HAVE YOU BECOME GOD’S WORSHIPPER?

Renungan harian Youth, Rabu 19 Februari 2025
Roma 1:21-23
Syalom rekan-rekan Youth semuanya, salam semangat buat hari ini
Sering kali, kita datang kepada Allah bukan sebagai penyembah sejati, tetapi justru untuk mencari keuntungan bagi diri sendiri. Coba tanyakan dalam hati: Apa tujuan kita datang kepada Tuhan? Jangan sampai kita berusaha memanipulasi-Nya demi kepentingan pribadi. Allah telah memberikan kita anugerah yang luar biasa—kesempatan untuk hidup bebas dari dosa. Inilah bentuk hubungan tertinggi yang bisa kita miliki dengan-Nya, yaitu hubungan yang didasarkan pada ketundukan, penyembahan, dan pelayanan.
The stars and planets move about in the heavens in such perfect order, that we can set our time accurately to the millionth of a second, by them. What is the secret of such perfect order? Only one thing: They obey the will of God exactly, revolving in the orbits laid out for them and at the pace set for them by their Creator.
Inilah alasan mengapa Tuhan memberi perintah, “Jangan membuat patung dan menyembahnya.” Mengapa ini begitu penting? Karena sepanjang sejarah, manusia terus bergumul dalam menempatkan Allah di posisi yang seharusnya dalam hidup mereka. Rasul Paulus bahkan menegaskan dalam Roma 1:23, “Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang menyerupai manusia yang fana, burung-burung, binatang berkaki empat, atau binatang melata.” Ayat ini mengingatkan kita bahwa godaan terbesar dalam kehidupan adalah kecenderungan untuk menyembah sesuatu yang seharusnya hanya kita manfaatkan, dan sebaliknya, memanfaatkan sesuatu yang seharusnya kita sembah. Ini adalah tantangan besar yang harus kita hadapi sebagai orang percaya.
Jadilah seorang penyembah yang benar kepada Allah sebagai tanda ucapan Syukur agar kehidupan selalu ada sukacita dan damai.
Dalam setiap kesempatan, baik saat bersekolah maupun bekerja, kita harus mampu memanfaatkan waktu dengan bijaksana. Kita diajarkan untuk menghargai setiap peluang yang datang dan menggunakannya sebaik mungkin. Namun, kesempatan untuk menjadi penyembah yang benar tidak selalu datang dengan sendirinya—sering kali, kita harus berusaha mencarinya dan memperjuangkannya.
Kita bisa belajar dari kisah Yudas Iskariot, yang menyia-nyiakan kesempatan untuk menjadi penyembah sejati. Kesempatannya untuk melayani Yesus ternoda karena ia tidak mampu menahan godaan uang. Sebagai seorang pecinta uang, Yudas melihat segala sesuatu dari sudut pandang materi, termasuk kesempatan untuk menyerahkan Yesus kepada imam-imam kepala, yang baginya merupakan peluang untuk meraih keuntungan pribadi. Seandainya Yudas memanfaatkan kesempatan dengan benar—melayani Yesus dengan hati yang tulus—ceritanya mungkin akan berbeda. Ia bisa menjadi seorang rasul yang menerima kasih karunia Allah. Namun, semuanya telah terjadi sesuai dengan rencana Allah. Karena itu, jangan sia-siakan kesempatan untuk menjadi penyembah Allah yang benar. Segala sesuatu yang kita lakukan harus dilandasi dengan ketulusan, agar tidak berakhir sia-sia.
We have seen that Jesus was tempted in all points as we are. Some of our strongest temptations are those which come to attack our thought-life. So too it must have been with Jesus. Yet He never sinned. We can overcome in our thought-life too
Jangan sampai kita menyia-nyiakan kesempatan berharga untuk menjadi penyembah Allah yang sejati. Jangan sampai hidup kita berakhir seperti Yudas, yang kehilangan kesempatan untuk melayani dan menyembah Yesus. Yudas memang menggunakan kesempatan yang ada, tetapi hanya demi kepentingan pribadinya—memuaskan nafsu dosa karena cintanya pada uang. Padahal, ketika kita datang kepada Allah dalam sikap penyembahan, seharusnya kita tidak datang untuk menuntut apa yang kita inginkan.
Jika kita menyembah hanya demi kemakmuran, kesehatan, atau karier yang sedang naik, maka kita telah jatuh dalam penyembahan berhala. Kita tidak benar-benar menyembah Allah, tetapi justru menjadikan-Nya alat untuk memenuhi ambisi pribadi.
Allah tidak ingin kita jatuh dalam dosa. Sebaliknya, Dia rindu agar kita hidup dalam kemerdekaan sejati —bebas dari dosa— dengan menjadi penyembah yang benar, yang datang kepada-Nya dengan hati yang tulus.
No one could ever engage Jesus in a conversation about how to make more and more money (beyond one’s needs). He was just not interested in such matters. His mind was set on things above and not on things on earth. No doubt, He used material things, but He did not love them, nor was He attached to any of them.
Dalam suratnya kepada jemaat di Galatia, Rasul Paulus berkata, “Janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa” (Galatia 5:13). Memang, di dalam Yesus kita telah dimerdekakan dari jerat dan hukuman dosa. Namun, kebebasan ini bukanlah alasan untuk hidup dalam dosa, melainkan untuk hidup dalam Tuhan. Setiap kesempatan yang kita terima, baik itu kesempatan untuk belajar atau kuliah, bekerja, membangun usaha, memimpin organisasi di sekolah atau tempat kerja, maupun melayani di gereja harus kita gunakan untuk memuliakan Tuhan. Kita dipanggil untuk menjadi penyembah-Nya yang sejati, dengan hati yang tulus dan hidup yang selaras dengan firman-Nya.
Sekarang bukan lagi waktunya untuk hidup mengikuti keinginan dan nafsu diri sendiri. Tuhan adalah satu-satunya Allah, dan karena itu, Dia tidak bisa diduakan. Kita tidak boleh menyembah apa pun selain Dia, karena hal itu melukai hati-Nya. Tidak ada yang lebih menyakitkan bagi Allah selain melihat anak-anak-Nya berbalik menyembah sesuatu yang bukan Dia.
Orang percaya yang sejati adalah mereka yang sadar akan anugerah kemerdekaan yang Tuhan berikan, lalu menggunakannya untuk memuji dan menyembah-Nya dengan sepenuh hati.
Tuhan Yesus Memberkati
LW – NDK
Dapatkan Link renungan Harian dari elohim.id setiap hari dengan bergabung kedalam Grup Renungan Harian kami
Silahkan ketik Nama (spasi) Daerah asal (Spasi) No Hp yang anda daftarkan
Kirim ke 0895-1740-1800
Tuhan Memberkati dan tetap bertumbuh dalam kebenaran Firman Tuhan