TONGKAT DIDIKAN

Renungan Harian Youth, Jumat 03 Mei 2024
Syalom rekan-rekan Elohim Youth … kiranya berkat dan Penyertaan Tuhan ada dalam kehidupan kita semuanya
Kemarin tepatynya tanggal 2 Mei adalah hari kelahiran Ki Hadjar Dewantara, yang dirayakan sebagai Hari Pendidikan Nasional. Tokoh nasional yang memiliki nama asli Raden Mas Soewardi Soeryaningrat tersebut sangat berjasa bagi kemajuan pendidikan di Indonesia. Pendidikan yang baik bukan sekedar mengejar kemajuan akademik, tetapi membangun karakter juga; Karena itu: Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu. [Amsal 22:6]
Arti kata didik atau mendidik menurut KBBI adalah memelihara dan memberi latihan ( ajaran , tuntutan , pimpinan ) , mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Suatu saat ada sebuah cerita tentang seorang pemuda yang dijatuhi hukuman mati karena tindakannya. Saat hari eksekusi tiba, dia meninggalkan sebuah pesan yang menyentuh. Pesannya menyatakan bahwa ibunya seharusnya juga hadir di sisinya saat itu. Ini karena sepanjang hidupnya, ibunya tidak pernah menegurnya atas kesalahan-kesalahannya. Bahkan saat dia masih kecil, ibunya selalu membelanya tanpa pandang bulu. Meskipun tindakannya tidak selalu benar, ibunya tetap memberinya dukungan tanpa pernah mengajarinya nilai-nilai yang benar. Akibatnya, dia merasa bahwa semua yang dia lakukan adalah tepat.
Karena itulah sangat penting untuk kita memiliki kerelaan hati untuk menerima didikan dalam Kebenaran, tepat seperti apa yang tertulis dalam
Amsal 3:11-12, Hai anakku , janganlah engkau menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-NYA, Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-NYA, seperti ayah kepada anak yang disayangi.
Ada Perumpamaan tentang anak Muda yang bisa menggambarkan bahwa menerima didikan itu penting yaitu kisah tentang Anak yang Terhilang dalam Injil Lukas 15:11-32, tentunya kisah ini bukanlah kisah yang asing buat kita semuanya. Mari kita belajar bersama mengenai keadaan “Si Bungsu” yang memilih untuk keluar dari rumahnya. Ketika dia meminta hak warisannya kepada bapanya yang masih ada menggambarkan adanya ketidakpuasan dalam diri si bungsu walaupun dia sudah menikmati berkat yang luar biasa disediakan oleh bapanya. Mungkin jika kita bayangkan ketidakpuasan ini bisa jadi karena adanya Batasan yang dia miliki yaitu Bapanya sendiri.
Ketika dia memilih untuk keluar dari rumahnya yang dia kejar adalah “KEPUASAN DIRI” … namun apakah kebebasan itu memuaskannya? Bisa jadi iya tetapi sementara dan sebaliknya kebebasannya menghantarkan dirinya kepada keterikatan kepada kejatuhan dan kegagalan kehidupan. Kemudian diceritakan bahwa dia melarat dan tidak memiliki apa-apa sampai dia harus bekerja hanya untuk mencari sesuap nasi. Si Bungsu seolah-olah bebas memilih keinginannya namun dia tidak bebas dan terikat dengan konsekuensi dari pilihannya yaitu kejatuhan dan kegagalan.
Dari sepenggal kisah perumpamaan diatas kita belajar bersama “Tidak ada kebebasan yang memberikan kebebasan” karena setiap pilihan yang kita ambil selalu ada konsekuensinya yang kita tidak bebas untuk memilih dan semakin mengikat.
Banyak anak-anak muda yang memilih untuk hidup tanpa aturan, menolak pendidikan, dan menganggap kebebasan sebagai pembebasan dari segala keterikatan, sebenarnya sedang mengejar sebuah ilusi. Mereka tidak menyadari bahwa dengan mengambil jalan itu, mereka sebenarnya membatasi diri mereka sendiri dalam belenggu kegagalan, kehilangan masa depan, dan bahkan merusak diri mereka sendiri.
Amsal 22:15 Kebodohan melekat pada hati orang muda, tetapi tongkat didikan akan mengusir itu dari padanya.
“Kebodohan melekat pada hati orang muda,” adalah sebuah kutipan dari Amsal, sebuah catatan dari seorang bijaksana yang memperingatkan tentang kelemahan orang muda. Ketika berbicara tentang anak muda, kita sering kali membicarakan tentang kekuatan, impian masa depan, dan energi segar. Namun, satu hal yang harus diwaspadai dan disadari oleh setiap anak muda adalah kebodohannya.
Namun “Tongkat didikan yang akan mengusirnya” Tongkat ~ bukan lambang kenikmatan, tetapi lambang disiplin. Disiplin dan didikan memang bukanlah hal yang enak ketika kita menjalaninya tetapi sebenarnya didikan itulah yang akan mengikatkan diri kita kepada masa depan yang penuh dengan keberhasilan. Didikan tidak menyenangkan tetapi didikanlah yang akan mengusir kebodohan anak-anak muda, sehingga mereka akan mampu untuk mengambil pilihan-pilihan yang tepat dalam kehidupan mereka.
Karena itu rekan-rekan, jika kita menginginkan “kebebasan yang sebenarnya” pilihlah “dibebaskan dari kebodohan” dengan menerima tongkat didikan.
Ketika kita menerima didikan yang benar, kita belajar untuk mengenal Allah dan jalan-jalanNya. Kita memahami kehendak-Nya dan memperoleh kebijaksanaan untuk menghadapi segala situasi yang kita hadapi.
Didikan yang benar juga senantias menuntun kita untuk membangun karakter yang kuat dan integritas yang kokoh.
Tuhan Yesus memberkati
YNP – TVP