Renungan Harian Anak, Senin 03 Juni 2024
Syalom adik-adik Elohim Kids semuanya … bagaimana kabar kalian? Kakak doakan adik-adik semuanya dalam keadaan sehat dan baik.
Adik-adik, pernahkah kalian berbohong? Bagaimana rasanya? Apakah enak atau malah membuat kalian merasa tersiksa? Orang yang berbohong pasti hatinya tidak tenang. Ia akan takut kalau kebohongannya terbongkar. Karena itu, sekali seseorang berbohong, ia akan terus berbohong untuk menutupi kebohongannya yang lain.
Dalam Kisah Para Rasul 5:1-11, Ananias dan Safira adalah contoh tragis dari kebohongan. Pada zaman itu, orang-orang Kristen saling membantu satu sama lain. Mereka yang kaya membagikan hartanya kepada yang kurang mampu. Banyak yang menjual harta bendanya untuk dibagikan kepada mereka yang membutuhkan. Ananias dan Safira juga melakukannya. Mereka termasuk orang kaya. Mereka menjual tanahnya dan berniat memberikan uang hasil penjualannya kepada orang-orang miskin. Tapi sayangnya, niat mereka tidak tulus. Mereka memberikan persembahan bukan karena kasih, melainkan berharap mendapat pujian dan penghormatan. Jadi, Ananias dan Safira sepakat untuk berbohong. Mereka memberikan sebagian saja dari hasil penjualan tanah, tetapi mereka mengaku telah memberikan seluruh hasil penjualan. Mereka takut jika jujur mengatakan hanya mempersembahkan sebagian, orang-orang akan mencibir dan tidak memuji mereka sebagai orang dermawan.
Petrus mengetahui ketidakjujuran mereka. Petrus menegur Ananias, “Mengapa kamu berbohong? Bukankah tanah itu milikmu? Dan hasil penjualannya juga milikmu? Kalau kamu hanya ingin mempersembahkan sebagian saja, itu hakmu. Tidak perlu berbohong dan mengatakan kamu sudah mempersembahkan seluruh hasil penjualan tanahmu. Sebab, yang kamu bohongi bukan kami, melainkan Tuhan. Ingatlah, kamu tidak dapat membohongi Tuhan!” Mendengar teguran Petrus, Ananias langsung jatuh dan mati. Mengerikan sekali, bukan? Sebab ia telah membohongi Tuhan. Orang-orang yang ada di situ segera mengangkat tubuh Ananias dan menguburkannya. Dan yang lebih tragis datanglah Safira, istri Ananias. Dan dia berbohong juga. Petrus berkata “Mengapa kalian berdua bersepakat untuk berbohong? Bukankah persembahan ini untuk Tuhan? Jika kamu berbohong tentang persembahan, maka kamu sedang membohongi Tuhan, bukan manusia! Baru saja orang-orang menguburkan suamimu. Sekarang mereka juga akan menguburkan kamu!” Begitu Petrus selesai berbicara, Safira pun jatuh dan mati. Lalu, orang-orang segera menguburkan dia. Berita ini segera tersebar dan banyak orang menjadi takut ketika mendengarnya.

Adik-adik, tidak selalu kebohongan berujung pada kematian. Tetapi, yang pasti ketika kamu mulai berbohong, ingatlah bahwa kamu sedang membohongi Tuhan. Sebab, Tuhan tahu segala sesuatu. Tidak ada yang tersembunyi di hadapan-Nya.
Ketika kamu mulai berbohong, saat itulah ketenangan hidupmu hilang. Kamu akan selalu merasa cemas dan takut kalau-kalau kebohonganmu terbongkar. Karena itu, bersikaplah jujur! Jangan pernah berbohong!
Ayo, siapa yang kalau dapat nilai jelek, kertas ulangannya tidak ditunjukkan dan berbohong kalau ulangan belum dibagi? Siapa yang melakukan kesalahan di rumah atau di kelas, tapi berbohong bilang tidak tahu, padahal tahu? Mari kita belajar untuk selalu jujur dalam segala hal!
Ayat Hafalan
Matius 5:37, “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.”.
Komitmenku hari ini
Aku mau belajar hidup dalam kejujuran dan membuang segala dusta, belajar berani untuk mengatakan apa yang benar bahkan dimulai dari hal-hal yang kecil
Tuhan Yesus memberkati
ElKids030624 – SP