“Yesus Menangisi Yerusalem”
Renungan harian Sabtu, 02 November 2024
Nats: Lukas 19:28-44
Syalom, saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus.
Dalam pembacaan Alkitab hari ini, kita melihat momen yang begitu menyentuh hati, yaitu ketika Tuhan Yesus menangis. Menariknya, Yesus tidak pernah diceritakan menangis ketika dicaci, disalahpahami, dibenci, bahkan saat Dia menanggung penderitaan di kayu salib. Sebaliknya, Yesus menangis ketika sedang dielu-elukan oleh orang banyak saat memasuki Yerusalem (Lukas 19:41). Mengapa?
Yesus menangisi kota Yerusalem, kota Allah, bukan karena Dia merasa ditolak atau dirugikan. Dia menangis karena umat di dalamnya tidak memahami apa yang mereka butuhkan demi kebaikan mereka sendiri (ayat 42). Tuhan datang untuk melawat mereka, menawarkan keselamatan dan kasih-Nya, tetapi mereka menutup hati, tidak sadar bahwa kunjungan ini sangat menentukan masa depan mereka. Dan saat kehancuran menimpa Yerusalem, tidak akan ada yang bisa menahan dampaknya yang mengerikan (ayat 43-44).
Di tengah sukacita dan pujian orang banyak, Yesus melihat lebih dalam, melampaui sorak-sorai dan pengharapan mereka yang keliru. Ia melihat bahwa orang-orang di kota itu buta secara rohani, tidak menyadari bahwa mereka sangat membutuhkan pertobatan dan pemulihan dari Allah. Seperti yang tertulis di ayat 41-42, ketika Yesus memandang kota itu, Dia menangis dan berkata, “…sekiranya pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu.” Yerusalem kehilangan kesempatan untuk menerima keselamatan yang Tuhan tawarkan.
Mengapa Yesus Menangis?
Yesus menangis karena cinta-Nya yang dalam kepada umat manusia. Dia melihat betapa jauh mereka telah terpisah dari Bapa dan betapa tragisnya akibat yang akan datang bagi mereka yang menolak keselamatan. Yesus tahu bahwa hanya dengan menerima-Nya, manusia dapat diperdamaikan dengan Bapa dan diselamatkan dari kebinasaan kekal. Namun, meski keselamatan sudah di depan mata, banyak yang menolak dan tidak mengerti betapa besar kasih Bapa bagi mereka.
Ayat 43-44 melukiskan konsekuensi dari penolakan ini: Yerusalem akan dihancurkan, dan penduduknya akan mengalami penderitaan besar. Penghancuran Yerusalem yang terjadi pada tahun 70 Masehi menggenapi perkataan Yesus ini, ketika kota itu dibinasakan oleh pasukan Romawi, menyebabkan banyak korban jiwa dan kerugian besar.
Tangisan Yesus adalah tangisan kasih yang melihat penderitaan yang akan menimpa orang-orang yang Ia kasihi karena mereka menolak Dia.
Menangis untuk Jiwa yang Hilang
Jika kita merenungkan ini lebih dalam, kita mungkin menyadari bahwa kita sering kali lebih banyak menangis untuk kepentingan diri sendiri—saat kita terluka, kehilangan, atau mengalami kesulitan. Tetapi Yesus menangis untuk orang lain. Ia menangis karena kasih yang dalam bagi manusia yang terhilang. Hati-Nya hancur melihat betapa banyak orang yang tetap jauh dari Allah, meskipun jalan untuk kembali sudah terbuka melalui-Nya.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga memiliki kepedulian yang sama bagi mereka yang belum mengenal Tuhan? Apakah hati kita tergerak melihat dunia yang penuh dengan kebutaan rohani, yang begitu jauh dari damai sejahtera Allah? Seperti Yesus, kita juga dipanggil untuk mendoakan dan memperhatikan mereka yang terhilang, menyampaikan kasih Tuhan kepada mereka yang belum diselamatkan.
Tuhan Yesus telah membuka jalan kembali kepada Bapa, dan Dia ingin agar kita peduli kepada mereka yang belum tahu dan belum mengerti kasih Allah. Mari kita ikut merasakan apa yang Yesus rasakan, dengan menaruh hati pada jiwa-jiwa yang terhilang dan berkomitmen untuk terus mendoakan mereka agar mereka tidak harus mengalami kebinasaan yang kekal.
Kisah ini juga mengingatkan kita untuk tetap setia pada panggilan kita, bahkan ketika kita menghadapi penolakan. Seperti Yesus yang tetap mengasihi Yerusalem meskipun Ia tahu mereka akan menolak-Nya, kita juga dipanggil untuk terus bersaksi, bahkan jika dunia tidak selalu menerima berita Injil.
Tugas kita adalah menyampaikan kasih Kristus, dengan keyakinan bahwa Tuhan yang akan mengerjakan perubahan hati.
Kita mungkin tidak bisa mengubah hati setiap orang, tetapi kita bisa menyampaikan kasih dan berita keselamatan Tuhan kepada mereka.
Tuhan Yesus Memberkati
EW
Bacaan Alkitab hari ini : Kitab Mazmur pasal 60-62