TAHAN DIRI
Renungan Harian Youth, 15 Juli 2024
Bahan bacaan: I Tesalonika 5:8-15
Berbicara soal tahan diri adalah hal yang selalu dihadapi oleh setiap orang. Kalau kita renungkan sejak kita bangun pagi, tentu pasti ada hal yang kita lakukan untuk menahan diri, misalnya saja kita menahan untuk tidak membeli sesuatu, tidak marah, atau tidak membicarakan orang lain. Hal ini lumrah terjadi.
Tahan diri erat kaitannya dengan penguasaan diri. Tahan diri biasanya merujuk pada kemampuan menahan diri dari godaan atau dorongan negatif, yang merupakan bagian integral dari penguasaan diri.
Sama seperti yang kita tahu bahwa orang Kristen memiliki buah-buah Roh, dan buah Roh yang terakhir adalah penguasaan diri (Galatia 5:22-23). Ini berarti kemampuan untuk mengendalikan emosi, hasrat, dan tindakan kita agar sesuai dengan ajaran dan kehendak Allah. Kita nggak akan punya kasih kalau kita nggak menguasai diri, kita nggak akan punya sukacita kalau kita nggak bisa menguasai diri. Ini menunjukkan bahwa memiliki sikap yang ‘tahan diri’ adalah hal yang wajib.
1 Tesalonika 5: 8 -15 merupakan surat Paulus yang diberikan pada jemaat di Tesalonika. Kondisi saat itu adalah masyarakat di Tesalonika sedang teraniaya dan di dalam surat ini, Rasul Paulus memberi perikop ‘Berjaga-Jaga’ dan ‘Nasihat-Nasihat’.
Bagaimana Latar Belakang tentang Berjaga-jaga untuk Menahan Diri?
- Berjaga-jaga dan Mengenakan Perlengkapan Rohan
Seperti dalam ayat 8, Tetapi kita, yang adalah orang-orang siang, baiklah kita sadar, berbajuzirahkan iman dan kasih, dan berketopongkan pengharapan keselamatan. Orang percaya adalah orang yang memiliki kesadaran dan terus memiliki pengharapan akan keselamatan.
Bajuzirah dan ketopong adalah perlengkapan para prajurit Romawi untuk melindungi dari serangan musuh. Artinya, iman, kasih, dan pengharapan harus menjadi bagian kehidupan orang percaya.
Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibrani 11:1). Kita harus memperkuat iman kita melalui doa,
pembacaan Alkitab, dan persekutuan dengan sesama orang percaya. Sedangakan Kasih adalah hukum yang terutama. Yesus berkata bahwa kita harus mengasihi Tuhan dengan segenap hati kita dan mengasihi sesama seperti diri kita sendiri (Matius 22:37-39). Dan kemudian Pengharapan akan keselamatan memberikan kita kekuatan menghadapi tantangan hidup ini dengan keyakinan bahwa Tuhan selalu menyertai kita dan bahwa kita memiliki masa depan yang cerah di dalam-Nya.
Untuk hidup dalam terang dan selalu sadar, diperlukan pengendalian diri.
Mengenakan “baju zirah iman dan kasih” serta “ketopong pengharapan” memerlukan disiplin rohani yang kuat dan pengendalian diri dalam menghadapi godaan dan tekanan.
2. Pengharapan dalam keselamatan
ayat 9 dan 10 mencatat demikian, Karena Allah tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka, tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita yang sudah mati untuk kita, supaya entah kita berjaga-jaga, entah kita tidur, kita hidup bersama-sama dengan Dia.
Kita dipanggil bukan untuk mengalami murka Allah, tetapi untuk menerima keselamatan melalui Yesus Kristus. Artinya, kita sudah memiliki jaminan bahwa kita sudah menerima keselamatan dari Allah apa pun kondisinya.
Pengendalian diri membantu kita tetap fokus pada pengharapan keselamatan yang telah dijanjikan. Dengan pengendalian diri, kita tidak mudah terpengaruh oleh ketakutan atau kecemasan, tetapi tetap teguh dalam iman dan pengharapan kepada Kristus.
3. Menguatkan dan membangun satu sama lain
dalam ayat 11, dijelaskan oleh Paulus seperti ini: Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan
Kita perlu membangun komunitas dalam iman.
Untuk saling menguatkan dan membangun, diperlukan pengendalian diri agar kita dapat
berfokus pada kepentingan orang lain dan bukan hanya diri sendiri.
Pengendalian diri memungkinkan kita memberikan dukungan dan nasihat yang membangun daripada merusak.
Mari kita responi kebenaran ini dengan sebuah tindak lanjut yang akan sangat bermanfaat untuk kehidupan rohani kita, dengan memperhatikan ha-hal yang berikut ini:
- Menghormati pemimpin rohani
ayat 12 dan 13, Kami minta kepadamu, saudara-saudara, supaya kamu menghormati mereka yang bekerja keras di antara kamu, yang memimpin kamu dalam Tuhan dan yang menegor kamu, dan supaya kamu sungguh-sungguh menjunjung mereka dalam kasih karena pekerjaan mereka. Hiduplah selalu dalam damai seeorang dengan yang lain.
Menghargai dan mendukung pemimpin gereja, serta berupaya hidup dalam damai dengan sesama jemaat. Menghormati pemimpin dan hidup dalam damai memerlukan pengendalian diri untuk menahan ego dan keinginan pribadi.
Pengendalian diri membantu kita untuk menghormati otoritas dan memelihara hubungan yang harmonis dalam komunitas.
2. Hidup dalam kasih dan kebaikan
ayat 14 dan 15, Kami juga menasihati kamu, saudara-saudara, tegorlah mereka yang hidup dengan tidak tertib, hiburlah mereka yang tawar hari, belalah mereka yang lemah, sabarlah terhadap semua orang. Perhatikanlah supaya jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat, tetapi usahakanlah senantiasa yang baik, terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua orang.
Paulus menasihati jemaat untuk menegur yang tidak tertib, menghibur yang tawar hati, membela yang lemah, dan bersabar terhadap semua orang. Ia menekankan pentingnya berbuat baik dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.
Setiap situasi sulit dan tidak adil justru sering merupakan kesempatan bersaksi yang paling efektif. Dengan mengendalikan/menahan diri, kita mengajar/ mengusahakan/ mencari/memikirkan hal-hal yang baik.
Orang percaya harus bertindak dalam kasih, tidak bereaksi dalam kemarahan.
Rekan-rekan youth, Pengendalian diri sangat penting dalam menjalankan nasihat ini. Untuk menegur dengan kasih, menghibur, membela yang lemah, dan sabar terhadap semua orang, kita perlu mengendalikan reaksi alami kita seperti kemarahan, frustrasi, dan keinginan untuk membalas dendam.
Pengendalian diri memungkinkan kita untuk selalu berusaha berbuat baik, meskipun dalam situasi yang sulit. Kesabaran menjadi bukti kedewasaan Rohani dan hidup seperti dengan Kristus.
Dengan pengendalian diri, kita dapat hidup berjaga-jaga, mengenakan perlengkapan rohani, saling menguatkan, menghormati pemimpin rohani, dan selalu berbuat baik. Pengendalian diri memungkinkan kita untuk tetap setia pada ajaran Kristus dan menjadi saksi hidup dari iman, kasih, dan pengharapan yang kita miliki.
Amin, Tuhan Yesus Memberkati
EYC 13072024-YDK