“Mau Ga Digendong?”
Renungan Harian Youth, Sabtu 25 Juli 2020
(Matius 11:28), “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”
Heloo … rekan-rekan Youth yang tetap kami doakan dalam keadaan sehat dan baik-baik semuanya.
Saya punya satu pertanyaan, coba teman-teman ingat kapan teman-teman ini terakhir kali digendong oleh orang tua kalian? Jawabannya Pasti macam-macam, bahkan mungkin ada yang sudah tidak ingat kapan terakhir digendong. Hehehe… Ada suatu momen dimana saya berpikir, kenapa anak bayi bisa sebegitu senang dan merasa nyaman saat digendong, bahkan tidak jarang mereka sampai ketiduran digendongan orang tuanya. Padahal bagi orang dewasa lama-lama digendong itu malah bikin pegel.
Apa yang membedakannya?
Orang dewasa cenderung merasa mampu dan memiliki rasa ragu atau tidak percaya kepada orang yang menggendong.
Apakah dia kuat untuk menggendongnya, atau malah dia nanti jatuh saat digendong. Akhirnya orang dewasa cenderung menahan badannya, menyangga menggunakan kekuatan tubuhnya, padahal sedang digendong. Hal itu yang membuat badannya jadi pegel dan sakit sakit sendiri.
Beda dengan anak bayi, seorang anak bayi percaya penuh kepada siapa yang menggendongnya. Akhrinya seorang anak bayi bisa melemaskan badannya dan nemplok seadanya, melepaskan kekuatannya sendiri bahkan akhirnya bisa tidur dengan nyaman.
Mungkin teman-teman berpikir, Apa sih enaknya digendong? enakan juga jalan sendiri, kita bisa pergi kemana aja kita mau. Benar. Sebagai orang dewasa, kita sudah memiliki suatu keinginan. Kita bisa pergi kemanapun kita mau. Tetapi coba deh teman-teman ingat-ingat, tidak jarang keinginan kita malah membawa kita kepada suatu tempat yang kurang baik.
Beda kalau kita digendong, bukan keinginan kita yang jalan tetapi si penggendonglah yang menentukan akan membawa kita kemana. Mau dibawa kemana itu terserah sama yang gendong.
Digendong juga bisa mengandung arti dilindungi, dibantu, dicukupi dan disertai.
Di dalam kehidupan kekristenan, sering kali kita mengalami hal ini, Kita berdoa minta Tuhan untuk menolong kehidupan kita, tetapi kita tetap merasa ragu dan memakai kekuatan sendiri untuk menyelesaikan masalah kita hadapi, akhirnya kita capek – capek sendiri dan cenderung menyalahkan Tuhan karena Tuhan tidak menolong kita. Ya itulah jadinya kalau kita manusia yang serba terbatas ini menggandalkan kekuatannya sendiri. Ya pasti ada batasnya..
Beda halnya jika kita ada di dalam gendongan Tuhan Yesus. Saya percaya Dia akan membawa kita ke tempat yang terbaik dan kita tidak akan capek-capek sendiri karena Tuhan yang menolong dan memberi kekuatan. Kenapa gitu? Karena Dia sudah berjanji.
Coba kalian baca Mazmur 23, disana ada janji Tuhan akan penyertaan-Nya dan Tuhan akan membawa kita ke tempat terbaik.
23:1-6 Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.
Jadi apa yang perlu kita lakukan supaya kita bisa menikmati gendongannya Tuhan? Berserah Penuh.
“Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.” (1 Petrus 5:7)
Berserah adalah kata kerja aktif yang bermakna menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah karena percaya, bahwa Allah akan memeliharanya dan memberikan yang terbaik kepadanya.
1. Berserah diri artinya taat.
Berserah diri paling baik ditunjukkan di dalam ketaatan. Kita berkata, “ya, Tuhan” untuk apapun yang Dia minta dari kita. Ketika kita berkata, “tidak, Tuhan” berarti berbicara menentang. Orang-orang yang berserah diri menaati firman Allah, meskipun firman itu tidak masuk akal.
2. Berserah diri artinya percaya.
Aspek lain dari kehidupan yang penuh berserah diri adalah percaya. Abraham mengikuti pimpinan Allah tanpa tahu ke mana Ia akan membawanya. Hana menanti waktu penggenapan Allah tanpa tahu kapan. Maria menantikan mukjizat tanpa tahu bagaimana. Yusuf mempercayai tujuan Allah tanpa mengetahui mengapa situasi terjadi seperti itu. Masing-masing orang ini sepenuhnya berserah diri kepada Allah.
Kita semua tahu bahwa berserah pada Tuhan itu tidak mudah. Namun percayalah Sang Penggendong kita tidak akan pernah membiarkan kita terjatuh dari gendongan dan Perlindungan-Nya. Bukankah Dia yang menenun kita di kandungan ibu kita, di mana Dia dengan senyum-Nya menulis hari-hari kita sedemikian rupa sebelum satu hari pun terjadi daripadanya. Dia sangat mengenal kita.
Sekarang pertanyaannya, temen-temen mau ga digendong Tuhan?
Komitmen :
Tuhan, aku mau belajar untuk menyerahkan seluruh hidupku di dalam tangan-Mu. Karena aku percaya di dalam Tuhan semua indah dan Engkau akan membawaku ke tempat terbaik di pemandangan-Mu.
RB – AS
PENGUMUMAN …
Buat rekan-rekan youth … jangan lupa nanti sore di chanel youtube Elohim ministry … ada EL-Rei jam 16.30 yang akan menemani kalian untuk memahami isu-isu yang banyak anak muda hadapi, dan tentunya kita akan belajar Firman Tuhan bagaimana meresponinya … dan tema kita nanti sore adalah
TREND – MINDED …
wih pasti menarik ya, intinya bagaimana kita sebagai anak muda meresponi trend-trend yang ada disekitar kita …
Dan Juga jangan lupa buat Ibadah Online besok jam 07.00 dan Sunday Funday jam 08.15 di chanel youtube yang sama.