Buah dari Perjumpaan yang Hidup
Renungan harian Senin, 11 Agustus 2024
Dalam perjalanan hidup, kita sering mengalami berbagai jenis perjumpaan, baik dengan orang-orang di sekitar kita maupun dengan berbagai peristiwa yang terjadi. Namun, tidak semua perjumpaan memiliki dampak yang sama; ada yang meninggalkan kesan mendalam, sementara yang lain berlalu begitu saja tanpa meninggalkan bekas. Perjumpaan yang sungguh-sungguh berharga adalah perjumpaan yang membawa perubahan nyata dalam hidup kita, terutama perjumpaan dengan Allah yang hidup.
Inti Perjumpaan yang Hidup
Perjumpaan dengan Allah bukanlah sekadar momen spiritual, melainkan harus menjadi titik balik yang mengubah arah hidup kita. Perjumpaan yang hidup dengan Allah seharusnya menghasilkan perubahan yang nyata dan abadi. Namun, perubahan ini tidak terjadi secara otomatis; diperlukan respons hati yang terbuka dan siap untuk diubahkan. Tanpa respons yang benar, perjumpaan tersebut hanya akan menjadi momen yang lewat tanpa memberikan dampak berarti dalam hidup kita.
Pada hakikatnya perjumpaan hidup dengan Tuhan merupakan sebuah perjumpaan yang mengubahkan, namun hasilnya melibatkan respon hati yang tepat.
Mari kita lihat contoh perjumpaan yang mengubah hidup dari seorang tokoh Alkitab, yaitu Rasul Petrus. Buah Perjumpaan Petrus dengan Yesus
1. Menghasilkan pertobatan
Kesadaran Diri sebagai Pendosa, Ketika Petrus pertama kali berjumpa dengan Yesus di tepi Danau Genesaret (Lukas 5:1-11), ia langsung menyadari keberdosaannya. “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa,” katanya. Respons Petrus ini menunjukkan bahwa perjumpaan dengan Allah seharusnya membawa kita pada kesadaran mendalam akan dosa-dosa kita dan mendorong kita untuk bertobat dengan sungguh-sungguh. Pengakuan akan dosa adalah langkah awal yang penting dalam perjalanan iman kita.
Perjumpaan hidup dengan Tuhan akan membawa seseorang melihat hakikat keberadaan manusia.
2. Menghasilkan pengenalan akan Tuhan (Matius 16: 13-19)
Dalam Matius 16:13-20, Petrus membuat pengakuan yang luar biasa bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup. Pengakuan ini bukanlah hasil dari pengetahuan manusiawi, melainkan buah dari perjumpaan yang hidup dengan Allah. Perjumpaan seperti ini membawa kita pada pengenalan yang lebih dalam tentang siapa Allah itu, yang melampaui sekadar pemahaman intelektual. Pengalaman Petrus berjalan di atas air (Matius 14:22-33) juga menunjukkan bahwa iman yang kuat, lahir dari perjumpaan dengan Allah, dapat membawa kita pada pengalaman-pengalaman yang luar biasa bersama Tuhan. Petrus menjadikan waktu-waktu bersama Yesus sebagai waktu-waktu yang berharga untuk mengenal DIA
Perjumpaan hidup dengan Tuhan akan menimbulkan kegairahan untuk bertumbuh mengenal pribadi-Nya.
3. Menghasilkan kerendahan hati untuk menyadari kesalahan/ kelemahan (Lukas 22: 54-62)
Meskipun Petrus penuh semangat, ia akhirnya menyangkal Yesus tiga kali sebelum ayam berkokok (Lukas 22:54-62). Ini menunjukkan bahwa perjumpaan dengan Allah juga mengungkapkan kerapuhan dan kelemahan manusiawi kita. Namun, pengenalan akan kelemahan ini bukan untuk membuat kita putus asa, melainkan untuk membawa kita pada kerendahan hati yang lebih dalam, di mana kita sepenuhnya bergantung pada kasih karunia Tuhan. Ketika mendapati dirinya bersalah, Petrus teringat perkataan Yesus dan meratapi kesalahannya (Luk. 22:62).
Perjumpaan hidup dengan Tuhan akan membawa seseorang untuk menyadari kerapuhan manusia.
4. Menghasilkan kasih dan kepedulian kepada jiwa-jiwa (Yohanes 21:15-19)
Setelah kebangkitan-Nya, Yesus bertanya kepada Petrus tentang kasihnya dan memerintahkannya untuk menggembalakan domba-domba-Nya (Yohanes 21:15-19). Perjumpaan ini menegaskan bahwa perjumpaan dengan Allah harus menghasilkan kasih yang tulus dan kepedulian yang nyata terhadap orang lain. Allah memanggil kita bukan hanya untuk mengalami kasih-Nya, tetapi juga untuk menyalurkannya kepada sesama, menjadi gembala bagi jiwa-jiwa yang dipercayakan kepada kita. Petrus bertumbuh hingga memiliki hati dan perasaan Kristus (Yoh. 21:19) bdk. Filipi 2:5.
Perjumpaan hidup dengan Tuhan tidak hanya membawa seseorang mengenal DIA, melainkan juga bertumbuh menuju keserupaan dengan Kristus.
Perjumpaan dengan Allah yang hidup tidak boleh dianggap sebagai pengalaman yang berlalu begitu saja. Perjumpaan ini harus menghasilkan buah yang nyata dalam hidup kita, seperti kesadaran akan diri kita sebagai pendosa, pengenalan yang mendalam akan Allah, kerendahan hati, serta kasih dan kepedulian terhadap sesama. Mari kita terus membuka hati untuk mengalami perjumpaan yang hidup dengan Allah, agar hidup kita semakin diubahkan dan dipakai sesuai dengan kehendak-Nya.
Amin Tuhan Yesus Memberkati
Pdt. Benoni D Kurniawan
Bacaan Alkitab hari ini : Kitab 1 Tawarikh pasal 25 dan 26
https://elohim.id/bacaan-alkitab-senin-12-agustus-2024/
Puji Tuhan..sangat memberkatu