi orang yang mengasihi dia, itu wajar dan normal. Tetapi mengasihi musuh adalah hidup yang tidak wajar. Dan Tuhan mau, kita hidup tidak wajar begitu, itulah arti dari kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.

… Yang berkenan kepada Allah …

Berkenan kepada Allah adalah segenap gerak, langkah, pikiran dan perasaan kita sesuai dan seirama dengan pikiran dan perasaan Allah. Hal ini berkaitan dengan pengabdian dan kerelaan kita untuk berjuang demi kepentingan Tuhan dan kerajaan-Nya. Demikiannya dengan kekristenan. Untuk berkenan kepada Allah harus diperjuangkan dengan serius dampai segala gerak, langkah pikiran dan kehendak kita sesuai dengan gerak, pikiran dan perasaan Tuhan.

… Dan yang sempurna…

Sempurna yang dimaksud Rasul Paulus dalam teks ini adalah sama dengan sempurna yang dimaksud Tuhan Yesus dalam Matius 5:48 “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.”

“jadi, untuk dapat berbuah, kita perlu berubah melalui Pembaharuan Budi dengan melepaskan hal hal KEDUNIAWIAN, yang hanya bisa diwujudkan dengan MELAKUKAN APA YANG BAIK, mengupayakan hal hal yang BERKENAN dan yang SEMPURNA

“Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.” (Yohanes 15:8).

Biarlah kerinduan kita adalah menjadi pribadi-pribadi yang mau untuk terus berubah dan terus berbuah.

Mazmur 92:15, “Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar, untuk memberitakan, bahwa Tuhan itu benar, bahwa Ia gunung batuku dan tidak ada kecurangan pada-Nya.”

Tuhan Yesus memberkati

Pdt. Budi Wahono

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *