“Dunia Bukan Tempat Kita”
Renungan Harian Kamis, 18 Februari 2021
Syalom Semangat Pagi Bapak Ibu Saudara Saudari yang dikasihi Tuhan Yesus . . . .
Ubur-ubur merupakan salah satu hewan spesial. Mereka tidak punya otak, tidak punya jantung dan makan melalui anusnya, tetapi bisa bertahan hidup sejak sebelum dinosaurus ada. Turritopsis dohrnii yang disebut ubur-ubur abadi. Ubur-ubur ini dikatakan bisa “mencurangi kematian” Bukan berarti tidak akan pernah mati. Namun, jika hanya terluka berat, kelaparan, atau mengalami tekanan lingkungan lainnya, mereka bisa mencurangi kematian dengan proses transdiferensiasi. Dr Karl Kruszelnicki, komunikator sains Australia, mengatakan bahwa apa yang dialami makhluk ini seperti kupu-kupu yang menghindari kematian dengan menjadi kepompong lagi.“Secara teknis ini lebih cocok disebut ‘regenerasi’, tetapi inilah pengetahuan kita yang paling dekat dengan keabadian. Jika kita bisa mempelajari bagaimana Turritopsis dohrnii melakukannya, kita bisa mengaplikasikannya ke ilmu medis untuk manusia,”

Pada umumnya manusia ingin hidup lebih lama, seperti sebuah kalimat “aku ingin hidup seribu tahun lagi”. Dalam Alkitab, kekekalan (Yunani : Afthartos ) menunjukan bahwa kekekalan hanya milik Allah. Allah adalah sumber kekekalan. Tidak ada yang kekal selain Allah. Hal ini dapat kita lihat dalam beberapa ayat dibawah ini.
1 Timotius 1:17, “Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa! Amin.”
1Timotius 6:16, “Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri. Seorangpun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia. Bagi-Nyalah hormat dan kuasa kekal! Amin.”
Roma 1:23,”Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar.”
Dalam 1 Korintus 15:50-54 kita dapat mengetahui bahwa kekekalan disini hanya diberikan kepada orang-orang Kristen yang sungguh-sungguh mengiring Tuhan sampai akhir. Kekekalan adalah pemberian yang akan diterima di masa mendatang. Keadaan yang akan diterima orang percaya di masa mendatang saat “Parousia” (kedatangan Kristus kedua kalinya). Untuk itu saudara-saudara sekalian, sikap kita seharusnya sadar bahwa akan ada kehidupan kekal bersama Kristus dan melalaui kesadaran itu yang akan merubah cara hidup kita sehari-hari
Pengkhotbah 3:11, Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.
Kita tidak diciptakan untuk hidup di dunia ini saja. Seringkali pikiran kita hidup ini hanya berakhir di dunia ini, tidak saudara-saudara sekalian bahwa tujuan hidup kita bukan didunia yang fana ini yang dapat dengan mudah sekejab dapat lenyap.
Seperti perkataan Raja Salomo yang bijaksana dalam Pengkhotbah 4:13, Kejarlah apa yang kekal bukan apa yg akan tidak kekal. Sehingga kita akan melakukan yang terbaik karena kehidupan di dunia ini hanyalah persiapan untuk kehidupan yang kekal. Kalau kebenaran ini kita paham maka tiap hari menjadi berharga.
”Seharusnya setiap hari kita bersiap-siap untuk menghadapi hari terakhir kita”
Matthew Hendry:
Rasa-rasanya kok tidak sebanding bila kita mengorbankan hidup yang kekal demi hidup yang sementara akan segera berakhir”
“Dunia ini bukan tujuan akhir kita, mari jadikan hidup kita sehari-hari menjadi investasi rohani untuk kehidupan yang akan datang dan yang kekal”
TC