“Sukacita Memberi”
Renungan harian Anak, Jumat 02 Februari 2024
Syalom, Adik Adik. Bagaimana kabarnya hari ini ? Sudah siap untuk kembali mendengarkan firman Tuhan? Tetap setia dan semangat ya..
Pada suatu ketika, ada seorang guru dan murid yang sedang berjalan-jalan didekat peternakan. Ketika sedang berjalan, mereka melihat sepasang sepatu tua yang sudah sobek. Sepatu itu mungkin milik petani miskin yang bekerja di peternakan itu. Lalu sang murid berkata kepada gurunya. Pak Guru bagaimana kalau kita sembunyikan sepatu inidan menunggu petani itu datang. Akan menyenangkan melihat reaksinya saat ia tidak bisa menemukan sepatunya. Sang guru menegur muridnya. Nak, tidak baik bercanda seperti itu. Bapak punya ide yang lebih bagus. Bagaimana kalau kita taruh saja beberapa uang koin dalam sepatunya? Dan kita bersembunyi di suatu tempat, untuk melihat reaksi petani itu saat ia menemukan ada uang koin di dalam sepatunya?
Setelah beberapa lama, petani menyelesaikan pekerjaannya dan muncul untuk mengambil sepatunya. Saat ia memasukkan kakinya ke salah satu sepatunya, ia merasakan ada sesuatu yang keras, dan ia memeriksanya, ia menemukan uang koin didalam sepatunya. Lalu ia mulai melihat ke sekelilingnya, siapa tau ada orang yang sedang mencari uang koin tersebut. Akan tetapi ia tidak melihat siapapun, jadi ia menyimpan uang koin tersebut di sakunya. Lalu petani itu memasukan kakinya yang lain di sepatu yang satunya lagi, ia kembali merasakan ada yg keras didalam sepatunya, dan ia kembali memeriksanya, dan ia kembali menemukan beberapa uang koin lagi. Melihat koin-koin tersebut, petani itu merasa terharu dan air matanya pun menetes. Ia melipat tangannya dan menengadah ke langit dan berkata, Ya Tuhan,ribuan terimakasih untuk orang yang membantu saya saat saya sedang membutuhkan. Karena kebaikandan bantuannya, sekarang saya bisa membeli obat untuk istri saya yang sedang sakit, dan bisa membeli roti untuk anak-anak saya yang lapar.
Mendengar kata-kata petani itu, mata sang murid pun dipenuhi dengan air mata. Dan setelah petani itu pergi, sang guru pun bertanya pada muridnya, sekarang jelaskan kepada Bapak, apa yang membuat kamu lebih bahagia? Menyembunyikan sepatu atau menaruh uang koin di sepatunya? Sambil menangis, murid pun menjawab, Pak Guru, saya tidak akan melupakan pelajaran yang Bapak berikan hari ini. Sekarang saya mengerti arti dari kata-kata itu, Sukacita memberi itu jauh lebih berarti daripada menerima, itu sungguh tak terbatas, terimakasih Pak Guru.
Dari kisah diatas, ada suatu hal yang bisa kita pelajari Adik-Adik..Memberi tidak harus menunggu kita kaya. Dan kekayaan seseorang tidak diukur dari berapa banyak harta yang kita miliki. Akan tetapi seberapa melimpahnya hati kita bersedia untuk memberi. Dengan kita memberi, maka kita adalah orang yang berlimpah dalam anugerah dan kemurahan. Hanya orang yang merasa kaya akan berkat Tuhan yang ia terima dalam hidupnya,yang selalu berbahagia ketika ada kesempatan untuk memberi / berbagi dengan hati yang tulus.
Daripada kita membuat masalah dengan orang lain, lebih baik kita mencoba membantu orang lain, apapun yang kita bisa. Karena memberi membawa kebahagiaan, tidak hanya untuk mereka akan tetapi juga untuk diri kita sendiri. Sukacita memberi jauh lebih berarti daripada menerima.
Ayat Hafalan
Kisah Para Rasul 20 : 35B Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima
Komitmenku hari ini
Tuhan Yesus, ajar aku untuk memiliki hati yang kaya, hati yang dengan sukacita memberi untuk orang yang membutuhkan. Ajar aku untuk hidupku bermanfaat bagi orang lain.
KL – YC