Membangun Tembok

Renungan Harian Rabu, 07 Februari 2024
Bacaan: Nehemia 1:1-3
Hari ini kita renungkan bersama mengenai membangun kembali tembok yang telah roboh. Untuk membangun kembali tembok ada yang perlu diperhatikan yaitu pondasinya. Apakah pondasinya benar-benar aman dan kuat untuk menopang tembok yang baru. Demikianpun dengan pondasi kerohanian kita. Kita harus benar-benar memperhatikan fondasi hati kita. Kadang kita perlu membiarkan dan bersama Tuhan membongkar fondasi lama kita yang rapuh dan kemudian membangun fondasi yang kuat dan teguh. Berbicara tentang membangun fondasi, membangun tembok-tembok kehidupan kita yang hancur kita bisa belajar dari Nehemiah. Ketika tembok Yerusalem dibongkar dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar, Nehemiah berkabung dan berjuang untuk membangunnya kembali dalam pimpinan Tuhan. Saudara saat hidup atau harapan kita mungkin hancur apa yang akan kita lakukan? Ketika seolah-olah fondasi tembok harapan kita hancur, maka kita harus dan dapat membangunnya kembali bersama Tuhan.
“Riwayat Nehemia bin Hakhalya. Pada bulan Kislew tahun kedua puluh, ketika aku ada di puri Susan,datanglah Hanani, salah seorang dari saudara-saudaraku dengan beberapa orang dari Yehuda. Aku menanyakan mereka tentang orang-orang Yahudi yang terluput, yang terhindar dari penawanan dan tentang Yerusalem.Kata mereka kepadaku: “Orang-orang yang masih tinggal di daerah sana, yang terhindar dari penawanan, ada dalam kesukaran besar dan dalam keadaan tercela. Tembok Yerusalem telah terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar.” (Neh 1:1-3)
Saat itu, Nehemiah berada pada posisi yang sangat terjamin, ia bekerja di istana raja sebagai juru minum raja. Pada jaman itu pekerjaan sebagai juru minum raja bukanlah pekerjaan sembarangan, orang yang menyiapkan minuman raja adalah orang yang dekat dan dipercayai raja, dia dibayar begitu mahal. Tetapi apa yang terjadi ketika pertama kali dia mendengar bahwa bangsanya sedang ditindas dan tertawan, tembok Yerusalem terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya terbakar? Apa yang dia lakukan? Ini yang harus kita pelajari;
- Kepeduliannya yang sangat dalam akan bangsanya (Neh 1:4-11)
Kita bisa baca doa Nehemiah untuk bangsanya di ayat-ayat selanjutnya. Seharusnya bisa saja Nehemiah tidak mempedulikan bangsanya, apalagi sampai meninggalkan jabatannya, kenyamanan dan hidupnya yang sudah terjamin hanya untuk menyusahkan diri dengan bangsanya yang tidak taat dan tertawan. Namun, dia memilih apa yang tidak banyak dipilih oleh orang lain. Nehemiah memilih sesuatu yang oleh sebagian besar orang dianggap sebagai kebodohan. Dalam kepuduliannya yang besar dia melakukan tindakan yang mendatangkan sesuatu yang luar biasa, sampai tercatatlah kitab Nehemeiah di antara kitab-kitab besar yang sampai saat ini menjadi panduan, teladan bagi kita. Dia tidak hanya menyatakan simpati, belas kasihan dari mulutnya saja. Tetapi dia berdoa, berkabung bagi bangsanya bahkan dia meninggalkan kenyamanannya untuk turun dan membangun kembali kotanya, bangsanya yang hancur. Berapa banyak dari kita yang sampai saat ini hanya sampai pada kata-kata kepedulian tanpa tindakan untuk membangun bangsa kita, membangun fondasi gereja atau benteng pertahanan untuk keluarga kita? Apakah kita sudah benar-benar mendoakan, berpuasa, berjaga-jaga dan turut serta membangun ataukah bahkan untuk sebuah kepedulian pun kita tidak punya?
- Nehemiah memiliki tekad (Neh 2:1-5, 11-13).
Ini berbicara juga tentang visi, dalam buku Nehemiah yang pernah saya baca ini juga berbicara tentang “menjangkau sesuatu yang tidak mungkin”. Ada banyak janji-janji Tuhan dalam hidup kita, pemulihan keluarga, usaha dan visi-misi dari Tuhan atau nubuatan pribadi yang mungkin kita lihat sebagai suatu kemustahilan, sesuatu yang tidak mungkin. Tetapi, Tuhan kita tidak pernah main-main saat Ia menjanjikan sesuatu kepada anakNya, Dia Allah yang berkuasa untuk menggenapi janji-janjiNya selama kita mau bekerjasama dengan melakukan apa yang menjadi bagian kita dalam rencana Tuhan. Jika kita tidak bersikap seperti Nehemiah dalam tekadnya untuk menggenapi rencana Tuhan, maka kita tidak akan mungkin dapat menggenapi, menyelesaikan visi dan janji Tuhan dalam hidup kita.
Mari kita memiliki kepedulian dan tekad seperti yang ada dalam Nehemia untuk membangun kembali tembok-tembok kerohanian kita yang roboh, supaya kehidupan kerohanian kita makin kuat dalam menghadapi apapun yang berusaha menyerang kehidupan kita.
Tuhan Yesus Memberkati.
CM