SESUAI DENGAN YANG KITA SUKA

Renungan Harian Youth, Selasa 03 September 2024
Mazmur 119:34, Buatlah aku mengerti, maka aku akan memegang Taurat-Mu; aku hendak memeliharanya dengan segenap hati.
Rekan-rekan yang sering menggunakan media sosial pasti mengalami ini. Kalau sering memberikan like dan komentar pada gambar-gambar mobil maka akan sering muncul konten-konten berbau otomotif di media sosial Anda. Jika sering mencari artis-artis Korea maka akan sering muncul konten artis-artis Korea juga. Ini dinamakan Filter Bubble, sebuah algoritma internet yang dirancang menyuguhkan informasi “sesuai dengan yang kita suka saja”. Setiap orang seperti memiliki gelembungnya (bubble) sendiri. Kita akan sering melihat hal-hal yang disukai dan meminimalisir hal-hal yang tidak berhubungan dengan diri kita. Namun, betapa berbahayanya jika kita bersikap demikian terhadap firman Tuhan. Kita dengan otomatis memilih firman Tuhan mana yang ingin kita dengar yang menyenangkan kita. Sebaliknya, kita menolak untuk mendengar kalau isinya tidak sesuai dengan keinginan.
Saat mengerti kehendak Allah, kita akan menyukai perintah TUHAN dan dengan rela ingin menaati dengan segenap hati.
Salah satu alasan yang membuat banyak pembaca Alkitab tidak mendapatkan manfaat apa pun secara rohani adalah perasaan sudah mengerti firman TUHAN yang mereka baca atau dengar. Pikiran mereka sudah ‘penuh’ dan tidak bisa diisi lagi oleh kebenaran. Jadi, kunci untuk membuka kekayaan pengertian rohani adalah kerendahhatian. Hanya kuasa Roh Kudus yang bisa memampukan orang percaya memahami firman TUHAN.
Kata “perlihatkanlah” yang mengawali doa pemazmur (119:33) dapat diterjemahkan sebagai “ajarkanlah”. Hatinya terbuka dan siap diajar oleh TUHAN. Permintaan ini sepadan dengan ayat berikutnya yang merupakan permohonan agar TUHAN memberi kemampuan untuk mengerti Taurat-Nya. Ini adalah sikap hati yang harus dimiliki oleh anak-anak TUHAN dalam mendekati kebenaran TUHAN.
Sebagai manusia, kita cenderung mencari informasi yang mendukung pendapat kita.
Satu kesamaan dari orang yang “pemilih” dan orang-orang yang benar-benar mencari kehendak Tuhan adalah keduanya sama-sama mencari yang menyenangkan hati? Benarkah demikian? Karena semua orang lebih memilih sesuatu yang menyenangkan dan kisah di dalam Alkitab berikut ini menjadi acuan bagi kita untuk melihat sebuah kebenaran secara utuh dan menyeluruh
2 Tawarikh 18:7, Jawab raja Israel kepada Yosafat: “ masih ada seorang lagi yang dengan perantaraannya dapat diminta petunjuk TUHAN. Tetapi aku membenci dia, sebab tidak pernah ia menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan selalu malapetaka. Orang itu ialah Mikha bin Yimla.” Kata Yosafat: “Janganlah raja berkata demikian.”
Demikianlah yang terjadi di masa pemerintahan Raja Ahab di Israel. Ketika ia dan Yosafat, raja Yehuda, mempertimbangkan untuk berperang melawan Ramot-Gilead, Ahab mengumpulkan 400 nabi untuk menolongnya mengambil keputusan. Mereka adalah orang-orang yang ditunjuk Ahab sendiri menjadi nabi. Oleh karena itu, mereka selalu mengatakan apa yang menyenangkan telinga sang raja. Masing-masing dari nabi itu menjawab bahwa Ahab harus berperang, dengan mengatakan, “Allah akan menyerahkannya ke dalam tangan raja” (2Taw. 18:5). Yosafat bertanya apakah masih ada nabi lain yang telah dipilih Allah untuk memberikan petunjuk-Nya. Ahab menjawab dengan ogah-ogahan karena nabi Allah yang bernama Mikha “tidak pernah . . . menubuatkan yang baik tentang [dirinya], melainkan selalu malapetaka” (ay.7). Dan memang, Mikha pun menubuatkan bahwa mereka tidak akan menang, dan bangsa Israel akan “bercerai-berai di gunung-gunung” (ay.16).
Itulah yang terjadi pada Raja Ahab ketika mendengar firman Tuhan. Ia lebih suka firman yang sesuai dengan kehendaknya. Ia lebih senang mendengar suara empat ratus nabi palsu dibandingkan suara Tuhan (ay. 5). Ketika mendengar firman Tuhan yang benar dari Nabi Mikha, Ahab malah berkata kepada Yosafat, “Bukankah telah kukatakan kepadamu: Tidak pernah ia menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan hanya malapetaka?” (ay. 17). Buat Ahab, firman Tuhan yang benar terdengar tidak menyenangkan.
Bagi Ahab, mendengarkan 400 nabi yang selalu mengatakan apa yang menyenangkan hatinya itu ternyata berakibat fatal.
Terkadang orang Kristen berpikir serupa. Hidup seturut firman Tuhan berarti menjalani hal yang tidak mengenakkan, sedangkan menjalani hidup seturut keinginan sendiri adalah menyenangkan, bebas sesuka hati. Ini tidak tepat. Apa yang dikatakan firman Tuhan kadang memang berupa teguran, larangan atau penghukuman, dan semua itu kadang membuat kita tidak nyaman. Satu hal yang harus diingat, firman Tuhan itu pasti benar. Karena itu, apa pun yang dikatakan firman Tuhan, respons kita seharusnya adalah taat. Tuhan Yesus sendiri tetap memilih mengambil jalan salib, sekalipun jalan-Nya penuh penderitaan dan kengerian, tetapi tu jalan yang Bapa kehendaki, supaya kita diselamatkan.
Tekad sang pemazmur itu seharusnya menjadi kerinduan setiap orang percaya.
Orang-orang yang tidak percaya dengan sungguh-sungguh kepada Allah tidak akan menerima, apalagi taat, kepada firman Allah. Mereka lebih percaya kepada diri sendiri. Mereka berpikir bahwa mereka dapat mengandalkan diri sendiri untuk menjalani kehidupan ini tanpa firman Allah. Padahal, tanpa firman Allah, hidup mereka dapat tersesat dan menuju kebinasaan seperti Raja Ahab. Hal ini tidak berarti bahwa kita boleh merasa mampu untuk terus berpegang pada firman TUHAN. Di luar Kristus, kita tidak bisa berbuat apa-apa! Oleh karena itu, kita senantiasa membutuhkan anugerah Allah.
Jangan pilih-pilih firman Tuhan. Apa pun yang difirmankan Tuhan, taat dan lakukanlah. Kehendak kita harus ditempatkan di bawah perkataan firman Tuhan.
Ketika kita menjadikan firman Tuhan sebagai makanan setiap hari, iman kita akan semakin bertumbuh, sebab “…iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” (Roma 10:17).
Amin, Tuhan Yesus Memberkati
RM – DOT